Gema Harmoni dalam Keheningan:
Seuntai Bisikan Rindu untuk Tunarungu

oleh Ella Fitria | 16 Juli 2024

7 Komentar

Aku mengeluhkan telinga berdesik, padahal ada yang belum pernah mengenal apa itu suara gemercik. Meskipun memiliki keterbatasan, mereka tetap memiliki dunia yang kaya dan penuh makna.

Sekitar tiga bulan yang lalu, tepat sebelum adzan subuh berkumandang, ada suara yang tidak biasa di telinga sebelah kanan. Suara itu seperti detak jantung yang terkadang berganti menjadi gemuruh ombak, terdengar sangat riuh di dalam sana. Aku pikir mungkin ada hewan yang masuk ke dalam telingaku. Namun, menit berganti jam, hari berganti bulan, suara di telinga kanan makin terdengar jelas. Sampai saat ini suara itu tidak kunjung hilang dan sangat mengganggu ketenangan.

Entah berapa puluh malam aku tidak bisa tidur nyenyak, konsentrasi saat bekerja mulai menurun, hingga puncaknya aku merasa tidak bisa menerima keadaan. Beberapa kali mengunjungi dokter spesialis THT juga tidak membawa perubahan besar. Padahal, setelah dokter melakukan pemeriksaan, kondisi telingaku baik-baik saja.

Sedang kontrol rutin ke poli THT ditemani suami dan anak
Sedang kontrol rutin ke poli THT ditemani suami dan anak

Aku didiagnosa Tinnitus yang kemungkinan kecil bisa disembuhkan kecuali penyebabnya teratasi. Sayangnya, mencari penyebab Tinnitus cukup kompleks. Jadi, satu-satunya yang bisa aku lakukan saat ini hanya bersabar dan menerima keadaan. Hal ini yang membuat pergulatan batin luar biasa. Marah, sedih, kecewa bercampur menjadi satu. Namun, aku ingat pesan Umar bin Khattab yang sungguh menyejukkan hati.

Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku.

Pesan tersebut mengingatkanku bahwa apa yang aku alami adalah nikmat yang harus aku lalui. Suatu nikmat ditakdirkan sesuai dengan tingkat kesabaran dan keimananku. Sampai akhirnya, pelan-pelan aku mencoba berdamai dengan keadaan, menerimanya dengan penerimaan terbaik, dan mencoba untuk tetap “hidup”. Lagi pula, seandainya telingaku berdenging hingga aku tutup usia, aku masih punya satu telinga yang berfungsi sebagaimana mestinya.

Barangkali ini teguran dari Allah karena aku lupa bagaimana caranya bersyukur. Di luar sana, ada teman-teman tunarungu yang hidup dalam keheningan yang dalam. Sementara itu, aku mengeluhkan telinga berdesik, padahal ada yang belum pernah mengenal apa itu suara gemercik. Meskipun memiliki keterbatasan, mereka tetap memiliki dunia yang kaya dan penuh makna. Karena mereka, aku belajar tentang keluasan hati dalam menjalani kehidupan dan bagaimana kita tetap bisa bermanfaat dalam keterbatasan.

Menebar Kebaikan
Bukan Melulu Soal Uang

Rasanya sangat menyentuh hati saat aku menjelajahi timeline media sosial dan menemukan cerita seorang dosen yang menegur salah satu mahasiswanya, sebut saja Tia. Ketika Tia mengirim pesan melalui WhatsApp, gaya penulisannya dianggap kurang jelas. Sebagai respons, dosen tersebut mencoba menegurnya sambil memberikan contoh kalimat yang baik. Ternyata, Tia merupakan penyandang disabilitas tunarungu sehingga memiliki keterbatasan dalam perbendaharaan kosa katanya.

Dosen tersebut merasa sangat menyesal karena tidak mengetahui kondisi Tia yang sebenarnya. Untuk menebus kesalahannya, dosen tersebut menawarkan tempat magang di kantornya. Kebetulan, Tia sedang kesulitan mencari tempat magang setelah sebelumnya tidak berhasil mendapatkan tempat yang diharapkannya.

Tahukah teman-teman apa jawaban Tia ketika dosen tersebut menawarinya tempat magang? Dengan tulus, ia juga merekomendasikan temannya yang sebelumnya tidak berhasil mendapatkan tempat magang agar bisa magang bersama. Memang, menebar kebaikan tidak selalu terkait dengan uang, tetapi juga bisa dengan kepedulian dan memberikan kemudahan kepada sesama.

