The hardest challenge is to be yourself in a world where everyone is trying to make you be somebody else."

Quote dari E. E. Cummings di atas menyadarkanku bahwa menjadi diri sendiri merupakan tantangan yang cukup sulit. Terlebih, jika lingkungan terus “memaksa” untuk mengubah kita menjadi orang lain. Sebenarnya, alasannya cukup simpel, kita dituntut untuk mengikuti pilihan mereka. Kerap kali mereka menganggap “ini yang terbaik” atau “ini pilihan terbaik”, padahal untuk menentukan versi terbaiknya, setiap manusia memiliki kriteria masing-masing.

Karena itu, jika kita berada di posisi tersebut, inilah saatnya untuk bilang: “Wait a minute, who are you?” Sejatinya, kita berhak memilih menjadi terbaik versi diri kita masing-masing. Bukan menjadi terbaik dari cerminan orang lain yang nggak kita inginkan.

Kali ini aku akan sedikit bercerita, bagaimana prosesku memaksimalkan potensi diri berkat self-improvement sekaligus dukungan device terbaik versiku. Barangkali, melalui tulisan ini, bisa membuat teman-teman bangkit untuk melangitkan harapan dan mewujudkannya melalui berbagai upaya terbaik versi masing-masing.

Menjadi yang Terbaik Versiku

Orang yang hidup sesuai dengan nilai dan keyakinan mereka sendiri memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi dan lebih cenderung untuk mencapai tujuan mereka"

Jujur, aku memang belum menjadi yang terbaik jika dibandingkan dengan orang lain. Namun, jika dibandingkan dengan diriku beberapa tahun ke belakang, bisa dibilang, saat ini aku menjadi yang terbaik di antara tahun-tahun sebelumnya. Menurutku, nggak fair jika kita membandingkan diri kita dengan orang lain karena upaya dan usaha yang dilakukan oleh setiap orang tentu saja berbeda.

Aku jadi ingat dengan salah satu penelitian yang berjudul “The Benefits of Being True to Yourself” yang diterbitkan di jurnal “Journal of Personality and Social Psychology” pada 2018. Penelitian tersebut mengemukakan bahwa orang yang hidup sesuai dengan nilai dan keyakinan mereka sendiri memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi dan lebih cenderung untuk mencapai tujuan mereka.

Apa Sih Definisi "Terbaik?" Awas, Jangan Sampai "Terbalik"!

Mengutip dari Cambridge Dictionary, kata terbaik (best) dapat merujuk pada arti: sesuatu yang paling cocok, paling menyenangkan, atau hal paling efektif. Jadi, sesuatu dapat dikatakan terbaik jika hal tersebut nggak hanya mengandung unsur “paling bagus”, melainkan juga ada unsur kecocokan, menyenangkan, atau efektif.

Orang lain yang suka memberikan saran pilihan terbaik atas cerminan sendiri
Orang lain yang suka memberikan saran pilihan terbaik atas cerminan sendiri

Sama halnya dalam menentukan versi terbaik dari diri kita. Untuk menjadi terbaik, kita juga perlu mempertimbangkan apakah hal tersebut dapat memberi kenyamanan dan kecocokan? Dengan begitu, kita dapat memperoleh hal terbaik versi diri sendiri. Bukan terbaik versi “terbalik” /cerminan orang lain.

Misalnya, menurutku hobi terbaikku adalah traveling. Mungkin bagi teman-teman, traveling nggak make sense jika dikatakan sebagai hobi terbaik. Namun, buatku traveling memberikan manfaat yang sangat banyak, di dalamnya termasuk ada unsur yang sangat menyenangkan sehingga berpengaruh terhadap meningkatnya produktivitasku. Selain itu, traveling juga menjadi salah satu hal yang efektif untuk me-refresh pikiranku.

Pasalnya, selama 8 jam perhari aku harus duduk di depan layar laptop dan bergelut dengan pekerjaan. Ya, meskipun aku harus rela mengeluarkan biaya, waktu, tenaga dan nggak jarang perlu meninggalkan keluarga saat melakukan traveling. Namun, traveling menjadi pilihan terbaikku sebagai “penyegar” rutinitas harian.

