Angin sepoi bertiup pelan seolah menyapa kedatanganku. Suara gemuruh ombak terdengar samar disusul cuitan burung yang berterbangan dari pohon ke pohon lainnya. Aku buru-buru berlarian kecil menuju arah pantai untuk menikmati keindahan Pantai Sendang Sikucing yang terletak di Kendal, Jawa Tengah. Sayangnya, makin dekat dengan bibir pantai bukan hamparan pasir dan birunya air laut yang aku jumpai. Melainkan, hamparan sampah menghiasi sejauh mata memandang.
Aku terpaku, kakiku gemetar, rasanya sedih sekaligus marah. Ada beribu pertanyaan di lubuk hati sana. Ya, aku memang tidak berhak menghakimi sesama. Namun, aku berharap melalui tulisan ini bisa sedikit menyadarkan bahwa campur tangan ulah manusia bisa berdampak buruk bagi kehidupan.
Hamparan sampah yang ada di Pantai Sendang Sikucing hanya sebagian potret kecil kebiasaan buruk manusia. Seharusnya, kita bisa hidup berdampingan dengan alam karena dampak perubahan iklim makin terasa nyata, bahkan bisa menenggelamkan sebuah kehidupan.
Seperti Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak yang tenggelam karena ulah manusia. Pada 2001, lahan sawah yang subur diubah menjadi tambak udang karena masyarakat tergiur dengan tingginya harga udang. Namun, lambat laun harga udang mulai turun. Sementara itu, ombak laut dan rob makin meninggi. Alhasil, hanya dalam kurun waktu 2003-2019 (16 tahun) daerah Demak mengalami perubahan garis pantai 5 KM ke arah barat.
Berdasarkan data dari National Aeronautics and Space Administration (NASA) dalam 10 tahun terakhir, suhu permukaan bumi mengalami peningkatan sebesar 1.02 °C pada tahun 2016 dan 2020. NASA juga menuturkan peningkatan suhu ini diakibatkan oleh aktivitas manusia.
Dampak perubahan iklim juga menyasar pada sektor kesehatan. Mengutip data dari The Conversation, Nature Climate Change (Agustus 2022) ada 218 dari 375 (58%) penyakit menular pada manusia dipengaruhi oleh perubahan iklim, seperti hepatitis, malaria, kolera, hingga antraks.
Tanpa sadar, keserakahan dan kelalaian manusia berpengaruh pada perubahan iklim. Semoga kita bisa melembutkan hati dan merenungkan bagaimana caranya aktivitas yang kita lakukan tidak memperburuk perubahan iklim. Yuk mari coba renungkan!
Apa yang ditakuti dunia saat ini, bukan lagi pandemi, bukan lagi perang, tetapi yang lebih mengerikan yang ditakuti oleh semua negara adalah perubahan iklim.
Joko Widodo
Aku sepakat dengan presiden RI. Meskipun demikian, kita bisa bersama-sama melakukan hal-hal kecil secara konsisten. Harapannya, kita bisa hidup berdampingan dengan alam dan laju perubahan iklim bisa dikendalikan. Berikut beberapa hal kecil yang bisa dilakukan untuk meminimalkan laju perubahan iklim.
Pertama, untuk meminimalkan efek gas rumah kaca yang disebabkan oleh emisi karbon dioksida, kita bisa menyiasatinya dengan beralih ke angkutan umum. Kita juga bisa memilih menggunakan sepeda atau jalan kaki jika lokasi yang ditempuh tidak jauh.
Kedua, bijak menggunakan energi air, listrik, dan minyak bumi. Pastikan menggunakan air secukupnya dan menampung air hujan untuk berbagai keperluan. Kurangi penggunaan AC jika tidak diperlukan. Usahakan memilih barang elektronik yang low watt dan ramah lingkungan, ya! Untuk penerangan ruangan, kita juga bisa memanfaatkan cahaya alami dari luar.
Ketiga, mulailah mengelola sampah dari rumah. Pisahkan sampah organik dan anorganik untuk kemudahan pengelolaan selanjutnya. Terapkan 4R (Recycle, Reduce, Reuse, dan Repair) agar sampah lebih bermanfaat. Biasanya, aku juga melakukan food preparation untuk meminimalkan sampah sayuran. Jadi, tidak ada lagi sayuran busuk. Selain itu, memanfaatkan ugly food juga bisa menjadi salah satu cara meminimalkan sampah organik. Biasakan juga untuk membawa tumbler dan kantong belanja, ya!