Fakta tunarungu dari berbagai sumber laman web kesehatan
Fakta tunarungu dari berbagai sumber laman web kesehatan

Aku pun tidak menyangka jika pengalaman yang aku bagikan tentang Tinnitus akan mendapatkan banyak tanggapan. Ada yang mengirimkan pesan merasa tidak sendirian mengidap Tinnitus, ada juga yang merasa mendapatkan semangat meskipun kami tidak saling mengenal. Selain itu, ada juga yang terbantu dengan informasi proses pendaftaran di rumah sakit yang aku tuju. Hal ini membuatku makin yakin bahwa setiap orang dapat melakukan kebaikan sesuai dengan caranya sendiri dan bermanfaat bagi orang lain.

Tidak terasa, selama tujuh tahun ini sudah banyak hal dan pengalaman yang aku bagikan di blog ini sebagai sarana berbagi kebaikan. Mulai dari pengalaman sakit kista, pengalaman keguguran, kuretase hingga bagaimana aku bisa berjuang hingga kini memiliki dua anak. Semua yang aku bagi semata-mata untuk menunjukkan kepada sesama bahwa “kamu tidak sendiri, aku juga, kita pasti bisa”.

Jadi manfaat dari hal-hal kecil melalui media sosial
Jadi manfaat dari hal-hal kecil melalui media sosial

Aku bersyukur, blog ini bisa menemaniku dalam berbagi manfaat kepada sesama. Setiap kata yang kutulis bukan semata untuk 30 hari jadi manfaat saja. Namun, selama tulisan-tulisanku masih dibaca oleh orang lain, entah itu 100 hari ke depan atau bahkan 999 tahun cahaya yang akan datang, aku berharap tulisanku tetap membawa manfaat. Meskipun aku telah tiada, semoga jejak kata-kataku tetap hidup, dan bersemayam di hati mereka yang membacanya.

Dari penggambaran di atas, menebar kebaikan bisa kita lakukan melalui tindakan-tindakan kecil dan sederhana yang sering kali memiliki dampak besar bagi orang lain. Apa yang mungkin kita anggap kecil bisa menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi orang lain dan mampu memupuk semangat hidup mereka. Khususnya dalam berinteraksi dengan teman-teman tunarungu, kita bisa menebar kebaikan dengan cara-cara sederhana berikut ini:

Setiap kata yang kutulis bukan semata untuk 30 hari jadi manfaat saja. Namun, selama tulisan-tulisanku masih dibaca oleh orang lain, entah itu 100 hari ke depan atau bahkan 999 tahun cahaya yang akan datang, aku berharap tulisanku tetap membawa manfaat. Meskipun aku telah tiada, semoga jejak kata-kataku tetap hidup, dan bersemayam di hati mereka yang membacanya.

Melambungkan Harapan dan Kebahagiaan Melalui
Alat Bantu Dengar

Jika berbicara mengenai teman tunarungu seketika memoriku teringat dengan bantuan Alat Bantu Dengar (ABD) dari Dompet Dhuafa. ABD tersebut disalurkan untuk 3 anak sekolah dasar di kabupaten tempat tinggalku, Purbalingga, Jawa Tengah pada 2021. Melalui Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Purwokerto Dompet Dhuafa Jateng, bantuan ABD tersalurkan dengan tepat sasaran.

Dengan segala keterbatasan kami sebagai orang tua, membeli alat bantu dengar sangat mustahil pada awalnya

Sungguh, aku tidak dapat membayangkan bagaimana rasanya menjalani hidup di dunia ini tanpa bisa mendengar gemuruh ombak, gemercik air, atau kicauan burung. Padahal selama ini hal tersebut yang dirasakan oleh teman-teman tunarungu. Namun, dengan kelembutan dan kebaikan hati yang sama-sama bisa kita lakukan, mimpi mereka untuk bisa mendengar indahnya suara dapat terwujud.

Menurut laporan terbaru dari WHO, sekitar 5% dari populasi dunia, atau 430 juta orang, mengalami gangguan pendengaran yang membutuhkan rehabilitasi, termasuk 34 juta anak-anak. Cukup banyak, bukan? Karena itu, sudah saatnya kita sama-sama lebih peduli dengan mereka.

