Pekan lalu, seumur hidupku, aku baru pernah merasakan kebahagiaan yang membuncah ruah. Kebahagiaan itu seolah menghangatkan ruang operasi yang begitu dingin. Di dalam sana, di rongga terdalam, segumpal darahku mendidih saat mendengar tangisnya pecah untuk pertama kalinya. Entah sudah berapa kali jarum suntik menusuk pembuluh darah tipis ini. Pun entah sudah berapa banyak jahitan yang aku terima. Namun, semua rasa itu tergantikan dengan hadirnya bayi laki-laki yang kami nanti.
Dulu, sebelum aku berada di titik ini, membayangkan menjadi seorang ibu adalah hal yang enteng. Bahkan, sesaat sebelum melahirkan, aku masih jumawa dan beranggapan bahwa menjadi ibu merupakan hal yang mudah. Toh aku bisa berbagi peran dengan suami. Sampai-sampai, kami sudah menyusun jadwal dan membuat kesepakatan pembagian tugas jauh-jauh hari sebelum melahirkan.
Namun, ternyata jadwal dan kesepakatan yang kami buat tidak bisa diterapkan karena situasi dan kondisinya jauh berbeda dari yang kami bayangkan. Karena menjadi orang tua baru membutuhkan kemampuan untuk membaca segala situasi. Dengan begitu, kesehatan mental orang tua akan tetap terjaga. Si kecil pun bisa tumbuh dalam kehangatan dan balutan kasih sayang.
Memang baru hitungan hari aku menjadi seorang ibu. Namun, aku merasakan perubahan yang sangat drastis. Banyak aktivitas dan pekerjaan yang sudah direncanakan jauh-jauh hari harus di-cancel. Selain itu, aku pun harus rela menggunakan jatah cutiku untuk pemulihan pasca melahirkan.
Ritme tidur, makan, dan segala aktivitas kini berubah. Makanya, tidak heran jika ibu yang baru melahirkan bisa mengalami gangguan psikologis. Bahkan, sampai ada yang memerlukan bantuan psikiater. Hal ini selaras dengan laman Alodokter yang menyebutkan sekitar 40-80% wanita mengalami baby blues syndrome setelah melahirkan. Tidak hanya baby blues, ibu yang baru melahirkan juga bisa saja mengalami depresi pasca melahirkan atau postpartum depression hingga psikosis pasca melahirkan.
Ada beberapa faktor yang bisa memicu munculnya gangguan-gangguan di atas, seperti faktor hormonal, lingkungan, emosional, hingga faktor genetik. Untuk merawat kesehatan mental pasca melahirkan, aku memberi jeda pada diriku dengan menggunakan waktu sebebas-bebasnya di sela-sela penyesuaian menjadi ibu baru. Body massage setiap pagi selama tujuh hari adalah hal yang paling menyenangkan dan menenangkan. Selain itu, aku juga memanfaatkan hobi dengan memulai membuat planning untuk konten-konten seputar dede bayi.
"Tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental"
Organisasi Internasional Kesehatan Dunia (WHO)
Bagiku, membuat konten adalah salah satu hal yang sangat menyenangkan. Menulis, mengambil foto, mengedit video, dan membuat desain grafis bisa membantu pikiranku lebih rileks. Meski sebagian orang mengartikan healing dengan traveling, aku mengartikan healing dengan berkreasi di depan laptop dan kamera untuk menghasilkan sebuah karya.
Ketika berhasil membuat salah satu konten, ada rasa lega sekaligus bahagia. Terlebih, jika konten yang dihasilkan bisa bermanfaat untuk orang lain. Menuangkan ide yang bergumal di pikiran hingga mewujudkannya dalam sebuah karya sungguh menjadi candu untukku di saat harus menyesuaikan berbagai kebiasaan baru menjadi seorang ibu.
Saat ini, aku senang sekali membuat jurnal dan mendokumentasikan dede bayi. Rencananya, aku juga akan membuatkan akun media sosial untuk dede bayi dan mengoptimasikannya. Bukan semata-mata karena mengharapkan materi dari media sosial dede bayi. Namun, aku ingin mengabadikan tumbuh kembang cinta pertama kami sekaligus berbagi cerita dan pengalaman nyata menjadi seorang ibu baru.
Sayangnya, karena saat ini aku masih dalam masa pemulihan pasca melahirkan, rasanya kurang nyaman jika duduk terlalu lama di depan laptop. Pun, rasanya ribet sekali ketika mengambil foto dan video menggunakan kamera mirrorless karena harus setting ini itu dan kurang praktis. Sementara, waktuku terbatas karena harus mengurus dede bayi.