Mengenal Diri Sendiri dan Potensi Tersembunyi

Sungguh, aku nggak pernah membayangkan bisa bekerja di salah satu perusahaan Jepang “mybest” sebagai content planner. Berawal dari profesi guru sekolah dasar yang gajinya jauh dari UMR, aku mulai serius menekuni dunia menulis dan blog. Bisa dibilang, blog ini yang membawaku sampai di titik bisa menumpahkan rasa syukur yang nggak ada habisnya karena akhirnya rapalan doa di masa lalu pelan-pelan terwujud.

Laman website layanan rekomendasi produk "mybest Indonesia"
Laman website layanan rekomendasi produk "mybest Indonesia"

Dulu, dalam sujudku, aku selalu melangitkan doa untuk dibukakan jalan pekerjaan terbaik. Rasanya, aku ingin sekali bekerja dari rumah, memiliki penghasilan yang berlimpah, bisa berkumpul bersama keluarga setiap hari, dan bisa bekerja sesuai kesenanganku.

Alhamdulillah, saat ini gaji bulananku dari perusahaan mybest lebih dari cukup, apalagi income dari blogku juga sangat lumayan. Ada berbagai brand lokal maupun internasional yang mengajak kolaborasi di blog ini. Bahkan, sudah puluhan kali aku mendapatkan job dari klien luar negeri yang fee-nya $100/ artikel.

Beberapa kolaborasi job dengan brand internasional
Beberapa kolaborasi job dengan brand internasional

Bayangkan saja jika saat itu aku stuck dan pasrah menjalani pekerjaan tanpa berusaha mengenal diri sendiri dan menggali potensi tersembunyi. Tentu saja, aku nggak akan bisa berada di posisi sekarang.

Belajar dari Kegagalan dan Keterbatasan

Untuk mencapai titik ini, ada usaha, kerja keras, bahkan air mata yang nggak terbendung. Beberapa kali aku juga merasakan pengalaman pahit saat mencoba apply pekerjaan ke beberapa perusahaan. Salah satunya, saat aku menerima email balasan dari HRD terkait lamaran yang aku ajukan.

Awalnya, aku senang bukan main setelah aku melakukan serangkaian test dan dinyatakan lolos. Namun, hingga detik ini kabar baik itu nggak kunjung terwujud karena nggak ada kejelasan terkait pengumuman yang membahagiakan itu. Sedih? Marah? Kecewa? Ya, pastilah! Terlebih, aku sudah menyiapkan segala keperluan dan perlengkapan karena aku berencana tinggal di kos yang nggak jauh dari kantor tersebut. Bahkan, aku pun sudah mendapatkan kos-kosan dan membayarnya lunas untuk satu bulan.

Saat itu, setiap hari aku selalu mengecek email dan WhatsApp, barangkali aku terlewat nggak dihubungi oleh HRD tersebut. Aku pun sudah mencoba mengirim email kepada beliau, tetapi hasilnya nihil karena nggak ada balasan. Jujur, saat itu aku membutuhkan beberapa bulan untuk mengais dan mengumpulkan sisa-sia semangat untuk mulai mencoba menggali potensi dan membangun blog ini.

Ya, meskipun awal-awal nge-blog, aku hanya bermodalkan smartphone saja. Mulai dari draft artikel, membuat desain grafis, hingga publish artikel. Mungkin, bagi sebagian orang nggak masalah jika nge-blog hanya menggunakan smartphone, pun memang nggak ada yang salah. Hingga detik ini, aku pun masih sering membuat outline artikel blog di smartphone karena rasanya lebih praktis dan bisa langsung mencatat saat ide datang.

Namun, jika ingin meng-upgrade skill seputar dunia digital, menambah pengetahuan seputar SEO, atau belajar mendesain grafis tentu saja membutuhkan perangkat yang mumpuni. Terlebih, untuk bersaing di perusahaan global, mau nggak mau kita perlu memiliki laptop terbaik.

Laptop Terbaik
Apakah Harus High-End?

Menurutku, laptop bisa dikatakan device yang sangat krusial dalam pekerjaanku sebagai freelance writer. Karena itu, aku harus pintar-pintar memilih laptop yang sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan. Lantas yang menjadi pertanyaan adalah “Apakah laptop terbaik harus memiliki spesifikasi high-end?” Tentu saja, jawaban simpelnya “nggak harus, dong!”