Orang di dunia
0 juta
Anak-anak
0 juta

Rasanya, aku sangat bersyukur masih mendapatkan nikmat untuk tetap mendengar meskipun telinga sebalah kanan seringkali terasa tidak nyaman. Justru, dengan kondisiku yang seperti sekarang ini membuatku makin sadar akan nikmat yang Allah berikan.

Dulu, aku tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya menjalani hidup dalam kesunyian tanpa bisa mendengar suara. Karena itu, dengan keterbatasan yang aku alami saat ini dan kenikmatan materi yang Allah titipkan, aku ingin berbagi kebaikan dengan teman-teman tunarungu. Melalui artikel ini, aku juga ingin mengajak teman-teman untuk bersama-sama mewujudkan harapan dan mimpi teman-teman tunarungu dengan berdonasi melalui Dompet Dhuafa.

Dompet Dhuafa 31 Tahun:
Terus Melayani Hingga Pelosok Negeri

Sejak beberapa tahun yang lalu, Dompet Dhuafa telah menjadi lembaga kepercayaanku untuk menyalurkan kebaikan. Lembaga berbasis filantropi Islam ini telah berkembang pesat dan berfungsi seperti pohon kebaikan yang menaungi puluhan juta penerima manfaat. Dompet Dhuafa mengelola berbagai jenis dana, termasuk zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Ziswaf), serta dana sosial lainnya. Melalui pengelolaan dana-dana ini, Dompet Dhuafa mampu melaksanakan berbagai program pemberdayaan yang menjangkau seluruh pelosok negeri, memastikan bahwa bantuan dan kebaikan dapat dirasakan oleh mereka yang paling membutuhkan.

Dompet Dhuafa berdiri sejak 1993 dengan dana awal sebesar Rp425.000. Lembaga ini terus berinovasi mengikuti perkembangan zaman dan melahirkan berbagai program yang penuh kebaikan. Dengan akar yang kuat dan cabang yang menjulang tinggi, Dompet Dhuafa mampu konsisten membentangkan kebaikan. Dompet Dhuafa juga hadir untuk menguatkan sesama, menyelamatkan jiwa, dan memupuk harapan setiap insan yang terdampak bencana.

Timeline Dompet Dhuafa 31 Tahun

Kantor Pelayanan
0
Kantor Cabang Dalam Negeri
0
Kantor Cabang Luar Negeri
0
Jaringan Strategis
0

1993

kolom Dompet Dhuafa dirilis di Harian Umum Republika dengan dana terhimpun sejumlah Rp 425 ribu dari zakat dan donasi pembaca. Pada akhir tahun pertama, total dana terkumpul sebanyak Rp 300 juta.

2 Juli 1993

1994

Yayasan Dompet Dhuafa Republika resmi didirikan dengan Akta No. 41 Tanggal 14 September 1994 di hadapan Notaris H. Abu Yusuf, S.H. 4 (empat) orang pendirinya adalah Parni Hadi, Haidar Bagir, Sinansari Ecip, dan Erie Sudewo.

14 September 1994

2001

Dompet Dhuafa dikukuhkan sebagai Lembaga Amil Zakat oleh Menteri Agama Republik Indonesia dengan Surat Keputusan (SK) No. 439 Tahun 2001.

8 Oktober 2001

2011

Dompet Dhuafa mendapat pengakuan dari Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai Nazhir Wakaf.

16 Juni 2011

2016

Dompet Dhuafa menerima penghargaan dari Ramon Magsaysay Award Foundation (RMAF) 2016 atas kinerja lembaga yang dilakukan selama 23 tahun dalam mentransformasikan dan memperluas manfaat zakat untuk melayani dan membantu masyarakat duafa.

31 Agustus 2016

2017 - 2023

Pendirian dan perluasan jaringan rumah sakit berbasis wakaf RS. AKA Medika Sribhawono (2017), RS. Mata Achmad Wardi Dompet Dhuafa (2017), RS. Griya Medika (2019), RS. Hasyim Asyari (2023).

2017 - 2023

Dompet Dhuafa 31 Tahun tidak sekadar menghimpun dan menyalurkan donasi, tetapi juga berkolaboraksi membangun gerakan pemberdayaan untuk masyarakat berbasis nilai keadilan. Selama 31 tahun ini, Dompet Dhuafa selalu belajar melayani masyarakat melalui 5 piliar utamanya.

