Bijak Berenergi Demi Bumi Makin Lestari
![]() |
Bijak Berenergi |
Perubahan Iklim Penyebab Utama Bencana Alam
Memang aku akui kota kelahiranku ini memiliki riwayat bencana alam yang sering terjadi. Jika musim penghujan datang, beberapa kecamatan rawan longsor. Pun sebaliknya jika musim kemarau, beberapa kecamatan terancam kekeringan termasuk desa tempat tinggalku. Padahal menurut cerita si mbahku, puluhan tahun silam Banjarnegara hampir nggak pernah mengalami kekeringan dan longsor. Namun, saat ini bencana alam seperti kekeringan dan longsor kian menjadi. Penyebab utamanya tidak lain adalah perubahan iklim yang semakin tahun makin dirasakan dampaknya.
Menurut data The Cilimate Reality Project Indonesia, pada tahun 2019 Indonesia mengalami 3.768 kejadian bencana yang sebagian besar merupakan bencana hidrometeorologi, yang diakibatkan dari fenomena meteorologi seperti hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi. Pada dasarnya perubahan iklim disebabkan oleh 2 faktor, pertama, perubahan iklim secara alami yang ditentukan oleh orbit Bumi. Kedua, perubahan iklim antropogenik yang disebabkan oleh ulah manusia yang melakukan kegiatan berlebihan seperti penggunaan bahan bakar fosil dan berbagai pencemaran sehingga menyebabkan emisi gas rumah kaca, yakni pengeluaran karbon dioksida yang memerangkap panas. Nah emisi gas kaca ini berdampak pada suhu atmosfer yang meningkat sehingga penguapan air tanah pun mengalami peningkatan yang mengakibatkan kekeringan, kebakaran hutan, dan gelombang panas di tempat-tempat kering, serta hujan besar dan bajir.
Menurut data The Cilimate Reality Project Indonesia, pada tahun 2019 Indonesia mengalami 3.768 kejadian bencana yang sebagian besar merupakan bencana hidrometeorologi, yang diakibatkan dari fenomena meteorologi seperti hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi. Pada dasarnya perubahan iklim disebabkan oleh 2 faktor, pertama, perubahan iklim secara alami yang ditentukan oleh orbit Bumi. Kedua, perubahan iklim antropogenik yang disebabkan oleh ulah manusia yang melakukan kegiatan berlebihan seperti penggunaan bahan bakar fosil dan berbagai pencemaran sehingga menyebabkan emisi gas rumah kaca, yakni pengeluaran karbon dioksida yang memerangkap panas. Nah emisi gas kaca ini berdampak pada suhu atmosfer yang meningkat sehingga penguapan air tanah pun mengalami peningkatan yang mengakibatkan kekeringan, kebakaran hutan, dan gelombang panas di tempat-tempat kering, serta hujan besar dan bajir.
Dari kedua faktor bencana alam di atas, sudah sepatutnya kita sebagai manusia yang dibekali akal dan kemampuan dapat berusaha meminimalisir perubahan iklim yang semakin parah. Untuk mengatasi krisis iklim diperlukan kesatuan tanggapan dalam bentuk multilateralisme inklusif yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat serta mobilisasi sumber daya secara global. Kita dapat melakukan hal-hal terkecil seperti menghemat penggunaan energi untuk turut menjaga kelestarian alam demi masa depan mendatang supaya tidak terjadi krisis iklim.
Dampak Virus Corona Terhadap Perubahan Iklim
Alhamdulillah saat ini Banjarnegara 'sedang' aman dari bencana alam, namun ada bencana yang lebih mengkhawatirkan karena penyebarannya yang begitu cepat. Yap! Corona (Covid-19) yang sudah masuk ke berbagai wilayah Indonesia termasuk Banjarnegara. Adanya wabah ini menjadi kita belajar bagaimana harus adil terhadap lingkungan dan keberlangsungan masa depan.
Meskipun beberapa orang beranggapan bahwa virus corona berdampak positif terhadap semesta seperti langit menjadi biru, polusi udara berkurang sangat signifikan, jalanan menjadi lengang tanpa kemacetan. Namun, adanya pandemi ini bukan solusi terhadap masalah iklim dan lingkungan karena dampak negatifnya ternyata lebih mengerikan karena menimbulkan krisis di berbagai sektor seperti kesehatan, pariwisata, ketenagakerjaan, hingga krisis ekonomi global. Pandemi ini bisa dijadikan sebagai contoh kecil kondisi di masa depan jika terjadinya krisis iklim, bahkan mungkin dampak dari krisis iklim lebih dahsyat dibandingkan dengan pandemi ini.