Alasannya, laptop high-end tentu memiliki spesifikasi paling tinggi dan teknologi terbaru, tetapi bukan berarti terbaik untuk semua orang. Tahu kan kalau setiap orang itu unik dan memiliki personalisasi sendiri? Nah, sama halnya dengan menjadi terbaik dari diri sendiri, memilih laptop terbaik juga berkaitan erat dengan personal.

Berikut ini akan coba aku ceritakan beberapa parameter yang aku gunakan untuk menentukan laptop terbaik versiku.

Needs VS Wants

Useful VS Wasteful

Capability VS Budget

Needs VS Wants

Sejak aku bekerja sebagai content planner di perusahaan layanan rekomendasi dari Jepang “mybest”, rasanya aku makin aware dalam memilih suatu produk berdasarkan kebutuhan. Perusahaan tempat aku bekerja selalu berupaya menyuguhkan rekomendasi produk terbaik untuk berbagai kalangan pembaca melalui cara memilih user-based bukan spec-base. Selain itu, perusahaanku juga selalu berupaya menyuguhkan artikel yang komprehensif dan terpercaya.

Sebelum membuat artikel tentang rekomendasi produk terbaik, aku dituntut untuk melakukan research calon pembeli tentang kebutuhan dan produk yang mereka cari. Dengan begitu, produk yang kami rekomendasikan dapat memenuhi kebutuhan dan ekspektasi mereka.

Contoh artikel rekomendasi laptop ASUS terbaik yang sudah Contoh artikel rekomendasi laptop ASUS terbaik yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan pembaca melalui research
Contoh artikel rekomendasi laptop ASUS terbaik yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan pembaca melalui research

Sama halnya ketika membuat artikel rekomendasi laptop terbaik, kami juga berupaya menyuguhkan cara memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan pembaca/ user based. Dengan begitu, pembaca dapat menentukan apakah laptop yang mereka inginkan sesuai dengan kebutuhan atau justru hanya untuk memenuhi keinginan saja.

Pengalamanku bekerja di mybest pelan-pelan mengubah mindset-ku bahwa nggak semua keinginan adalah kebutuhan. Jadi, dalam memilih laptop terbaik, aku lebih menekankan kebutuhan dibandingkan keinginan belaka. Dengan begitu, laptop yang aku pilih bisa dibilang terbaik “hakiki” yang mengandung unsur kecocokan, efektif, dan kenyamanan.

Useful VS Wasteful

Selain mempertimbangkan kebutuhan, aku juga mempertimbangkan laptop dengan fitur serta teknologi yang berguna/ bermanfaat untuk menunjang produktivitasku. Pokoknya, jangan sampai fitur dari sebuah laptop hanya menjadi “hiasan” karena jarang dipakai atau bahkan nggak terpakai sama sekali.

Memiliki laptop high-end dengan spesifikasi Intel® Core™ i9 dan GPU NVIDIA® RTX™ berteknologi ray-tracing mungkin sangat prestigious. Namun, buatku spesifikasi tersebut akan mubazir karena sebagai content planner, 85% pekerjaanku hanya bergelut dengan research, artikel, dan SEO.

Kita tahu bahwa pemrosesan kata dan browsing internet nggak memerlukan resources yang terlalu tinggi. Bahkan, teknologi ray-tracing mungkin nggak akan pernah terpakai sama sekali karena aku bukan gamer atau pun 3D designer. Tentu hal tersebut sangat disayangkan, bukan?

Ilustrasi antar pengguna dan laptop yang dimilikinya
Ilustrasi antar pengguna dan laptop yang dimilikinya

Spesifikasi laptop yang bakal berguna banget buatku, yaitu memiliki kapasitas RAM yang cukup untuk membuka beberapa tab browser bersamaan. Laptop yang memiliki desain compact dan portable juga sangat berguna karena aku sering bekerja mobile di mana saja. Selain itu, fitur touchscreen juga nggak kalah penting karena aku bisa lebih sat-set dan nyaman saat scroll layar atau menulis catatan penting. Last but not least, yaitu spesifikasi penunjang hiburan untuk sekadar refreshing setelah bekerja.