Wujud lain Dompet Dhuafa 31 Tahun adalah dengan pemberian Hadiah Alat Bantu Dengar (ABD) untuk teman-teman tuli. Selain memberikan ABD, Dompet Dhuafa juga menyediakan pendampingan bersama komunitas-komunitas yang peduli dengan isu disabilitas tuli. Hal ini bisa kita wujudkan bersama dengan belajar melayani sesama melalui Dompet Dhuafa. Berikut langkah-langkahnya.

Pertama, kunjungi halaman donasi Dompet Dhuafa “Hadiah Alat Bantu Dengar untuk Teman Tuli” di link berikut:

Donasi >

Kedua, di laman donasi, kita bisa membaca sejenak manfaat donasi yang akan kita salurkan. Terdapat pula informasi tentang jumlah dana yang telah terkumpul, jumlah donatur, dan sabagainya.

Setalah membaca informasi dengan saksama, klik tombol “Donasi Sekarang”

Ketiga, Masukkan nominal donasi, mulai dari Rp10.000. Kita juga dapat memasukkan nominal donasi secara manual dengan mengetikkannya.

Keempat, pilih metode pembayaran yang paling memudahkan teman-teman. Tersedia e-wallet, virtual account, bank transfer, credit card, hingga online banking.

Kelima, Isi profil donatur (bisa juga ditampilkan sebagai donatur anonim). Isi email untuk pengiriman bukti donasi dan masukkan juga nomor telepon.

Di bagian bawahnya, terdapat pula kolom opsional untuk mengirimkan doa atau dukungan kita ke penerima manfaat.

Setelah semua terisi, lanjutkan pembayaran.

Biasanya, aku menggunakan e-wallet sebagai metode pembayaran karena rasanya lebih praktis. Setelah pembayaran sukses, kita akan mendapatkan email berupa kuitansi. Beberapa kali admin Dompet Dhuafa menghubungi aku melalui telepon untuk melaporkan donasi yang sudah tersalurkan. Padahal, nominal donasi yang aku salurkan tidak seberapa, tetapi Dompet Dhuafa begitu hangat menyampaikan dengan detail. Sungguh pengelolaan dananya sangat amanah, transparan, dan tepat sasaran.

Tanda terima donasi dari Dompet Dhuafa melalui email
Tanda terima donasi dari Dompet Dhuafa melalui email

31 Tahun Dompet Dhuafa:
Bersama Membuka Hati dan Menebar Kebaikan

Teman-teman, mari sesekali menepi sebentar dari hingar bingar kehidupan ini. Membayangkan dan melembutkan hati, betapa beratnya mereka menjalani hidup dengan kesunyian. Menjadi manfaat untuk sesama bukan hanya sebuah tindakan mulia, tetapi juga wujud nyata dari empati dan kemanusiaan. Dengan langkah kecil yang kita lakukan bersama, mereka bisa menjalani hidup dengan penuh harapan. Mereka juga bisa mendengar keindahan dunia yang selama ini terhalang.

Menebar kebaikan merupakan panggilan kemanusiaan yang mengajak kita untuk keluar dari zona nyaman dan membuka hati serta pikiran untuk memahami dunia yang berbeda dari kita. Dengan melembutkan hati, semoga empati tubuh subur di relung hati sana. Mari kita mulai dari diri sendiri dan menebarkan kebaikan ke sekeliling kita, karena setiap kebaikan yang kita tabur akan membawa dampak positif yang luas bagi kehidupan.

Selamat memasuki usia 31 tahun, Dompet Dhuafa! Semoga terus menginspirasi dan menggerakkan hati kami untuk terus berbagi. Semoga semangat dan dedikasi Dompet Dhuafa yang tak pernah padam selalu menjadi peredam kegundahan bagi mereka yang membutuhkan.  Terima kasih atas segala kontribusi dan pengabdian yang telah diberikan. Semoga keberkahan dan keberhasilan senantiasa menyertai setiap langkah dalam misi mulia ini. Teruslah menjadi cahaya bagi banyak orang, Dompet Dhuafa!