Meskipun beberapa orang beranggapan bahwa virus corona berdampak positif terhadap semesta seperti langit menjadi biru, polusi udara berkurang sangat signifikan, jalanan menjadi lengang tanpa kemacetan. Namun, adanya pandemi ini bukan solusi terhadap masalah iklim dan lingkungan karena dampak negatifnya ternyata lebih mengerikan karena menimbulkan krisis di berbagai sektor seperti kesehatan, pariwisata, ketenagakerjaan, hingga krisis ekonomi global. Pandemi ini bisa dijadikan sebagai contoh kecil kondisi di masa depan jika terjadinya krisis iklim, bahkan mungkin dampak dari krisis iklim lebih dahsyat dibandingkan dengan pandemi ini.
![]() |
Ilustrasi before-after Pandemi Covid-19 |
Berkaca dari dampak corona yang mengharuskan tiap orang beraktivitas di rumah mulai dari bekerja, belajar, beribadah, hingga aktivitas jual beli sehingga sudah sepatutnya kita merefleksikan gaya hidup new normal dan juga bijak terhadap pemanfaatan energi serta kesadaran pola konsumsi yang berkelanjutan untuk kehidupan mendatang. Di sisi lain adanya virus corona juga berdampak dalam konsumsi energi rumah tangga yang makin meningkat.
Lalu bagaimana caranya supaya bijak dalam menggunakan energi di tengah pandemi ini demi menahan laju perubahan iklim?
Langkah Bijak Menggunakan Energi Di Tengah Pandemi
![]() |
Beberapa Langkah Bijak Menggunakna Energi di Tengah Pandemi |
Gunakan Air Seperlunya
Ngomongin hemat air jadi ingat tiap musim kemarau kami selalu mengalami kekeringan, mau nggak mau harus mengeluarkan uang untuk "membeli air". Hampir tiap pagi dan sore di musim kemarau jalanan desa kami dipenuhi dengan jerigen-ember-baskom, atau apapun yang bisa menjadi tempat penampung air. Duduk di teras rumah sembari menunggu mobil pembawa air datang rasanya sudah menjadi pemandangan yang wajar.
![]() |
Beli air untuk kebutuhan sehari-hari |
Tak heran ketika mobil pembawa air datang, raut wajah para ibu-ibu terlihat sumringah karena nggak bisa dipungkiri air memang mendukung keberlangsungan semua kehidupan di Planet Bumi. Namun seringkali tanpa sadar kita menggunakan air tanpa perhitungan. Apalagi dengan dalih "buat apa hemat air, toh kita juga membayar". Ya kali meskipun membayar, nggak seharusnya bersikap demikian. Bagaimana masa depan anak cucu kita kalau kita nggak memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap energi saat ini?
Apalagi di tengah WFH seperti sekarang, otomatis penggunaan air rumah tangga meningkat. Kita boleh kok menikmati air untuk kebutuhan hidup, tetapi jangan lupa untuk melaksanakan kewajiban terhadap air dengan cara berikut:
![]() |
Pemanfaatan Air Hujan untuk Menyiram Tanaman |
- Manfaatkan air hujan untuk menyiram tanaman atau mencuci alas kaki.
- Menyiram tanaman di pagi hari supaya air tidak menguap sebelum diserap tanaman.
- Matikan keran air jika sudah tidak digunakan.
- Berwudlu dengan membuka keran air tidak terlalu besar.
Hemat Energi Listrik
Aku nggak bisa membayangkan hidup di era digital seperti sekarang tanpa adanya energi listrik. Mati listrik beberapa jam saja bisa mengganggu aktivitas. Tapi, sudahkah kita bersyukur dengan adanya energi listrik? Masih banyak masyarakat di luar sana yang belum bisa menikmati listrik selama 24 jam, lho. Masa iya kita yang bisa menikmatinya nggak bisa sedikit menghemat?
