Kupas Tuntas Pengendalian BBM Bersubsidi Tepat Sasaran

di Wilayah DKI Jakarta

Jakarta dengan segala kesibukan dan aktivitasnya menjadi kota yang tidak pernah ada matinya. Banyak yang menyebut Jakarta merupakan kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Ternyata, informasi tersebut bukan hanya sebatas isapan jempol semata. Aku sepakat karena sudah membuktikannya sendiri saat mengunjungi kota Jakarta beberapa bulan yang lalu. Langit Jakarta tampak mendung menggelayut. Namun ternyata bukan kondisi mendung seperti pada umumnya. Melainkan karena kabut asap yang bergumpal sedang menyelimuti gedung-gedung pencakar langit.

Kabut asap akibat polusi di Jakarta
Kabut asap akibat polusi di Jakarta

Hal ini juga selaras dengan pendapat Tulus Abadi selaku Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) jika langit Jakarta tampak berkabut hitam setiap kali beliau landing di Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta. Nah, kira-kira, apakah kondisi udara di Jakarta ini berkaitan dengan pengendalian BBM bersubsidi tepat sasaran di wilayah DKI Jakarta?

Kemarin, tepatnya pada tanggal 7 dan 8 November 2022, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan KBR mengadakan Diskusi Publik dengan tema “Pengendalian BBM Bersubsidi Tepat Sasaran di Wilayah DKI Jakarta”. Jujur, webinar ini membuat wawasanku terbuka lebar terkait pengendalian BBM bersubsidi yang lebih banyak dinikmati oleh masyarakat yang mampu. Maka dari itu, kita perlu ikut andil dan berperan untuk mengawasi dan mengendalikan BBM bersubsidi agar tepat sasaran khususnya di wilayah DKI Jakarta.

Webinar Pengendalian BBM Bersubsidi Tepat Sasaran di Wilayah DKI Jakarta
Webinar Pengendalian BBM Bersubsidi Tepat Sasaran di Wilayah DKI Jakarta

Fakta Penggunaan BBM Bersubsidi di Wilayah DKI Jakarta

Sebagian masyarakat Indonesia masih banyak yang tergiur dengan harga BBM murah daripada memedulikan lingkungan dan kondisi mesin kendaraan. Mayoritas, masyarakat lebih memilih pertalite (RON 90). Padahal, batas minimal yang diperlukan oleh mesin kendaraan saat ini adalah RON 92 dan CN 51. Jika kita berkaca pada negara ASEAN, seperti Vietnam dan Thailand, tentu saja kita tertinggal jauh karena mereka sudah menerapkan BBM standar Euro 4.

Menurut pemaparan Komaidi Notonegoro, berdasarkan Susenas 2022, masyarakat mampu lebih banyak menggunakan pertalite dengan rincian sebagai berikut:

BOTTOM

Menangah ke Bawah
17.1 /Liter/RT/bln
  • 20,7% – 40%
  • dari total konsumsi

UPPER

Menengah Ke Atas
33.3 /Liter/RT/bln
  • 60% – 70%
  • dari total konsumsi

Sementara itu, menurut Tri Yuswidjajanto, sejak tahun 2003 mestinya tidak ada kendaraan yang cocok menggunakan BBM subsidi karena uji tipe mensyaratkan lulus uji emisi. Beliau juga memberikan perbandingan setelah melakukan pengujian terhadap kendaraan roda dua yang menggunakan RON 90 vs RON 92. Hasilnya, sebagai berikut:

RON 90

Pertalite
Rp 10.000 /Liter
  • 61 KM/L
  • Rp 164/KM
  • Deposits banyak
  • Emisi tinggi

RON 92

Pertamax
Rp 13.900 /Liter
  • 63 KM/L
  • Rp 221/KM
  • Deposits sedikit
  • Emisi rendah
Rp 0 /KM
Selisih
Rp 0
/Tahun
Rp 0
/Hari

Dari data tersebut jika rata-rata penggunaan motor per tahun adalah 6.000 KM, maka selisih pengeluaran per tahunnya yaitu 6.000 x 57 = Rp 342.000 atau hanya Rp 936 per hari. Ternyata, selisih penggunaan RON 90 dan RON 92 tidak begitu jauh jika dilihat dari harganya, bukan? Namun, jika dilihat dari dampak yang dihasilkan tentu sangat besar. Jika kita tetap menggunakan RON 90, lambat laun emisi yang dihasilkan dapat membahayakan keberlangsungan hidup di masa depan.