Setiap santunan kasih yang kita ulurkan adalah benih harapan yang kelak tumbuh menjadi pohon teduh. Layaknya hujan yang menyapa bumi dengan kelembutan, semoga kebaikan kita mengalir tanpa henti, meresap ke dalam hati yang kering dan menyuburkan ladang-ladang kasih sayang.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog 31 Tahun Dompet Dhuafa Melayani Masyarakat”

Sumber & Referensi:

  • https://www.dompetdhuafa.org/azura-penerima-manfaat-alat-bantu-dengar
  • https://the.my.id/laporan-tahunan-dompet-dhuafa-tahun-2022
  • https://www.dompetdhuafa.org/world-hearing-day-amanah-donatur-dompet-dhuafa-wujudkan-alat-bantu-dengar-anak-anak-purbalingga
  • https://www.dompetdhuafa.org/milad-31-tahun-dompet-dhuafa-perkuat-pribadi-philanthropreneur-pada-setiap-insan
  • https://www.klikdokter.com/info-sehat/tht/cara-teman-tuli-berlatih-kemampuan-bicara-tak-bisa-dipaksa
  • https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-anak/anak-tuli-sudah-pasti-bisu
  • https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/deafness-and-hearing-loss
  • Olah foto dan dokumentasi oleh Ella Fitria
  • Olah gambar oleh Ella Fitria dari sumber gratis Freepik
  • Olah animasi oleh Ella Fitria dari sumber gratis LottieFiles

Yuk Bantu Bagikan Tulisan Ini!

0 0 vote
Rating Artikel
Subscribe
Notifikasi
guest
7 Komentar
Terbaru
Terlama Paling Banyak Vote
Feedback Sebaris
Lihat semua komentar
Vivi
31 Juli 2024 11:31

Jujurly, aku ga tau mesti komen apa nih…
Aku familiar sama dompet dhuafa.
Karena punya kenalan yang bekerja di sana. Dan tau kalau dompet dhuafa punya banyak projek kemanusiaan bagi yang membutuhkan seperti cerita di atas.

Sukses selalu untuk dompet dhuafa.

Sehat selalu buat mba Ella ☺

dianovits
30 Juli 2024 20:33

Seperti definisi ujian diberikan sesuai porsinya masing-masing ini mah. Saya ga tau bagaimana mana kalau jadi Mba Ella, mungkin teriak2 karena emang klo telinga buntu -bentar aja udah panik. Semoga yang tubuhnya sehat dan tak punya kekurangan apapun bisa lebih bersyukur dengan apa yang dimiliki yaa mba

Erin
20 Juli 2024 21:52

Allah memang memberikan ujian sesuai kapasitas umat-Nya. Jadi, pasti bisa kita lalui apa pun masalahnya. Aku juga sempat merasa seperti sedih dengan ujian yang terasa berat, padahal di luar sana mungkin ada banyak masalah yang lebih berat dari yang aku alami.
Selalu berserah kepada Allah dan tetap berbagi kebaikan.

Icha Marina Elliza
20 Juli 2024 19:21

Jadi teringat kata-kata Ali bin Abi Thalib kak.
Aku akan terus bersabar sampai sabar itu lelah mengikutiku

Kebayang memang kak, bagaimana terganggunya pendengaran saat berdengung. Kemasukan air habis berenang saja gak nyaman apalagi seperti mereka para tuna rungu kak.

Iim Rohimah
20 Juli 2024 11:12

Wih mbak Ella deket ternyata, saya di Purwokerto nih.
Ini kisah yang menyentuh banget, membuat kita yang sehat jadi lebih bersyukur. Semoga Allah pertahankan nikmat yang Dia berikan, dan mampu bersyukur atas segala nikmat-Nya.

Mugniar
19 Juli 2024 12:23

Ceritanya menyentuh sekali Ella … kita jadi belajar dari saudara-saudara yang memiliki keterbatasan atau difabel rungu. Semoga gangguan di telinga yang Ella rasakan sudah membaik sekarang, kalau masih ada gangguannya, mau usul, coba dengan terapi Qur’an , mendengarkan ayat2 suci, in syaa Allah bisa jadi syifa. Sehat2 selalu ya Ellah. semoga menang lombanya.

Ubay
18 Juli 2024 10:15

Kerens sekali memang untuk membantu sesama ini menjadi suatu keharusan. Meski kecil dan sederhanan dapat memberikan dampak yang luar biasa bagi siapa pun juga. Untuk kali ini santunan kasih untuk saudara kita ini dapat mmberikan cahaya kecilnya untuk terus bersemangat