Mengacu data ESDM pada Maret 2020, konsumsi listrik rumah tangga selama WFH naik sebesar 1,3%. Menurutku naiknya konsumsi listrik rumah tangga memang wajar karena semua mobilitas kita beralih di rumah masing-masing. Tapi kenaikan konsumsi listrik rumah tangga ini bisa kita minimalisir, tinggal kita pilih mau hidup sadar dan peduli atau hidup bodo amat dan egois? Inisiatif bisa datang dari diri sendiri, kok.
- Charger handphone, laptop, earphone, kamera, atau barang elektronik lainnya sampai daya terisi penuh 100% lalu jangan lupa segera cabut colokan dari stop kontak.
- Hindari penggunaan elektronik yang stand-by mode.
- Perbanyak aktivitas di siang hari supaya penggunaan listrik bisa diminimalisir daripada aktivitas di malam hari yang membutuhkan penerangan lampu.
- Gunakan AC, kipas angin, TV, Home Teater, magicom, dll seperlunya saja. Jangan membiarkan TV menyala ketika kita tertidur. Bukan kita yang nonton TV dong, malah TVnya yang nonton kita tidur. Kan sayang banget listriknya, ya?
- Memanfaatkan sirkulasi udara dan pencahayaan alami.
- Gunakan perangkat hemat energi yang ramah lingkungan dan mendukung efisiensi.
Konsumsi Pangan Lokal
Secara global, menurut para peneliti, produksi dan konsumsi pangan menyebabkan sekitar 25% dari semua emisi gas rumah kaca. Bersyukur banget tinggal di negara yang memiliki kekayaan alam berlimpah salah satunya di bidang pangan lokal. Mengkonsumsi pangan lokal merupakan langkah awal dari kehidupan berkelanjutan. Aku masih ingat betul kasus gizi buruk di Amsat yang terjadi beberapa tahun silam. Seandainya kita sadar sejak dini untuk memanfaatkan pangan lokal mungkin nggak akan ada lagi kasus-kasus kurang gizi di Indonesia. Mengkonsumsi pangan lokal juga sama artinya kita mendukung para petani Indonesia dalam menghasilkan pangan yang berkualitas, pun secara nggak langsung kita juga mengurangi suplay chain karena berkurangnya impor pangan. Yuk mulai dukung petani di sekitar kita dengan cara:
- Konsumsi bahan makanan yang diproduksi dekat dengan kita
- Belanja sayur mayur atau kebutuhan dapur di pasar terdekat (abang sayur keliling)
- Manfaatkan umbi-umbian menjadi bahan makanan (kue, tepung, mie, dll)
Berkebun di Rumah
![]() |
Kebun di depan rumah |
- Menghasilkan tambahan oksigen untuk semesta
- Mandiri pangan dasar
- Hidup selaras dengan alam sehingga bisa lebih menghargai alam dan ramah lingkungan
Buat Bucket List Belanja Online
Jujur, di tengah pandemi ini siapa yang kalap belanja online? Siapa hayo. Semenjak pengumuman pemerintah mengenai pasien positif corona pertama di Indonesia pada 02 Maret 2020, total estimasi penjualan market place pada minggu tersebut mencapai Rp 392 Juta, sedangkan pasca pengumuman PSBB pada 30 Maret 2020 total estimasi penjualan pada minggu tersebut sebesar Rp 4,1 miliar, yang berarti total estimasi penjualan sembako di toko online mengalami kenaikan sebesar lebih dari 400%.
Memang belanja online ini nggak ada kaitannya dengan energi sih, hanya saja sampahnya yang secara nggak langsung akan berdampak dalam kehidupan sehari-hari. Nah, mengutip tips dari Verena Puspawardani selaku Direktur Program Coaction Indonesia dan Andrian Pram selaku Penasihat Komunitas Earth Hour dalam siaran #RuangPublik edisi #PerubahanIklim, ada beberapa cara untuk menyiasati belanja online di masa pandemi ini adalah dengan membuat bucket list belanjaan, dan juga lakukan hal berikut:
Memang belanja online ini nggak ada kaitannya dengan energi sih, hanya saja sampahnya yang secara nggak langsung akan berdampak dalam kehidupan sehari-hari. Nah, mengutip tips dari Verena Puspawardani selaku Direktur Program Coaction Indonesia dan Andrian Pram selaku Penasihat Komunitas Earth Hour dalam siaran #RuangPublik edisi #PerubahanIklim, ada beberapa cara untuk menyiasati belanja online di masa pandemi ini adalah dengan membuat bucket list belanjaan, dan juga lakukan hal berikut:
- Pilih toko online yang menyediakan barang-barang yang kita butuhkan supaya penggunaan plastik untuk packaging bisa lebih sedikit dibanding dengan belanja di beberapa toko online.