Capability VS Budget

Dulu, aku pernah bermimpi ingin memiliki laptop mahal yang bisa digunakan untuk berbagai hal. Bayanganku, jika aku menggunakan laptop mahal, semua pekerjaan akan terselesaikan dengan mudah dan cepat. Namun, saat ini aku sadar bahwa pekerjaan dapat selesai dengan mudah bukan hanya persoalan spesifikasi laptop, tetapi kolaborasi antara pengguna dan device yang dimilikinya. Ya, skill atau kemampuan yang dimiliki juga harus sepadan dengan laptop yang dipakai agar memperoleh hasil yang maksimal.

Saat aku merengek ingin membeli laptop mahal, suamiku sedikit memberi petuah, dia bilang sebenarnya nggak masalah menggunakan laptop mahal, bahkan semahal apa pun asalkan worth it dan sepadan dengan kemampuan kita saat ini. Menurutnya, harga laptop bukanlah patokan seberapa hebat kemampuan seseorang. Melainkan, skill atau kemampuan yang menjadi patokan untuk upgrade device.

Jika laptop nggak lagi sanggup menangani skill dan ekspektasi kita, saat itu diperlukan laptop baru dengan spesifikasi lebih tinggi. Seketika aku merasa tertampar dan sepakat dengan pendapatnya.

Ilustrasi percakapan aku dan suami tentang upgrade laptop
Ilustrasi percakapan aku dan suami tentang upgrade laptop

Makanya, nggak heran saat ini banyak brand laptop yang menghadirkan beberapa segmentasi produk. Mungkin alasannya agar cocok dengan kebutuhan, budget, dan capability penggunanya. Termasuk brand ASUS yang memiliki beberapa seri laptop, seperti Vivobook, Zenbook, ExpertBook, ProArt Studiobook, hingga untuk gaming ROG dan TUF.

ASUS Vivobook 13 Slate OLED dan Aku: Berkolaborasi Menembus Batas

Berbicara soal laptop, sungguh aku sangat nyaman dan merasa cocok dengan produk laptop dari ASUS yang sedang aku pakai saat ini, yaitu seri Vivobook tablet and 2-in-1 laptop. ASUS Vivobook 13 Slate OLED (T3300) telah menemaniku hampir satu tahun dalam menggapai dan memaksimalkan potensi diri. Banyak pencapaian dan pengalaman luar biasa yang aku peroleh dari laptop ini. Yuk, tengok bagaimana aku dan laptop terbaikku berkolaborasi menembus batas!

Makin Produktif dan Inovatif di Era Cloud

Semenjak bekerja menjadi freelance di perusahaan mybest, rasanya aku menjadi makin produktif meski di rumah saja. Hal ini karena dukungan laptop terbaik versiku ASUS Vivobook 13 Slate OLED yang mampu menghadirkan pengalaman kerja yang interaktif dan inovatif dengan sistem operasi Windows 11 Home.

ASUS Vivobook 13 Slate OLED dengan sistem operasi Windows 11 Home
ASUS Vivobook 13 Slate OLED dengan sistem operasi Windows 11 Home

Sistem operasi Windows 11 Home dari Microsoft ini memungkinkanku bekerja dengan workflow yang sistematis sesuai arahan perusahaan. Aplikasi apapun yang dipakai untuk bekerja secara remote & cloud seperti Google Chrome, Zoom, Google Meet, Chatwork, Slack, OBS, dan sebagainya dapat dijalankan dengan lancar tanpa ada masalah kompatibilitas.

Up to 3.3 GHz speed

Intel® quad-core CPU

8 GB
RAM

LPDDR4X RAM

256 GB
SSD

NVMe™ PCIe® 3.0 SSD

Terlebih, laptop ini telah dibekali dengan dapur pacu Intel® Pentium® Silver N6000 (4 core up to 3.3 GHz), RAM 8GB, dan penyimpanan SSD NVMe 256GB. Dengan begitu, aku dapat melakukan multitasking dengan lancar tanpa kendala. Mau membuka banyak tab browser sambil meeting di Google Meet dan rekam layar pakai OBS? Tentu saja nggak jadi masalah, dong!