Kita tidak akan bisa mengendalikan perubahan iklim sendirian. Karena itu, perlu bersinergi dengan organisasi lingkungan seperti Greeneration Foundation yang berdiri secara resmi sejak 2014 dengan berbadan hukum Yayasan. Greeneration Foundation merupakan bagian dari Greeneration Indonesia yang berfokus pada gerakan lingkungan sejak 2006.
Menurutku, Greeneration Foundation bisa menjadi jembatan untuk masa depan berkelanjutan. Pasalnya, LSM lingkungan ini berupaya merestorasi lingkungan yang berkolaborasi dengan berbagai pihak. Nah, beberapa programnya, antara lain:
Greeneration Foundation meluncurkan inisiatif Green Fund Digital Philanthropy (GFDP) untuk membantu percepatan implementasi solusi perubahan iklim di Indonesia. Jadi, siapa saja, kapan saja, di mana saja asal terhubung dengan internet bisa menjadi bagian dari perubahan dengan cara berdonasi melalui GFDP.
GFDP sudah memiliki izin PUB dari Kemensos dengan nomor SK 270/HUK-PS/2022. Karena itu, teman-teman tidak perlu ragu dan khawatir untuk melakukan donasi.
Green Fund Digital Philanthropy memiliki tujuan mendigitalisasi solusi perubahan iklim dengan menjadi wadah penyaluran kontribusi kepada gerakan, proyek, ataupun inovasi lingkungan yang terhambat pendanaan. Cara donasinya juga cukup mudah.
Mari jalani hidup dengan lebih bermanfaat dan menjadi bagian dari perubahan hanya dengan Rp10 ribu saja! Yuk Donasi di sini atau klik tombol di bawah ini ya!
Sumber:
Serem kak efek perubahan iklim ini tuh, kita harus gerak sama2 ya dan mulai dari diri sendiri, aku pernah keluar tanpa baju lengan panjang 5 menit ajaa nampak belang
Reminder yang bikin sedih, takut baca, nyesek, tapi inilah fakta yang terjadi. At least dimulai dari diri sendiri, walau berat jalan sendiri tapi pasti ada perubahan. Lewat tulisan seperti Mba Ella ini pun sudah memberikan kontribusi yang luar biasa.
Masya Allah tulisan Mbak Ella selalu amazing dan komplit. Setuju banget Mbak, untuk mengendalikan perubahan iklim memang tidak bisa dilakukan sendiri. Kita harus bersinergi dengan banyak pihak dan segera dimulai saat ini juga, jangan ditunda.
Makasih insight-nya Mbak Ella..
Saya gak baca kontennya, tapi desain tampilan artikelnya. Keren mba. Apa plugin WP ya?
Ngeri banget yah liat sampah di pantai.. Semua ulah manusia juga dan kita harus lebih bijaksana lagi untuk lebih aware menyelamatkan bumi ini
Nyedih sih pas lihat bumi kita hari ini, udah banyak yang rusak, dan itu karena ulah kita semua. Mesti lebih aware lagi tentang cara menjaga lingkungan mulai dari hal paling kecil sekali pun
Wah… itu beneran ya sampahnya numpuk di pantai? 🙁
Aku jadi sedih karena belum maksimal melakukan perubahan untuk memperbaiki lingkungan. Yang paling mampu kupraktikkan baru bawa tas belanja dan wadah sendiri kalau mau beli sesuatu. Semoga langkah kecil ini bisa membantu dan membuatku terpacu juga dalam program penyelamatan bumi.
Menjaga lingkungan sejatinya tanggung jawab kita semua ya, karena ulah kita juga sebagai manusia terkadang ga sadar sering melakukan kegiatan yang bisa merusak iklim itus endirir
Serem kak efek perubahan iklim ini tuh, kita harus gerak sama2 ya dan mulai dari diri sendiri
Pernah liburan ke pantai dekat rumah pas mudik, bagus kali pantainya, tapi lihat ke laut sering kali ditemukan sampah plastik ngambang. Di bibir pantainya pun ada tumpukan sampah, padahal disediakan tempat sampah.
Pernah ke Pantai Sikucing, emang kotor sekali. Mungkin perlu gotong royong membersihkan pantai oleh masyarakat setempat.