- Lakukan treatment dengan memilah sampah dari kemasan paket yang bisa kita gunakan dan yang bisa didaur ulang. Seperti bubble wrap bisa kita simpan dan digunakan ulang untuk mengirim paket ke orang lain. (buatku bubble wrap bermanfaat banget karena sering mengirim paket ke customer, jadi kalau kirim-kirim paket ke customer bisa manfaatkan bubble wrap yang ada)
- Membeli barang dalam jumlah yang banyak/besar supaya kemasan plastiknya lebih sedikit dan sebisa mungkin belilah barang yang kemasannya ramah lingkungan.
Manfaatkan Energi Matahari
Energi matahari merupakan energi alternatif terbarukan yang nggak akan pernah habis. Pemanfaatan energi matahari memang sangat banyak salah satunya sebagai pembangkit listrik. Namun, kita juga bisa memanfaatkan energi matahari dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya:
![]() |
Pemanfaatan Energi Matahari untuk Menjemur Pakaian |
- Selama WFH keluarga kami nggak pernah mengeringkan baju dengan mesin cuci, selain untuk menghemat listrik toh kami nggak harus diburu menggunakan seragam kerja dan sekolah. Makanya saat ini kami murni mengandalkan energi matahari untuk urusan mengeringkan baju.
- Sebagai penerangan alami, jadi di siang hari cukup buka gorden dan jendela tanpa perlu menyalakan lampu. Besok lusa jika kita berencana membangun rumah usahakan terapkan gaya hidup berkelanjutan seperti mendesain rumah yang ramah lingkungan dengan memberi ventilasi dan memanfaatkan energi alam untuk penerangan, ya.
Minimalisir Sampah
Sudah kita ketahui bahwa Indonesia memiliki masalah serius seputar sampah. Menurut KLHK dan Kementerian Perindustrian tahun 2016, jumlah timbunan sampah di Indonesia sudah mencapai 65,2 juta ton pertahun. Komposisi sampah didominasi oleh sampah organik, yakni mencapai 60% dari total sampah. Seperti yang kusebutkan di atas untuk mengurangi sampah dalam belanja online kita perlu menjadi konsumen cerdas. Selain itu, kita juga bisa meminimalisir sampah organik maupun anorganik dengan cara sebagai berikut:
![]() |
Langkah Mudah Meminimalisir Sampah |
- Usahakan jangan menyisakan makanan (apalagi di bulan Ramadan seperti ini)
- Manfaatkan sampah organik untuk pupuk, kompos, atau pakan hewan peliharaan.
- Memilah sampah yang masih bisa di reuse (gunakan kembali)
- Manfaatkan barang bekas menjadi barang yang lebih berguna
- Membawa tote bag saat belanja
- Ajak orang terdekat untuk peduli dengan lingkungan demi menjaga ekosistem alam
Nah itu tadi beberapa poin yang bisa kita lakukan supaya bijak menggunakan energi di masa pandemi ini serta untuk menahan lanju krisis iklim. Jangan sampai di tengah wabah pandemi ini justru kita menimbulkan masalah baru yaitu krisis iklim di masa mendatang. Yuk, usahakan hidup sadar dan bijak terhadap alam, sebisa mungkin pertahankan gaya hidup new normal meskipun besok lusa pandemi corona telah usai karena tantangan perubahan iklim di masa mendatang sangat tergantung dengan gaya hidup kita saat ini. Kira-kira, sudahkah teman-teman sadar ancaman dari bahayanya krisis iklim?
Sumber bacaan:
- https://m.kbr.id/berita/internasional/04-2020/mckinsey__krisis_pandemi_covid_19_serupa_dengan_krisis_perubahan_iklim/102968.html
- https://www.kbrprime.id/podcast?type=story-telling&cat=ruang-publik
- KLHK dan Kementerian Perindustrian tahun 2016, jumlah timbunan sampah di Indonesia
- https://www.esdm.go.id/id/berita-unit/direktorat-jenderal-ebtke/berbagai-kiat-hemat-energi-praktis-era-work-from-home
- https://www.cnbcindonesia.com/news/20200417171801-4-152773/sejak-ada-psbb-jokowi-belanja-ritel-online-melonjak-400
- Ebook The Cilimate Reality Project Indonesia: Kiat 50 Instagramer Jaga Bumi Di Rumah Saja
Infografis: Ella Fitria,
Raw open source: freepik
Raw open source: freepik
Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.