Dampak Penyalahgunaan BBM Bersubsidi Terhadap Mesin Kendaraan dan Lingkungan

Naiknya harga tiga jenis bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi berbuntut menyebabkan kenaikan harga pada berbagai aspek, baik transportasi, bahan pangan, dan lainnya. Meskipun demikian, kita tidak boleh seenaknya menggunakan BBM bersubsidi guna menghemat pengeluaran karena kenaikan harga tersebut. Terlebih, ternyata menggunakan BBM bersubsidi memiliki dampak yang kurang baik untuk mesin kendaraan tertentu dan berdampak buruk bagi lingkungan.

Ilustrasi emisi terhadap lingkungan
Ilustrasi emisi terhadap lingkungan

Misalnya, jika kita tetap menggunakan BBM bersubsidi yang tidak sesuai dengan jenis mesin kendaraan, maka bisa jadi kendaraan kita akan mengalami knocking. Artinya, biaya untuk memperbaiki atau service kendaraan bisa jadi lebih mahal daripada jika kita menggunakan BBM yang sesuai dengan jenis mesinnya, tentunya yang lebih ramah lingkungan.

Selain itu, penggunaan BBM bersubsidi yang tidak tepat sasaran juga dapat memengaruhi lingkungan terutama kondisi udara karena menghasilkan emisi lebih banyak. Menurut Tulus Abadi, BBM berkontribusi paling signifikan (70%) terhadap polusi di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Apalagi, lebih dari 85% produk BBM di Indonesia belum Euro Standard, padahal minimal BBM yang kita gunakan harusnya sudah Euro 2.

Kontribusi BBM Terhadap Polusi
70%
BBM Belum Euro Standard
85%

Hal ini selaras dengan pendapat dari Luckmi Purwandari, ST. M.Si, selaku Direktur Pencemaran Udara KLHK menuturkan bahwa kualitas udara di Jakarta sangat dipengaruhi oleh polusi kendaraan, industri, dan aktivitas rumah tangga. Tentunya, penyalahgunaan BBM bersubsidi tidak hanya berdampak terhadap mesin kendaraan dan lingkungan saja. Melainkan lebih kompleks lagi karena bisa berdampak pada kesehatan dan masa depan.

Upaya Kecil Berdampak Besar dalam Pengendalian BBM Bersubsidi Tepat Sasaran di Wilayah DKI Jakarta

Selama mengikuti webinar ini, aku sepakat dengan beberapa narasumber terkait upaya yang bisa kita lakukan dalam pengendalian BBM bersubsidi tepat sasaran di wilayah DKI Jakarta. Untuk melakukan hal ini, perlu adanya kolaborasi dan harmonisasi dari berbagai sektor, terutama dari pemerintah dan masyarakat umum. Barangkali, berikut ini beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat umum dalam pengendalian BBM bersubsidi.

Upaya yang Bisa Dilakukan Pemerintah

Dalam webinar kali ini, Luckmi Purwandari, ST. M.Si menuturkan bahwa pemerintah sedang menyiapkan kebijakan lain guna mendukung masyarakat agar beralih ke kendaraan yang memenuhi baku mutu emisi. Misalnya, bagi pemilik kendaraan dengan hasil uji emisinya lebih dari baku mutu yang dipersyaratkan, maka akan dikenakan pajak tambahan.

Sementara itu, menurut Tulus Abadi, sebaiknya pemerintah memberikan disinsentif kepada masyarakat yang tidak mau menggunakan transportasi umum. Kalau pun kesadaran masyarakat masih rendah terkait penggunaan transportasi umum, maka mau tidak mau masyarakat harus menggunakan bahan bakar berkualitas dan ramah lingkungan. Selain itu, Tulus Abadi juga mengusulkan untuk kendaraan yang menghasilkan emisi di atas ambang batas, sebaiknya dikenakan tarif parkir yang jauh lebih mahal. Tujuannya, agar masyarakat tersadar akan pentingnya pengendalian BBM subsidi.

Lain lagi dengan Dr. Syafrin Liputo,A.T.D.,M.T selaku Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Beliau menuturkan pihaknya sudah melakukan integrasi secara maksimal terkait layanan transportasi umum. Pengendalian BBM bersubsidi ini bisa disiasati dengan meningkatkan kesadaran masyarakat agar memilih menggunakan layanan angkutan umum. Terlebih, saat ini layanan transportasi umum sudah banyak berubah dibandingkan dengan layanan transportasi tahun-tahun sebelumnya.

Kemudian, salah satu narasumber juga mengusulkan khusus untuk BBM bersubsidi alangkah baiknya hanya dinikmati oleh masyarakat yang memiliki kendaraan roda dua atau yang memiliki kendaraan berplat kuning. Sementara itu, untuk ojek online mobil bisa mengupayakan perubahan warna plat menjadi warna kuning sehingga saat mengisi BBM tidak perlu repot membuka aplikasi.