Kalau ngomongin soal meeting, aku cukup sering melakukan meeting dengan tim internal atau pun interview bersama para pakar. Fitur dual camera di laptop ini terbilang cukup membantuku saat meeting. Aku dapat menggunakan kamera depan untuk melakukan video conversation. Sementara itu, kamera belakang bisa aku gunakan untuk mengambil gambar produk saat meeting tanpa repot harus membalikan laptop. Berguna banget, bukan?

Dual camera sangat membantuku ketika meeting dan melakukan preview produk menggunakan kamera belakang
Dual camera sangat membantuku ketika meeting dan melakukan preview produk menggunakan kamera belakang

Nah, untuk memaksimalkan video conversation, ASUS Vivobook 13 Slate OLED juga dilengkapi teknologi noise cancellation pada mikrofonnya. ASUS menggunakan teknologi peredam kebisingan cerdas AI yang dapat menyaring suara yang nggak diinginkan. Tentunya, fitur ini sangat berguna buatku yang memiliki bayi berusia 9 bulan. Dengan menggunakan noise cancellation, suara bising, tangisan bayi, dan gangguan lainnya akan tersaring dan suara yang dihasilkan pun menjadi jernih.

Next-level AI noise-canceling audio technology

Rumah

Suara bayi menangis, kendaraan, penyedot debu

Kantor

Suara mengetik, jalan kaki, mesin print

Cafe

Suara background music, orang ngobrol

Selain fitur-fitur di atas, Ada juga port serbaguna yang simpel dan praktis yang dapat menunjang pekerjaanku. Bagiku, port yang ada di laptop ini praktis banget. Nggak harus banyak yang penting serbaguna. Misalnya nih ada audio jack, dua USB-C 3.2, dan MicroSD. Eh, eh kok port-nya sedikit banget sih? Hmm, jangan salah, justru di sinilah keunggulannya karena sangat serbaguna, bahkan bisa dikatakan all-in-one port dalam kemasan yang ringkas.

Expand screen ke monitor eksternal saat meeting menggunakan port USB-C 3.2 Gen 2
Expand screen ke monitor eksternal saat meeting menggunakan port USB-C 3.2 Gen 2
Fingerprint sensor yang bikin kerjaku makin sat-set. Cukup menekan tombol porwer, laptop otomatis terbuka
Fingerprint sensor yang bikin kerjaku makin sat-set. Cukup menekan tombol porwer, laptop otomatis terbuka

Pasalnya, port USB-C ini bisa dipakai untuk menghubungkan flashdisk, external device, untuk charging, bahkan bisa digunakan untuk DisplayPort. Dengan begitu, aku bisa dengan mudah menghubungkan monitor eksternal hanya berbekal USB-C. Cukup ringkas dan simpel jika dibandingkan dengan port VGA atau pun HDMI. Kalau pakai port tersebut pasti menambah dimensi laptop jadi nggak slim lagi, kan?

Satu lagi fitur yang bikin kerjaku sat-set, yaitu fitur fingerprint yang ada pada tombol power. Ketika aku mulai bekerja, aku cukup menekan tombol power dengan jariku. Otomatis laptop akan menyala dan seketika itu langsung membaca sidik jari. Selang beberapa detik, tampilan desktop pun akan terbuka. Menurutku, hal ini sangat simpel karena aku nggak perlu mengetik password berulang kali. Istilahnya, sekali mendayung, dua-tiga task terlampaui. Asyik!

Healing dalam Genggaman dengan One Stop Entertainment

Selain kerja secara remote di mana pun dan kapan pun, aku juga sering memanfaatkan waktu untuk mencari hiburan. Untungnya, selain bisa menjadi alat kantor yang super portable, laptop ASUS Vivobook 13 Slate OLED ini juga bisa menjadi one stop entertainment device di rumah. Wow, lucky me!

Salah satu fitur yang paling aku suka dari laptop ASUS Vivobook 13 Slate OLED, yaitu tablet mode. Dengan mode ini, aku bisa memakai laptopku untuk menonton film favorit sambil rebahan. Aku hanya perlu melepas detachable keyboard dan stand cover belakang supaya lebih ringan.

