#SehatmuTerlindungi dengan Pengelolaan Keuangan yang Rapi

"Hai, bagaimana rasanya menjadi seorang perempuan?
Bahagia, senang, atau justru memendam rasa kecewa di lubuk hati sana?
Terima kasih untuk seluruh perempuan yang masih bertahan hingga saat ini, ya.
Maafkan segala stigma dan diskriminasi terhadap perempuan di luar sana.
Semoga, aku, kamu, kita, dan semua perempuan tetap berdiri tegak untuk menjalani hidup, menjadi pahlawan keluarga, sekaligus menjadi pengatur keuangan yang andal."

Menjadi perempuan merupakan salah satu anugerah yang luar biasa untukku. Menikmati setiap proses pertumbuhan hingga berbagai rasa yang kurang nyaman aku terima dengan segala penerimaan terbaik. Menjadi istri di tahun kedua ini juga merupakan salah satu pencapaian terbesar. Selain itu, mengalami hamil dan keguguran di tahun pertama pernikahan tak membuatku merasa gagal menjadi seorang perempuan.

Meskipun demikian, pergulatan batin untuk menguatkan diri sendiri rasanya tak mudah. Aku yakin, perempuan dengan berbagai kemampuannya mampu mendampingi sosok laki-laki yang powerful. Perempuan, seolah bertugas menjadi pahlawan untuk menyempurnakan berbagai hal. Pengorbanannya akan sampai pada titik merelakan tenaga, raga, bahkan jiwanya untuk anak-anak dan keluarga.

Perempuan dan Pengelolaan Keuangan Keluarga

Di Indonesia, perempuan sering kali menjadi pengelola keuangan keluarga. Mungkin, karena perempuan relatif lebih aktif dalam mengatur urusan kebutuhan rumah tangga. Urusan belanjaan dapur, perlengkapan kamar mandi, bayar listrik, air, internet, hingga biaya pendidikan dan kesehatan sering kali perempuan yang mengelolanya. Meskipun demikian, kita juga perlu mengajak pasangan untuk berdiskusi.

Jujur, aku pernah merasa kesulitan mengelola keuangan di satu tahun pertama pernikahan. Walaupun, orang tuaku sudah melatihku untuk hidup mandiri sejak kecil, bahkan sampai di sekolahkan di pondok pesantren. Namun, setiap akhir bulan keuangan kami selalu “bablas” alias nggak tersisa. Padahal, rasanya kami nggak boros-boros amat, tetapi kok bisa-bisanya setiap akhir bulan hanya tersisa uang seratus dua ratus ribu. Lalu, ke mana gajiku dan suami?

Nah, setelah kami teliti, keuangan kami keluar paling banyak di gaya hidup. Makanya, begitu kami sadar, kami langsung membuat beberapa langkah untuk mengerem pengeluaran yang sebenarnya nggak butuh-butuh amat. Terlebih, alokasi dana untuk Ramadan dan lebaran kan nggak sedikit. Untuk mengatasi hal tersebut, aku akan menuliskan beberapa langkah mudah mengelola keuangan keluarga. Siapa tahu bisa bermanfaat untuk teman-teman.

Perlukah Mengelola Keuangan Keluarga Secara Rinci?

Sebelum membahas cara mengatur keuangan di bulan Ramadan, aku akan mengajak teman-teman khususnya perempuan untuk mencoba mengatur keuangan jauh sebelum Ramadan tiba. Memang, awalnya tampak ribet dan rumit, tetapi setelah mencoba menjalani pasti sangat membantu pengelolaan keuangan.

Pengelolaan keuangan adalah tentang mengatur pengeluaran, menyisihkan uang untuk keadaan darurat, dan menabung.

Nah dari quote di atas, kita bisa memahami bahwa mengelola keuangan secara rinci dapat membantu kita lebih bijak dalam menggunakan uang. Selain itu juga akan mempermudah kita dalam mengatur budgeting sehari-hari seperti berikut ini: