Karena untuk merenungi keterbatasan dan kebebasan harus paham dengan ketidakrugian..
Yang aku tahu, aku bukan bagian dari mereka, tapi mereka bagian dari aku..
Maqomnya tinggi, sama sekali tak ingin menyamai ketinggiannya, dan segala "objek" jika dipandang menjadi sebuah Rahmat Tuhan maka apapun rasanya itu adalah wujud kasih sayang Tuhan
Sebatas rindu pagi
Dengan seduhan kopi
Aromanya lincah menelusuri
Menghidupkan sel-sel untuk bersegera
Menempelkan bibir di tepi cangkir
Lalu menyentuh perlahan, berhenti sebentar
Hingga bisa merasakan
Kenangan dan kerinduan
Berteman dengan kopi rebusan
Barangkali hanya perihal waktu
Bukan tentang melupakan ataupun melepaskan
Namun hanya perihal menerima keadaan
Tak perlu untuk kedua ketiga atau bahkan keempat kalinya
Aku kamu bisa belajar dari yang pertama
Untuk memulai janji kehidupan
Konsekuensi : Segala hal yang sudah aku kamu putuskan untuk tetap tinggal
Jika lelah, maka istirahatlah
Cemburu, marah, benci, sedih, kecewa, dll tidak untuk aku kamu sesali ataupun ratapi
Percayalah, jika berjodoh dari sudut manapun kita akan dipertemukan
Lalu semoga selalu diberi kelancaran sebagai sebuah pembuktian
Hakikat rasa yang sesungguhnya
Terimakasih untuk orang-orang yang sudah dengan tulus menjadi bagian hidupnya
Sudah dengan tulus ikhlas merawat, mengingatkan, menemani hingga memberi kasih
Karena kalian , aku faham
Siapa yang sebenarnya tetap tinggal
Mohon maaf untuk orang yang "merasa" tersakiti, tidak perlu aku klarifikasi kembali
Lakukanlah semau dan seinginmu
Karena hukum alam masih berlaku
Semoga kau memiliki kemasan yang elegan
Untuk mengekspresikan rasa yang terpendam
Setelah dibaiat, Usman bin Affan berkhutbah: "Sesungguhnya kalian berada di tempat sementara, dan perjalanan hidup kalian pun hanya untuk menghabiskan umur yang tersisa. Bergegaslah sedapat mungkin kepada kebaikan sebelum ajal datang menjemput. Sungguh ajal tidak pernah sungkan datang sembarangan waktu dan keadaan baik siang maupun tidak pernah malam. Ingatlah sesungguhnya dunia penuh dengan tipu daya. Jangan kalian terperdaya oleh kemilau dunia dan janganlah kalian sekali-kali melakukan tipu daya kepada Allah. Sesungguhnya Allah tidak pernah lalai dan melalaikan kalian"💚💚💚💚
Karena sebagian orang mengkalim bahwa dirinya melakukan segala sesuatu dengan ketulusan.. Untung Allah Maha di atas segalanya, Dia tidak akan pusing karena banyak hambaNya yang mengaku ikhlas, tulus, dll untuk urusan yang sama, bahkan objek yang sama persis..
Atau jangan-jangan ketulusan lama kelamaan bisa jadi sebuah kebodohan? Akakakakakak
Tak semua orang bisa faham
Bisa jadi aku sendiri juga tak faham
Atau jangan-jangan anda yang membaca postingan ini lebih faham😂
Karena kebahagiaan tidak perlu diumbar hanya perlu dirasakan.. Kebahagiaan tidak mesti harus diabadikan lalu diposting berceceran, setelah tidak bersama sibuk menghapus postingan-potingan..
Teruntuk kamu, semoga selalu beruntung💚terimakasih💚
Terimakasih untuk orang yang tak pernah aku harapkan atas kehadiranmu..
Lama kelamaan akupun menyadari, aku faham dengan sendirinya..
Secara tidak langsung, berkatmu dan atasNya aku masih merasakan kasih sayang yang hampir sama diberikan oleh almarhum..
Panas badanku sudah turun, jangan terlalu khawatirkan keadaanku..