54komentar
Keren kak tulisannya, informatif sekali.
BalasHapusTengkyu kaaak😉
Hapussekarang harusnya musim kemarau tapi masih musim hujan aja
BalasHapusNah iya. Tiap sore tempatku hujan, kadang kl siang panasnya gustiiii berasa rumah di pesisir :(
HapusSaya dua bulan ini bantu ayah berkebun lidah buayaa mbaak hehehe alhamdulillah ada kesibukan lain selain ngadep laptop. Refreshing liat yg ijo" seger bsa sejenak terapi mata biar gak lelah 😁
BalasHapusOiya, rainwater harvesting bsa membantu dalam mengurangi kebutuhan air bersih ya mbaaak apalagi sekarang musim hujan jugaa, jd bisa direalisasikan hehe makasih sharingnya mbaak, sukses ya lombanya 😊
Waahh lidah buayanya seger2 bgt mbak. Kmrin q liat blognya, bener bgt sih berkebun bisa mengistirahatkan mata sebentar.. Yakali dr bangun tidur smpe tidur lagi mataku lebih sering ngadep layar handphone sama laptop 😩
HapusSebenarnya di saat pandemi itu yang paling penting mengubah cara hidup. Dari awalnya kurang peduli dengan kebersihan diri hingga kedisiplinan. Semoga saja ke depannya menjadi lebih baik
BalasHapusKESADARAN😅
HapusSemoga menang ya ulasan perubahan iklim yang awal bacanya sempat bikin deg-degan karena baru tau kalau Banjarnegara sering mengalami kekeringan .., kukirain selama ini ngga loh.
BalasHapusAamiin. Tengkyu doanya mas Him.. Syukurlah kl nggak tahu Bencana Banjarnegara🤣
HapusTaunya kabar yg menyenangkan aja yaak
Baru ditinggal sebentar, bumi udah banyak terjadi perubahan
BalasHapusHati km berubah juga nggak nih? 🤣
HapusUlasannya mantap. Sangat bagus jika jadi materi untuk bisa menyadarkan generasi muda tentang pentingnya isu lingkungan. Sayang sampai saat ini mata pelajaran Ekologi belum mendapat perhatian serius.
BalasHapusSalam dan terima kasih atas tulisannya yang menarik.
Iya Mas Adi.. Semoga makin kesini makin byk yg sadar pentingnya adil dan bijak dg lingkungan :)
Hapusyang paling berhasil kulakukan adalah memakai air seperlunyaa.. iyaa, jarang mandi selama pandemi ini :D
BalasHapus-traveler paruh waktu
Wahahaah. Kl aku malah sejak pandemi rajin bgt mandi mas. Rasanya otak kedoktrin kudu bersih trus nih badan. Hhh
HapusMantull mba.. mantep tulisannya...
BalasHapusYah semoga kita bisa lebih mengidahkan isu2 tentang konservasi lebih lanjut lagi.. sebagaimanapun, kita manusia kan cuma numpang di bumi ini. Apa2 udh disiapin.. tpi manusianya aja yg kadang kelewat batas ngonsumsinya..
Tengkyu Mas Bayu.. Bener bgt, pokoknya kita mulai dr diri sendiri, dr hal kecil sekalipun. :)
HapusPernah pas lewat kab Banjarnegara ada rumah di tepi jalan korban tanah longsor.
BalasHapusTapi kalau tentang daerah ini yg selalu diinget ya itu Es Dawet Ayu Banjarnegara mbak yg rasanya mantap n seger, manis gurih rasa gula merahnya dan aroma nangkanya yg semakin menambah nikmatnya es ini.
Kalau sampah organik dapur saya tanam dibelakang rumah mbak buat pupuk.
Artikel nya keren loh mbak, semoga sukses ya di lomba blog 'Perubahan Iklim'.