Maklum saja, handphone-ku saat ini kurang mumpuni untuk menghasilkan sebuah konten. Jangankan untuk merekam video, untuk mengambil foto saja hasilnya buram dan kurang tajam. Bahkan, saat digunakan untuk membuka aplikasi sering kali tiba-tiba kembali ke menu awal. Parahnya, jika sedang urgent mengisi data di Google Form, HPku bisa mendadak menutup laman form. Alhasil, aku harus mengulang mengisi data lagi hingga puluhan kali. Tidak jarang akhirnya aku menyerah dan beralih menggunakan laptop.
Setelah mempertaruhkan nyawa dan berjuang antara hidup mati, aku ingin sekali menghadiahi diri sendiri dengan smartphone yang mumpuni. Hal ini bukan tanpa alasan, melainkan aku ingin lebih produktif dalam menghasilkan karya tanpa melewatkan tumbuh kembang dede bayi. Plus, untuk menjaga kesehatan mental di sela-sela waktu yang ada. Jadi, aku tidak harus selalu menggunakan laptop dan kamera untuk menyalurkan hobi.
Tentunya, jika membuat konten dengan smartphone akan lebih praktis dan efektif. Di mana saja, kapan saja, bahkan sambil rebahan pun bisa selalu produktif. Namun, adakah smartphone yang mampu menunjang kebutuhan untuk membuat konten yang ciamik, tanpa perlu repot menggunakan kamera dan editing di laptop? Jawabannya adalah ASUS Zenfone 9 yang baru di-launching pada 17 November 2022 lalu.
Menariknya, ASUS Zenfone 9 memiliki segudang keunggulan yang bisa menjadi teman untuk berkarya dan meningkatkan skill dengan satu genggaman. Smartphone ini juga sangat ergonomis dan compact sehingga membuat mobilitas makin mudah. Penasaran apa saja kelebihan ASUS Zenfone 9? Yuk, simak artikel ini sampai selesai, ya!
Membuat konten yang indah dan tampak profesional tentu saja memerlukan dukungan perangkat yang mumpuni. ASUS Zenfone 9 hadir untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu, aku sangat takjub dengan berbagai kelebihan smartphone ini.
Hadirnya ASUS Zenfone 9 ini menjadi harapan untukku sebagai ibu baru dalam membuat content dan job melalui smartphone tanpa repot dan kendala. Hal tersebut berkat spesifikasi mumpuni yang dapat menunjang pekerjaan multitasking untuk para creator. ASUS Zenfone 9 dibekali dengan SoC Qualcomm Snapdragon® 8+ Gen 1. Dengan SoC tersebut, smartphone ini memiliki performa 15% lebih baik dan render grafis 50% lebih cepat dibanding Snapdragon® 888. Editing foto dan video di smartphone pun jadi lebih cepat dan efisien.
Selain itu, ASUS Zenfone 9 juga memiliki kapasitas memory hingga 16 GB LPDDR5. Mengerjakan banyak task secara bersamaan menjadi lebih lancar. Berkreasi membuat desain grafis sembari mencari referensi di browser atau berpindah-pindah aplikasi bukan lagi menjadi masalah. Tidak ada drama berkali-kali mengisi Google Form yang berujung gagal karena HP-ku yang tiba-tiba nge-blank dan pindah aplikasi.
Nah, ada satu hal lagi yang tidak kalah penting untuk menunjang kegiatan multitasking dan kreativitas di-smartphone, yakni penyimpanan internal yang lebih lega. Pembuatan konten berupa video dan foto seringkali memakan banyak space, bukan? Kehabisan space bisa sangat menghambat kreativitas. Untungnya, ASUS Zenfone 9 memiliki opsi penyimpanan hingga 256 GB. Teknologi UFS 3.1 pada penyimpannya memastikan transfer dan pemrosesan file dapat dijalankan dengan super cepat.
Sementara itu, untuk menunjang kestabilan performa dan kecepatan, ASUS Zenfone 9 ini menawarkan kapasitas pendingin yang besar. Pendingin pada smartphone ini menggunakan ruang uap dan penyebar panas berupa tembaga, thermal paste dan lembaran grafit. Dengan teknologi tersebut, smartphone ini tidak akan cepat panas dan performa menjadi lebih stabil.