Aku menggunakan tablet mode ketika nonton film di Netflix
Aku menggunakan tablet mode ketika nonton film di Netflix

Dimensi dan berat laptop ini pun tergolong ringkas banget, lho. Ketika semua aksesorisnya dilepas, ketebalan dari tabletnya hanya 7.9 mm saja. Beratnya pun cukup ringan hanya sekitar 785 gram. Cocok banget untuk menonton Netflix sambil rebahan, kan? Bayangin aja kalau pakai laptop yang ber-keyboard dengan dimensi besar, pasti tangan auto pegal-pegal.

0 mm

Ketebalan

Nyaman digenggam dalam mode tablet

0 g

Berat

Ringan tidak bikin pegal walau dipegang lama

0

Mode

Laptop mode, stand mode, tablet mode

Menariknya, laptop ini juga dibekali layar yang memanjakan mata berkat panel OLED 13.3 inch dengan resolusi FHD (1920×1080). Teman-teman, tahu nggak kalau panel OLED ini akan menyuguhkan kontras HDR yang sangat tajam dengan rasio kontras 1.000.000:1? Hal ini tentu berbeda dengan panel berlampu latar konvensional yang nggak dapat menampilkan hitam pekat. Warna yang dihasilkan pun udah cinema-grade standard yang dapat menampilkan hingga 1.07 milyar warna dengan tingkat color gamut DCI-P3.

Menonton film berlama-lama dengan ASUS Vivobook 13 Slate OLED juga nggak akan membuat mata lelah atau nggak nyaman. Hal ini karena panel ASUS OLED memancarkan 70% lebih sedikit cahaya biru yang berbahaya. Dengan begitu, mata pun akan tetap aman dan nyaman. Menonton apapun menjadi mengasyikkan.

milyar warna
0
DCI-P3 color gamut
0 %
sRGB color gamut
0 %
pengurangan cahaya biru
0 %

Ada juga nih teknologi yang nggak boleh ketinggalan untuk menonton film, yaitu Dolby Vision dan Dolby Atmos. Bagiku, kedua teknologi ini memberikan pengalaman menonton seperti di bioskop, lho. Terlebih, jika menonton film atau serial yang sudah support HDR dan support kedua teknologi tersebut.

Berbekal quad-speaker dan Dolby Atmos, laptop ini dapat menghasilkan pengalaman audio surround layaknya menggunakan banyak speaker dalam satu ruangan. Dengan teknologi tersebut, mendengarkan musik sambil bekerja juga jadi lebih menyenangkan.

Oh iya, untuk mendukung aktivitas one stop entertainment yang lebih lancar, laptop ini sudah dibekali dengan Wi-Fi 6. Teknologi ini memberikan koneksi internet yang lebih stabil dan 3x lebih cepat dibanding Wi-Fi 5. Dengan begitu, menikmati streaming video hingga resolusi 4K nggak akan jadi masalah.

Teknologi yang bikin nonton film makin immersive
Teknologi yang bikin nonton film makin immersive

Hayo, tahu nggak kenapa kecepatan internet penting buat hiburan yang immersive? Tentu saja karena beberapa provider streaming seperti Youtube dan Netflix akan menyuguhkan kualitas video berdasarkan kecepatan internet yang dipakai. Makin cepat koneksi internetnya, makin besar pula resolusi video yang diputar. Bahkan, teknologi Dolby Vision dan Dolby Atmos dari Netflix hanya bisa dipakai jika kita punya koneksi internet cepat.

Berkreasi dan Berinovasi Tanpa Batas

Bekerja udah, hiburan udah, kira-kira apa lagi yang bisa dilakukan dengan laptop ASUS Vivobook 13 Slate OLED? Tentu saja ada satu hal lagi yang bisa aku lakukan dengan laptop ini, yaitu berkreasi dan berinovasi untuk menuangkan ide. Bagiku, berkreasi dan berinovasi merupakan salah satu caraku dalam menggapai potensi. Lalu, apa saja hal kreatif yang dapat dilakukan laptop ini? Banyak dong, mari simak beberapa penjelasan di bawah ini.