Wah syukurlah ada yg inget Dawet Ayunya yg seger buanget. Wkwk
HapusSama mas, sampah organik di rumahku juga buat pupuk. Sm buat pakan hewan peliharaan. Xixi
Aamiin tengkyu doanya :)
Baca ini aku jadi makin merasa bersalah nih, Mbak Ella. Soalnya sering banget kelupaan gak lepas charger dari colokan listrik, padahal hape juga gak lagi di charge. Kyknya harus lebih teliti buat mencabut charger kalau sudah selesai dipakai ya. Selain hemat energi listrik, tagihannya juga jadi lebih hemat.😔
BalasHapusSama kalau belanja online nih, Mbak El. Kebiasaan burukku itu bubble wrap aku pake mainan. Aku pencetin sampai pecah bubble nya. Ntar kalau sudah pecah semua baru aku buang. Seharusnya kan disimpan aja ya. Aku baru kepikiran kalau bubble wrap nya juga masih bisa dipake lagi buat kirim-kirim barang. Aaaaah, dasar aku. 🤦
Hayuk semangatttt makin peduli dg bumi. Hhh
HapusDimulai dr hal sederhana ya mbak Roem :)
Kalo aku begitu selesai ngecas langsung cabut mbak, paling biasanya tivi yang masih menyala, tapi biasanya ngga lama karena istri selalu nyuruh untuk cabut stop kontak yang tidak dipakai.:D
Hapusudara dan lingkungan menjadi lebih bersih ya
BalasHapusIya nih. Tp dampak lainnya nggak kalah bahayanya. Uhu
Hapuspaling setuju konsumsi produk lokal karena akan memberdayakan keberlangsungan usaha orang2 lokal juga.
BalasHapusSepakat mas. Ibaratnya saling membantu memberdayakan petani di sekitar kita :)
Hapuslho tapi kalo banjarnegara, aku ingetnya malah pembangkit listrik yg gede itu, aduh lupa namanya. dulu pernah ke sana sih
BalasHapusBendungan merican? Ahaha
HapusSekitar semingguan yang lalu saya nonton simposium soal arsitektur dan perubahan iklim. Ada satu pembicara yang memaparkan data soal aspek yang paling banyak gas buangannya: transportasi. Masuk banget sama usulannya Mbak Ella soal mengonsumsi penganan lokal. Dengen begitu, buangan dari transportasi ini mungkin bisa banyak terpangkas.
BalasHapusKeren nih Mbak tulisannya. :)
Bener bgt mas. Dg konsumsi lokal seenggaknya mengurangi suplay chain karena berkurangnya impor pangan. Semoga byk yg mengkonsumi pangan lokal ya :)
HapusNgomongin soal kemarau, disini tahun 2019 juga terjadi kekeringan parah. Kolam air yang biasanya tidak pernah kering selama puluhan tahun akhirnya kering juga. Kami orang desa jadi kelimpungan cari air.
BalasHapusKalaupun keluar air lagi jadi rebutan bahkan bertengkar gara gara air.😔
Nah kan. Sama mas Agus. Tp untungnya disini kl rebutan air nggak smpe yg bertengkar. Hhh
HapusKdg malah saling ngalah. Mandi pun seringkali pakai air galon saking susahnya beli air buat kebutuhan sehari2
Bertengkar mungkin karena sulit air tapi ngga sampai gontok gontokan sih. Paling hanya sindir sindiran kalo aku ngambil airnya agak banyak.😂
HapusMinal aidzin wal Faidzin mohon maaf lahir dan batin ya mbak Ella. Mohon dimaafkan segala salah selama ini dalam ngeblog 🙏
dampak positif yang bisa kita rasakan adalah kembalinya alama sebagai bumi yang asri tanpa penuh dengan kepadatan populasi manusia dan kendaraan yang merusak dan menyebabkan polusi udara. Langit cerah dan terus menangis haru.
BalasHapusnamun, dibalik itu kita manusia tengah dirundung rasa takut yang amat mencekam, sebab saya khawatir kalau Covid-19 ini bisa saja seperti penyakit hiv aids yang sampai saat ini tidak ada penyembuhnya.
Iya mas Ibrahim, yuk kita berdoa sama2 supaya pandemi ini segera berakhir :)
HapusPositif negatif lah si Covid ini muncul. Tapi ya tetep aja sih kita berdoa biar si Covid ini cepet pergi.
BalasHapusAamiin. Semoga segera berakhir dan kita bisa beraktivitas seperti biasa :)
HapusKonsumsi pangan lokal, berkebun di rumah dan minimalisir sampah menurut saya penting sekali mba Ella ~ seriously kalau semua orang sedikit demi sedikit mulai melakukannya, pasti akan sangat membantu bumi agar lebih 'sehat' -- saya pribadi sudah mulai pelan-pelan mencoba meski baru belajar dan lebih banyak dibantu orang, tapi seenggaknya, ingin juga memberikan sedikit manfaat bagi tempat di mana saya diberikan kehidupan :D
BalasHapusSemoga, dengan segala upaya, yang dimulai dari kita, bisa membuat bumi kembali sehat <3
Tos dulu mbak Eno💙💙💙
HapusTerima kasih sudah peduli dg bumi yaaa.. Stay safe di sana :)
Kamar tidur saya jarang sekali lampunya nyala. Bila ingin sedikit terang, jendela saya buka, kordennya disingkap lebar. Bila tidur malam, saya suka gelap. Saya berharap dengan ini saya lebih banyak menghemat energi.
BalasHapusSepakat bgt. Aku jg kl tidur selalu matikan lampu, krna nggak bisa tidur dg lampu yg terang. Hhh
HapusKl siang hampir nggak pernah menyalakan lampu krna cahaya matahari dr luar bisa masuk ke dalam rumah :)
Gue juga lagi sok2an berkebun, tapi kayaknya gagal gara2 diinjek kucing. Hih! Kalo jemur emang biasanya pake matahari... karena di kosan nggak ada mesin cuci. HUhuhuhu. Beliin dong. (lho, malah ngrampok)
BalasHapusWahaaha sayang bgt kl smpe rusak yaa. Kucingnya minta disun sayang kali. Btw ga mudik tah mas? Selamat Idulfitri yaaa. Stay safe selalu
Hapussolusi cerdas….
BalasHapusthank you atas tulisannya….
Sama2 ya :)
HapusSebenernya cara paling gampang ya matikan lampu yang gak dipakai. Terus cabut colokan charger hp dari stop contact. Matikan keran kalo bak udah penuh. Ini simpel, tapi banyak orang lupa -___-'
BalasHapusEmg yg simpel2 kadng sering lupa ya. Beda urusan sm yg rumit2 nggak bakal cepet lupa contohnya urusan sm mantan. Eh
Hapuskarena dnger denger nya subsidi silang nih mba jatah pln, jadi ini campaign yang baik banget utk hemat energi selama pandemi. meskipun kita dituntut di rumah aja.
BalasHapusIya denger2 begitu ya.. Semoga kita selalu sadar dan peduli dg penggunaan energi sehari2 :)
HapusAda sisi positif dan gak enaknya juga sih wabah corona ini. Memang di satu sisi kita bisa lihat langit jadi lumayan biru. Apalagi yang tinggal di Jakarta. Gunung di Bogor jadi bisa kelihatan. Tapi di sisi lain, wfh ini bikin konsumsi listrik, air, dll jadi nambah. Sampah pun jadi nambah juga karena seringnya beli online untuk meminimalkan kontak dengan orang luar. Tapi ya mau gimana lagi. Hal-hal ibi akan menjadi sesuatu kebiasaan baru sampai nanti vaksin ditemukan dan semua kembali seperti semula. Semoga drama covid19 ini segera berakhir dan kita semua sehat-sehat aja. Aamiin 🙏😁
BalasHapusAku aamiinkan keceng bgt nih mas Adi, semoga covid-19 ini segera pergi dan kita bisa beraktivitas seperti biasanya :)
Hapuspun semoga makin banyak yg peduli dengan penggunaan energi di kehidupan sehari-hari, stay safe di sana ya, Mas :)
nah bawa tote bag ini mayan sering aku bawa, terutama kalo ada niatan belanja cukup banyak. di minimarket kantong belanja kresek pun berbayar
BalasHapusaku malah nggak tau mba kalo banjarnegara sering terjadi bencana longsor, mungkin update berita aku nggak update update banget hehehe
kalo nemuin daerah yang susah dapetin air bersih bahkan harus berjalan kaki juauhhh banget rasanya sedih gitu, pemerataan fasilitas sperti ini masih belum rata di indo
Tos dong. Samaan. Aku juga kl belanja selalu bawa totebag.. Apalah di tempt tinggalku mbak. Kl musim kemarau datang udh pasti kekeringan dan sulit mendapatkan air. Huhu
Hapus