Siang itu, gerbong kereta api yang kami tumpangi melesat meninggalkan stasiun demi stasiun. Sesekali derit gerbongnya mencicit nyaring karena beradu dengan lintasan besi. Sepanjang perjalanan menuju Stasiun Gambir, kami disuguhi berbagai pemandangan alam yang luar biasa. Bentangan sawah, gugusan gunung-gunung, hingga berbagai tanaman berjejer rapi menghiasi jendela kereta yang kami tumpangi. Begitu kereta api melewati Stasiun Jatinegara, samar-samar pemandangan tersebut berganti dengan gedung-gedung yang menjulang tinggi.
Sambil menggenggam tangan suami, aku bergumam pelan, akhirnya kami bisa menginjakkan kaki lagi di Jakarta. Namun, belum selesai merapal mantra syukur, di lubuk hati sana terbesit ribuan rasa khawatir. Pasalnya, dari balik jendela kaca kereta api, langit Jakarta tampak berkabut. Bukan kabut yang biasa kami saksikan di desa tempat tinggal kami. Melainkan, kabut tebal yang menyerupai asap seolah berkerumun menyelimuti gedung-gedung pencakar langit.
Lamunanku pecah saat mendengar announcement dari petugas kereta api yang menginfokan jika kami sudah tiba di Stasiun Gambir. Kami bergegas keluar dari gerbong, berjalan menyusuri padatnya kerumunan para penumpang. Untungnya, tak lama taksi online yang kami pesan tiba di Stasiun Gambir. Sore itu udara Jakarta terasa cukup panas, padahal rintik gerimis mulai turun. Aku yang terbiasa hidup di pedesaan merasa kurang nyaman dengan kondisi udara di Jakarta. Kabut tipis yang biasa aku rasakan setiap pagi, udara sejuk yang kuhirup setiap detik, hingga kokok-an ayam dan cicit-an burung seolah menjadi hal mewah yang tidak aku rasakan selama di Jakarta.
“Kita adalah generasi pertama yang merasakan dampak perubahan iklim sekaligus generasi terakhir yang dapat bertindak”
Nice
Luarr biasa, pantes Mbak Ella sering menang lomba, paparannya sungguh luar biasa mau skip baca eman banget, jadi lanjut deh terus baca sampai habis, hehe.
Btw bener banget mbak, langkah detail menuju perbaikan konsisi bumi, pasti dan konsisten terhadap perubahan iklim ini tentu sangat berpengaruh terhadap perlambatan perubahan iklim itu sendiri.
Dimulai dari diri sendiri dan lingkungan di sekitar kita, semoga bumi ini masih tetap terjaga dan terus lestari hingga waktu yang lebih lamaaa lagi.
Aamiin.
waah terima kasih, Mbak Nanik. Aku ikut doa yang keceng semoga bumi ini masih bisa tetap kita huni lebih lama lagi untuk generasi mendatang. Plus, semoga makin banyak yang peduli dengan bumi ini. 🙂
berasa banget ya memang sekarang perubahan iklim ini. kayak suhu bumi yang makin panas dan terjadinya cuaca ekstrem di berbagai wilayah. semestinya kita memang bisa melakukan usaha sekecil mungkin dalam menyelamatkan bumi ini
iya, Mbak Atung. Di tempatku pun kalau hujan bisa dari pagi sampai paginya lagi. Nah, kalau kemarau bisa berbulan-bulan nggak hujan 🙁
Pemaparan yang lengkap dan setuju banget Mbak. Siapa yang akan peduli dan perhatian dengan bumi ini kalau bukan kita. Mulai dengan melakukan hal-hal kecil, konsisten, merupakan bentuk kepedulian yang bisa kita lakukan untuk lingkungan.
Nah sepakat, dengan bersama-sama melakukan hal kecil untuk alam, aku yakin dampaknya akan terasa besar. 🙂
Mbak Ella kalau nulis emang selalu lengkaaap dan runut.
Kalau bukan kita dan bukan sekarang kita memulai untuk mencegah perubahan iklim, siapa dan kapan lagi ya? Toh semua juga nantinya kembali ke kita dan generasi selanjutnya. Gak mau kalah dong dengan si Monyet kecil itu. Semoga semakin banyak yang aware dengan perubahan iklim ini dan konsisten untuk menjaga lingkungan.
Aamiin, Mbak Diah. Semoga makin banyak yang peduli dengan lingkungan alam, ya. Jangan sampai kalah dengan si Monyet kecil yang turut andil menyebarkan biji-bijian 😀
Keren banget ulasan dan penyajian materinya. Bikin kita yang tadinya cuek dengan alam sekitar, bisa kembali untuk peduli. Ya, bagaimanapun kita sebagai makhluk yang hidup di bumi ini sudah seharusnya turut mengambil bagian dalam upaya2 pelestariannya.
terima kasih Mbak Haeriah. Semoga makin banyak di luar sana yang peduli dengan alam sekitar, ya. Karena kalau kita bisa menerapkan adaptasi lingkungan secara bersamaan, aku yakin dampaknya akan besar ke alam.
Ternyata adaptasi iklim bukan hanya perlu bagi kita sebagai penghuni bumi, ya. Lingkungan alam pun juga sama, memerlukan kemampuan beradaptasi dengan kondisi yg ada. Tentunya, dengan dukungan kita, penghuninya.
bener banget, Mbak Hastin. Nggak cuma manusia yang membutuhkan adaptasi, tetapi semua makhluk hidup termasuk lingkungan alam. Semoga, dengan perilaku kita yang bisa beradaptasi dengan perubahan iklim, bisa mewujdukan lingkungan alam dan bumi ini tetap lestari
Keren materinya. Aku banyak belajar dari tulisan mba Ella. Dan amazing dengan tampilan artikelnya yang ciamik banget. Juara pokoknya
Terima kasih, Mbak Dyah. Semoga artikel ini bisa bermanfaat terutama untuk adaptasi perubahan iklim biar bumi bisa kita huni hingga anak cucu kita yak
Air, udara, tanah, dan keanekaragaman hayati. Itu lah yang membuat kita tetap hidup. Maka dari itu, kita hidup untuk menjaga dan melestarikannya.
sepakat banget ini sih, kalau bukan kita yang menjaga dan melestarikannya, mau siapa lagi?
Masya Allah mba Ella… saya speechles baca paparan mba Ella di artikel ini. Luar biasa keren dan membuka wawasan bangettt. Bahkan gara2 tulisan ini bikin aku semangat untuk bisa lebih baik lagi beradptasi dengan lingkungan. Superb mbaaa .
terima kasih, Kak. Yuk, dimulai dari hal kecil untuk turut andil menerapkan adaptasi perubahan iklim 🙂