Upaya yang Bisa Dilakukan Diri Sendiri

Selain upaya dari pemerintah, kita sebagai masyarakat juga perlu bersinergi dan mengupayakan pengendalian BBM bersubsidi. Nah, berikut ini beberapa poin yang bisa kita lakukan dari hal kecil sekali pun asalkan melakukannya dengan konsisten dan bersama-sama.

Lantas, Pantaskah Kita Menikmati BBM Bersubsidi?

Pernah tidak kita mencoba bertanya kepada diri sendiri, apakah kita pantas menikmati BBM bersubsidi? Jika menggunakan parameter etika moral, coba deh sesekali bertanya kepada diri sendiri. Jika kita menghitung selisih harga RON 90 dan RON 92 selama satu tahun hanya kisaran Rp342.000 saja. Jika kita bandingkan dengan pengeluaran biaya untuk nongkrong dan kopi yang kita nikmati dalam setahun tentu jauh sekali, bukan? Masa sih, kita tetap bersikeras menggunakan BBM bersubsidi?

Padahal, tanpa kita sadari BBM bersubsidi memperbesar hutang negara karena subsidi ini mendulang hutang. Selain itu, adanya BBM subsidi ini sama halnya mengorbankan kepentingan yang lebih strategis dan berjangka panjang, lho. Bayangkan, jika subsidi BBM ini dialokasikan ke sektor lain yang lebih produktif, misalnya untuk membangun jalan tol lintas Indonesia, memasok listrik ke seluruh pelosok negeri, tentunya ekonomi akan tumbuh pesat, lapangan kerja tersedia luas dan bisa merasakan kualitas hidup yang lebih sehat.

Atau, teman-teman lebih memilih negara membakar uang 570 triliun pertahun demi subsidi BBM ini? Lantas, berujung kondisi kesehatan kita yang menurun karena kualitas udara dan lingkungan yang tidak sehat, negara kita makin tertinggal jauh, hutang negara makin banyak, hingga keberlangsungan hidup di masa depan terancam. This, ini semua pilihan ada di tangan kita!

Kesimpulan

Semoga, kita dan siapapun di luar sana yang membaca artikel ini bisa melembutkan hatinya untuk ikut andil dalam pengendalian BBM bersubsidi tepat sasaran. Harapanku, semoga makin banyak milenial yang menyuarakan dan membagikan informasi dampak dari BBM bersubsidi yang tidak tepat sasaran. 

Meskipun tema webinar ini membahas pengendalian BBM bersubsidi tepat sasaran di wilayah Jakarta, harapannya bisa menjadi contoh untuk kota-kota besar lainnya. Pengendalian BBM bersubsidi ini bisa kita mulai dengan beralih menggunakan transportasi umum, menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan, menghemat energi, dan lainnya.

Dengan begitu, BBM bersubsidi ini bisa tepat sasaran untuk kelompok masyarakat tertentu. Sekali lagi, semua keputusan ini kembali lagi ke diri sendiri. Mau kualitas udara dan masa depan terjamin atau mau merugi bersama hutang negara? Yuk, coba kita renungkan!

Sumber:

  • Webinar Pengendalian BBM Bersubsidi Tepat Sasaran di Wilayah DKI Jakarta (KBRI & YLKI)
  • freepik
  • flaticon
5 2 vote
Rating Artikel
Subscribe
Notifikasi
guest
24 Komentar
Terbaru
Terlama Paling Banyak Vote
Feedback Sebaris
Lihat semua komentar
Nella Kyosi
Nella Kyosi
29 November 2022 10:48

Kalau dipertimbangkan dengan dampaknya, jadi mikir-mikir lagi kalau mau pake BBM bersubsidi.

Miyosi
23 November 2022 22:22

Ikut senang melihat Jakarta apik dalam mengatur distribusi BBM bersubsidi. Semoga diikuti oleh kota2 lainnya.
Jujurly paling gemes kalau lihat mobil yg harusny enggak pakai BBM subsidi tapi malah pakai yg bersubsidi heuu

Rizky Arya Lestari
Rizky Arya Lestari
23 November 2022 12:07

salah satu solusi adalah mengurangi penggunakan kendaraan pribadi

Listiorini
23 November 2022 11:02

Kalau BBM subsidi tepat sasaran, mudah-mudahan rakyat juga sejahtera sih. Kadang orang yang sangat berkecukupan pun sering terlihat antri demi dapet subsidi, hmmmm

saraah megha
23 November 2022 10:49

ternyata bbm tidak tepat sasaan dampaknya ke udara juga ya mbak, serius baru tau juga. Awalnya hanya tau kalau dampatnya di kerukan mobil, ternyata efeknya lebih besar