Sepagi ini yang biasanya kau bangun siang tiba-tiba berubah jadi superstar berada di depan kos-an-ku sambil nyengir bilang "mau sarapan sekarang atau mau ngliatin aku sarapan?"
Tak ada yang kebetulan, tak ada yang sia-sia..
Semoga teman hidupku selalu punya cara mengejutkan dan memberi ketenangan untuk aku yang selemah ini..
Tiada yang lebih indah untukku kecuali suport dan pengertianmu..
Suatu saat aku tak bisa melarangmu bertemu ayah dan ibuku🎲
Aku bukan kamu, dia, atau mereka..
Kemasan marah paling elegan adalah diam..
Puncak amarah tertinggi adalah diam..
Jika seseorang sudah mendiamkanmu, berhari-hari bahkan berminggu-minggu, berbulan-bulan, hingga mencapai tahunan..
Padahal ada sepotong hatimu padanya, sungguh kau bilang kau tak mengenal kerugian?
Dan ya! Benar sekali, qalbu dan akalmu memang sudah mati..
Jika bicara soal cinta sama halnya seperti durgs, maka pasti suatu saat akan sembuh..
Sembuh untuk mengenal seseorang yang membawa sepotong qalbumu, kemudian kau memahami dirimu sendiri bukan hanya mengenalnya saja..
Mendalami diri sendiri supaya "merasa" tak tersakiti dan tak dikecewakan, sejatinya jika kita sudah faham dengan diri kita sendiri tidak ada faktor eksternal yang mampu merusak softweremu..
Jika kau lupa, aku masih mau mengingatkannya..
Lupa pertama, kedua, dan ketiga..
Tapi maaf, jika lupamu menjadi kebiasaan bahkan sudah menjadi watak..
Aku tak mampu lagi, biarkan semua berjalan apa adanya, "apa adanya" menurut versi kita masing-masing.. Terimakasih sudah menyempatkan waktumu untuk pulang..
Yang pada akhirnya akan tinggal..
Dan aku sungguh menyayangkan..
Orang maling dan orang budiman bertemu dalam tarekat, sebab orang maling tidak sanggup melanjutkan kehidupan tanpa menyediakan "ventilasi" bagi pemberontakan hati nurani dari dalam dirinya sendiri, sementara orang budiman perlu mendirikan singgasana bagi amalan kasih budinya.
Orang kaya dan orang miskin bertemu dalam tarekat, sebab orang miskin butuh menggali terowongan untuk menembus dinding batu karang nasib sengsaranya, sementara orang kaya merasa terancam akan makin tidak sanggup mempercayai kekayaan.
Jiwa orang miskin seperti anak yatim yang minta disusui langsung oleh Tuhannya, jiwa orang kaya seperti bayi tua yang kaget dan pucat karena disusui oleh kaleng-kaleng bubuk susu perusahaan dunia. Orang gembira dan sedih bertemu dalam tarekat, sebab minuman orang gembira pada akhirnya akan tumpah dan gelasnya pecah, sementara orang sedih tak punya gelas maka hanya bisa menadahkan tangannya ke langit. ~Emha Ainun Nadjib
Banyak makna yang bisaku kunyah dari kata-kata di atas. Aku tak bisa menyimpulkan apalagi menuangkan dengan versiku.. Yang aku dapat katakan bahwa Tuhan tidak pernah menciptakan segala sesuatu, segala keadaan, segala kebetulan yang 'tanpa' maksud.. Semua yang menjadi 'subjek' 'objek' memiliki 'predikat' dalam versi Tuhan.. Kita boleh berilusi, karena kita memiliki akal..
Kita boleh 'merasa' karena kita memiliki perasaan..
Semua tatanan sudah diatur sedemikian rupa oleh Tuhan di Lauhul Mahfudz, kita hanya wayang sekaligus dalang yang kadang tak mampu menolak kuasa Tuhan..
Dengan kasat mata, aku coba melihat kuasa Tuhan, sebenarnya apa yang hendak Tuhan berikan sedang aku tak pernah mencoba mendekatNya.
Apakah masih pantas jika aku menghamba padaNya?