Selain kesibukanku bekerja, aku juga sangat menyukai belajar desain grafis. Biasanya, aku menggunakan aplikasi Adobe Fresco dan Adobe Illustrator untuk membuat gambar. Untungnya, laptop ASUS Vivobook 13 Slate OLED ini bisa diajak untuk berkreasi berkat layar sentuh yang responsif. Uniknya, kita juga bisa menggunakan ASUS Pen 2.0 untuk memudahkan dalam membuat grafis.

Membuat ilustrasi di Adobe Illustrator CC 2023
Membuat ilustrasi di Adobe Illustrator CC 2023

ASUS Pen 2.0 ini merupakan pasangan yang cocok buat laptopku. Pen ini dapat dipakai untuk menulis catatan, menggambar, atau pun sebagai stylus pen. Dengan ASUS Pen 2.0 aku dapat membuat garis yang presisi dengan tingkat gesekan yang berbeda. Karya yang dihasilkan pun tampak lebih natural seperti kuas sungguhan. Menarik, ya?

Berbicara tentang aplikasi desain, ASUS juga menawarkan lisensi complementary bundle gratis Adobe Creative Cloud yang dapat di-reedem, lho. Saat aku tahu mendapatkan lisensi gratis untuk beberapa bulan, tanpa pikir panjang langsung aku gunakan untuk belajar desain grafis, dong!

Aplikasi MyASUS dan beragam fiturnya. Ada juga lisensi Adobe gratis yang dapat di-redeem
Aplikasi MyASUS dan beragam fiturnya. Ada juga lisensi Adobe gratis yang dapat di-redeem

Hasil dari desain grafis ini biasanya aku gunakan untuk mempercantik blog atau pun dibagikan ke sosial media. Nah, untuk memudahkanku membagikan hasil desain dari laptop ke smartphone, ada aplikasi serbaguna bawaan dari laptop ini, yaitu MyASUS. Dengan aplikasi ini, aku bisa menghubungkan smartphone dengan laptop untuk bertukar file dengan mudah. Selain itu, aplikasi ini juga menawarkan fitur lain seperti screen mirror, akses jarak jauh, dan sebagainya.

Dudududu, rasanya senang sekali memiliki laptop terbaik yang dapat menunjang segala aktivitasku. Saking senangnya, aku sering membawa laptop ini kemana pun aku pergi. Maklum, pekerja freelance sepertiku memiliki kebebasan mau bekerja di mana saja. Jadi, nggak masalah bekerja di mana saja dan kapan saja tanpa khawatir repot karena bisa membawa laptop ringkas ini.

Design dari laptop ini pun terbilang stylish banget sehingga cocok dibawa hangout ke mall atau nongkrong sambil nge-date bareng suamiku di cafe. Dengan baterai berkapasitas 50 Wh, aku nggak akan khawatir kehabisan daya karena laptop ini bisa bertahan hingga 9.5 jam. Uniknya lagi, ASUS Vivobook 13 Slate OLED juga dapat di-charge dengan power bank.

0

Jam

Ketahanan baterai sepanjang hari

0 W

Charge

Pengisian daya cepat dengan fast charger

0 Wh

Kapasitas

Pengisian daya support power bank

Nah, itu tadi ceritaku bersama laptop terbaikku dalam kolaborasi menggapai potensi diri. Apakah teman-teman punya laptop terbaik versi kalian sendiri? Yuk, coba intip beberapa seri produk ASUS, barangkali ada yang cocok untuk teman-teman. For your information, Laptop ASUS sudah support dan dibekali Windows 11 asli, lho!

“Laptop ASUS hadir dengan dilengkapi Windows 11 Home. Ketika pekerjaan menumpuk, laptop ASUS dengan Windows 11 siap membantu Anda menyelesaikannya. Laptop ASUS dengan Windows 11 yang lebih nyaman di mata, memungkinkan Anda mengekspresikan diri dan cara kerja terbaik Anda. Dan tidak hanya Windows 11 asli, tersedia juga genuine Microsoft Office 2021 untuk menunjang aktivitas Anda sepanjang hari.”

