Oleh Ella Fitria | 20 Mei 2023

Angin sepoi bertiup pelan seolah menyapa kedatanganku. Suara gemuruh ombak terdengar samar disusul cuitan burung yang berterbangan dari pohon ke pohon lainnya. Aku buru-buru berlarian kecil menuju arah pantai untuk menikmati keindahan Pantai Sendang Sikucing yang terletak di Kendal, Jawa Tengah. Sayangnya, makin dekat dengan bibir pantai bukan hamparan pasir dan birunya air laut yang aku jumpai. Melainkan, hamparan sampah menghiasi sejauh mata memandang.

Lautan sampah di bibir Pantai Sendang Sikucing Kendal, Jawa Tengah (Dok. Pribadi)

Aku terpaku, kakiku gemetar, rasanya sedih sekaligus marah. Ada beribu pertanyaan di lubuk hati sana. Ya, aku memang tidak berhak menghakimi sesama. Namun, aku berharap melalui tulisan ini bisa sedikit menyadarkan bahwa campur tangan ulah manusia bisa berdampak buruk bagi kehidupan.

Hamparan sampah yang ada di Pantai Sendang Sikucing hanya sebagian potret kecil kebiasaan buruk manusia. Seharusnya, kita bisa hidup berdampingan dengan alam karena dampak perubahan iklim makin terasa nyata, bahkan bisa menenggelamkan sebuah kehidupan.

Sebuah masjid di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak yang tenggelam (Dok. Google Map @Sahabat Guru Hebat)

Peta lokasi Desa Bedono dilihat dari Google Maps

Seperti Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak yang tenggelam karena ulah manusia. Pada 2001, lahan sawah yang subur diubah menjadi tambak udang karena masyarakat tergiur dengan tingginya harga udang. Namun, lambat laun harga udang mulai turun. Sementara itu, ombak laut dan rob makin meninggi. Alhasil, hanya dalam kurun waktu 2003-2019 (16 tahun) daerah Demak mengalami perubahan garis pantai 5 KM ke arah barat.

Berdasarkan data dari National Aeronautics and Space Administration (NASA) dalam 10 tahun terakhir, suhu permukaan bumi mengalami peningkatan sebesar 1.02 °C pada tahun 2016 dan 2020. NASA juga menuturkan peningkatan suhu ini diakibatkan oleh aktivitas manusia.

Kenaikan suhu dalam 10 tahun terakhir
+ 0 °C
Penyakit menular dipengaruhi oleh perubahan iklim
0 %

Dampak perubahan iklim juga menyasar pada sektor kesehatan. Mengutip data dari The Conversation, Nature Climate Change (Agustus 2022) ada 218 dari 375 (58%) penyakit menular pada manusia dipengaruhi oleh perubahan iklim, seperti hepatitis, malaria, kolera, hingga antraks.

Tanpa sadar, keserakahan dan kelalaian manusia berpengaruh pada perubahan iklim. Semoga kita bisa melembutkan hati dan merenungkan bagaimana caranya aktivitas yang kita lakukan tidak memperburuk perubahan iklim. Yuk mari coba renungkan!

Apa yang ditakuti dunia saat ini, bukan lagi pandemi, bukan lagi perang, tetapi yang lebih mengerikan yang ditakuti oleh semua negara adalah perubahan iklim.

Aku sepakat dengan presiden RI. Meskipun demikian, kita bisa bersama-sama melakukan hal-hal kecil secara konsisten. Harapannya, kita bisa hidup berdampingan dengan alam dan laju perubahan iklim bisa dikendalikan. Berikut beberapa hal kecil yang bisa dilakukan untuk meminimalkan laju perubahan iklim.

Pertama, untuk meminimalkan efek gas rumah kaca yang disebabkan oleh emisi karbon dioksida, kita bisa menyiasatinya dengan beralih ke angkutan umum. Kita juga bisa memilih menggunakan sepeda atau jalan kaki jika lokasi yang ditempuh tidak jauh.

Kedua, bijak menggunakan energi air, listrik, dan minyak bumi. Pastikan menggunakan air secukupnya dan menampung air hujan untuk berbagai keperluan. Kurangi penggunaan AC jika tidak diperlukan. Usahakan memilih barang elektronik yang low watt dan ramah lingkungan, ya! Untuk penerangan ruangan, kita juga bisa memanfaatkan cahaya alami dari luar.

Beberapa hal kecil yang aku lakukan untuk meminimalkan dampak perubahan iklim (Dok. Pribadi)

Ketiga, mulailah mengelola sampah dari rumah. Pisahkan sampah organik dan anorganik untuk kemudahan pengelolaan selanjutnya. Terapkan 4R (Recycle, Reduce, Reuse, dan Repair) agar sampah lebih bermanfaat. Biasanya, aku juga melakukan food preparation untuk meminimalkan sampah sayuran. Jadi, tidak ada lagi sayuran busuk. Selain itu, memanfaatkan ugly food juga bisa menjadi salah satu cara meminimalkan sampah organik. Biasakan juga untuk membawa tumbler dan kantong belanja, ya!

Kita tidak akan bisa mengendalikan perubahan iklim sendirian. Karena itu, perlu bersinergi dengan organisasi lingkungan seperti Greeneration Foundation yang berdiri secara resmi sejak 2014 dengan berbadan hukum Yayasan. Greeneration Foundation merupakan bagian dari Greeneration Indonesia yang berfokus pada gerakan lingkungan sejak 2006.

Menurutku, Greeneration Foundation bisa menjadi jembatan untuk masa depan berkelanjutan. Pasalnya, LSM lingkungan ini berupaya merestorasi lingkungan yang berkolaborasi dengan berbagai pihak. Nah, beberapa programnya, antara lain:

Strategic Engagement

Indonesia Circular Economy Forum (ICEF)

Jambore Indonesia Bersih dan Bebas Sampah (JIBBS)

Education

Citarum Repair

Driving Refill Solution (DRS)

Community Empowerment

EcoRanger

River Cleanup, dan masih banyak lainnya

Ecoranger sedang membersihkan sampah di pantai demi mewujudkan membangun pariwisata berkelanjutan (Dok. Greeneration Foundation)
Citarum Repair (Citarum River Plastic Recovery) mengurangi polusi plastik yang masuk ke lautan melalui sungai (Dok. Greeneration Foundation)