Dyah Kusuma
23 November 2022 10:38

saya pakai RON92 mbak, tidak pakai yang subsidi lagi dan bertahap mengurangi pemakaian kendaraan pribadi, semoga tidak menambah buruk kualitas udara

Dian
23 November 2022 10:36

Pengendalian BBM tepat sasaran memang penting ya mbak

Bisa mempengaruhi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan juga

April Fatmasari
23 November 2022 10:20

Udara kita sedang tidak baik-baik saja. Oh, salah satu penyebabnya penggunaan BBM bersubsidi yang tidak tepat sasaran. Semoga setelah ada talkshow ini, semakin banyak masyarakat yang sadar untuk menggunakan BBM yang sesuai

Kata Nieke Blog
23 November 2022 10:12

Masalahnya adalah masih banyak orang yang gak sadar bahwa harga bbm khususnya bbm subsidi adalah BUKAN harga sebenernya. Itu adalah harga setelah disubsidi atau ditalangi pemerintah. Kalo harga sebenernya ya naik dan turun mengikuti harga minyak dunia. Seperti harga bbm non-subsidi.

Julia Pasca
23 November 2022 07:47

Ya ampun ternyata polusi ya Mbak El, langit di Jakarta yang terlihat di foto dalam artikel, aku kira juga lagi mendung, ternyata oh ternyata.

Dulu, kalau di ajak ke Jakarta, duh gak betah sama sekali, selain bising dan udaranya yang memang tidak bersahabat ya, Mbak huhuhu

Yuk, semua berbenah, beli bahan bakar yang ramah lingkungan itu juga demi bumi yang kita tinggali, jangan pakai yang bersubsidi yang malah merusak mesin kendaraan apalagi semakin menumpuk hutang negara, huhu

Shafira
22 November 2022 14:15

aku sih no problem kalau bbm bersubsidi ini tepat sasaran, tapi kenyataannya ga sedikit mobil mewah ngantrinya pertalite. duh aduh

lendyagassi
22 November 2022 10:25

Memang udara di sekitar kita tidak sehat lagi terutama di kota besar. Dan dengan jumlah kendaraan, ketersediaan BBM serta penggunaannya yang diharapkan bijak ini penting untuk edukasi BBM yang ramah lingkungan dengan pembkaran sempurna. Banyak kelebihan yang tentunya hanya bisa dirasakan untuk jangka panjang.

Oemy Ikbar
22 November 2022 09:03

Perlu kesadaran dari semua pihak, untuk menjaga kelestarian lingkungan salah satunya untuk membiasakan diri untuk berjalan kaki kalau tujuan dekat atau menggunakan transportasi umum dibandingkan naik mobil pribadi.

Friska Julia
22 November 2022 07:18

Pertama kali yang perlu diperhatikan adalah mental bangsa. Kebanyakan masyarakat kita masih suka dengan subsidi. Tulisan seperti ini sebaiknya perlu diketahui masyarakat dan mudah-mudahan mereka bisa menerima. Kalau mau perbaikan, mulailah dari diri kita sendiri. Cek apakah kita sebenarnya sudah mampu tanpa subsidi. Jika sudah, ya jangan diambil.

sakif
21 November 2022 14:58

kalau di Jakarta, aku lebih suka pakai public transportation sih, selain hemat bensin karena sering macet, hemar tenaga juga tinggal naik doang nyampe. ribetnya emang kalau harus pindah jalur sih…tapi gpapa, tetep hemat.

Juwita
21 November 2022 10:15

Ya brilian sekali idenya. Apalagi Jakarta memang penyumbang polisi terbanyak. Semoga bisa terealisasi

Farida Pane
21 November 2022 02:01

memang ngeri kalau liat polusi di jakarta, ya. Aku pribadi berusaha menerapkan poin2 di atas semampunya.

Imawati Annisa
20 November 2022 18:21

Cus langsung beli mobil listrik apa? Haha.. Sayangnya nggak semua daerah fasilitas angkutan umumnya baik, akhirnya masih banyak yang lebih memilih untuk naik kendaraan pribadi. Tentunya ini mengkonsumsi lebih banyak BBM. Tapi memang harus bisa bijak sih sebagai WNI yang baik dan peduli lingkungan.

Aji Ervanto
20 November 2022 17:49

Memang sebagai warga negara yang baik, kita juga harus ikut berkontribusi dan lebih bijak dalam penggunaan BBM. Demi hidup keberlanjutan

Nurul Rahma
Balas ke  Ella Fitria
22 November 2022 15:52

Harus bijak utk pemakaian BBM
Demi planet Bumi yg lebih baik
Thanks ya