Spesifikasi ASUS Vivobook 13 Slate OLED (T3300)

Intel® Pentium® Silver N6000 Processor 1.1 GHz (4M Cache, up to 3.3 GHz, 4 cores)
Intel® UHD Graphics
 
13.3-inch, FHD (1920 x 1080) OLED 16:9 aspect ratio, 0.2ms response time, 60Hz refresh rate, 550nits HDR peak brightness, 100% DCI-P3 color gamut, 1,000,000:1, VESA CERTIFIED Display HDR True Black 500, 1.07 billion colors, PANTONE Validated, Glossy display, 70% less harmful blue light, TÜV Rheinland-certified, SGS Eye Care Display, Touch screen, (Screen-to-body ratio)83%, With stylus support
 
 
8GB LPDDR4X on board
256GB M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD

2x USB 3.2 Gen 2 Type-C support display / power delivery
1x 3.5mm Combo Audio Jack
Micro SD card reader

Soft Keyboard, Touchpad
5.0M camera
13.0M camera
 

Smart Amp Technology
Built-in 4-way stereo speakers
Built-in array microphone
with Cortana support

Wi-Fi 6(802.11ax) (Dual band) 2*2 + Bluetooth® 5.2 Wireless Card

50WHrs, 3S1P, 3-cell Li-ion
TYPE-C, 65W AC Adapter, Output: 20V DC, 3.25A, 65W, Input: 100-240V AC 50/60GHz universal
 
0.78 kg (1.72 lbs)
30.99 x 19.00 x 0.79 ~ 0.79 cm (12.20″ x 7.48″ x 0.31″ ~ 0.31″)
MyASUS
System diagnosis
Battery health charging
Splendid
Function key lock
WiFi SmartConnect
Link to MyASUS
TaskFirst
Live update
ASUS OLED Care
AI Noise Canceling
Trusted Platform Module (Firmware TPM)
McAfee® LiveSafe™
Fingerprint sensor integrated with Power Key
Stand
* Included accessories vary according to country and territory. Please check with your local ASUS retailer for details.

Menjelajah Potensi Diri Melalui Laptop
untuk Wujudkan Mimpi

Menggunakan laptop sebagai alat eksplorasi diri adalah langkah pertama menuju pencapaian yang lebih besar. Terlebih, di era digital yang makin berkembang pesat, laptop bisa menjadi salah satu perangkat untuk menggali potensi dan membuka pintu rezeki. Aku sudah membuktikannya sendiri, meskipun memiliki berbagai keterbatasan, kita tetap bisa mengupayakan untuk mengenali diri dan menggali berbagai potensi yang tersembunyi.

Aku yakin, sebuah usaha, upaya, kerja keras, dan doa-doa yang selama ini kita langkitkan akan berbuah manis pada waktu yang tepat. Jadi, mari lakukan apa pun yang menurut kita baik hingga saatnya tiba, kita bisa menikmati hasilnya. Semoga, saat skill-ku makin bertambah, aku bisa meng-upgrade laptop ini ke versi terbarunya yaitu ASUS Vivobook 13 Slate OLED (T3304) dengan CPU Intel® Core™ i3-N300. Aamiin. Yuk, jelajahi potensi diri dengan memperdalam pengetahuan dan wujudkan hal terbaik versi kita.

Sumber dan referensi:

  • https://www.asus.com/id/laptops/for-home/vivobook/vivobook-13-slate-oled-t3300/
  • https://www.asus.com/id/laptops/for-home/vivobook/asus-vivobook-13-slate-oled-t3304/
  • https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/best
  • https://help.netflix.com/en/node/42384
  • Pengalaman pribadi
  • Foto dan dokumentasi milik pribadi
  • Olah gambar oleh Ella Fitria dari sumber gratis freepik
  • Olah ikon gratis font awesome
  • Ella Fitria
4.9 8 vote
Rating Artikel
Subscribe
Notifikasi
guest
3 Komentar
Terbaru
Terlama Paling Banyak Vote
Feedback Sebaris
Lihat semua komentar
abdul
abdul
24 Januari 2024 20:30

sudah support virtual background gak kak di zoom atau gmeet??

Moi
Moi
3 Oktober 2023 06:36

Mantapp kak

Artsfian
Artsfian
1 Oktober 2023 18:35

Mantap sangat mengedukasi, dengan adanya tulisan ini menjadi pertimbangan untuk membeli laptop.