Insto Dry Eyes — Ada hal kecil dalam hidup yang kita anggap biasa hingga suatu hari mereka tidak lagi seperti dulu. Di balik layar-layar yang terus menyala, ada sepasang yang diam-diam mulai lelah. Dua yang tak pernah mengeluh, tetapi terus dipaksa berjaga siang malam, tanpa jeda.
Melalui tulisan ini, mereka ingin berbicara. Bukan untuk mengeluh, bukan pula untuk menyalahkan, tetapi untuk mengingatkan dengan cara paling lembut.
Hai raga...
Kami adalah hal yang selalu kamu bawa, ke mana pun kamu pergi. Sepasang mata.
Hari ini, kami bersepakat menulis surat untukmu. Bukan karena benci, tetapi karena kami tahu, kamu punya banyak mimpi. Namun, tolong jangan lupakan kami yang diam-diam mulai lelah.
Perkenalkan, aku si Mata Kanan. Sebelahku, Mata Kiri sedang memejam sejenak, lelah, katanya. Kami sepakat untuk berbicara mewakili diri kami sendiri hari ini. Kami bekerja siang malam. Dari layar laptop, ponsel, TV, bahkan jam digital. Kamu bilang multitasking, tetapi bagi kami itu “multisuffering“.
Setiap malam, kamu bilang, “5 menit lagi”. Namun, 5 menit itu menjelma menjadi 5 episode. Setiap pagi kamu bilang, “kerja sebentar”. Namun, sebentar itu adalah 8 jam tanpa jeda. Kipas pendingin laptopmu mungkin bisa berhenti. Kamu juga bisa shut down laptopnya dengan mudah. Namun, sepasang matamu tidak punya tombol “power“. Kami mulai merasa sepet, kadang perih, lelah, bahkan kering seperti digerus angin gurun.
Hai raga…
Cucilah mukamu yang lusuh itu. Kamu harus merawat dirimu. Lelahmu, pedihmu, perih kami juga. Sejak kamu fokus menjadi pekerja digital, kami mulai sering berkedip palsu. Kamu pikir, kami kuat, kan? Padahal, kadang kami merasa ingin menyerah.
Kami tahu, kita semua nggak abadi. Namun, kenangan yang telah kita rekam bersama akan menjadi memori yang nggak terlupakan. Kami ingin melalui hari esok bersamamu. Kami juga ingin menjadi apa yang kamu butuhkan. Anggap saja ini adalah ucapan terima kasih sekaligus harapan untuk masa depan.
– Dua yang tak pernah mengeluh
Seperti itu lah isi hati sepasang mata jika dapat mengungkapkan kepedihannya. Sayangnya, mata tidak bisa langsung menyampaikannya kepada kita. Mereka hanya memberikan tanda-tanda ketika mulai lelah. Namun, tidak semua orang aware dengan “bisikan” lelah dari mata ini, bahkan seringkali dianggap SePele.
Meski begitu, pernah nggak sih, teman-teman merasa mata tiba-tiba sepet, perih, atau rasanya lelah seperti selesai menangis semalaman? Tenang, kalian nggak sendirian, kok. Banyak dari kita, terutama yang bekerja di depan layar, sering mengalami hal itu, tetapi mereka memilih cuek. Karena ya, siapa sih yang mau ribet memikirkan mata saat dikejar deadline?
Padahal, menurut data American Optometric Association, lebih dari 58% orang dewasa mengalami gejala mata kering akibat terlalu lama menatap layar. Angka ini melonjak pada pekerja remote & hybrid pasca pandemi.
Fakta lainnya seperti yang dijelaskan oleh dr. Elvira, Sp.M., dalam kondisi normal, seseorang berkedip 10–15 kali per menit. Namun, saat kita terlalu fokus, misalnya sedang coding, editing, atau sekadar scrolling media sosial tanpa henti, angka itu bisa turun drastis. Efeknya? Permukaan mata nggak cukup dilapisi air mata alami maka mulai muncul rasa seperti:
Mata sepet dan terasa berat saat digerakkan
Mata kering seperti ada pasir halus
Penglihatan kabur sesaat
Muncul sensasi mata perih atau gatal
Menariknya, ketika mata kering, tubuh kita kadang merespons dengan memproduksi air mata berlebih. Jadi, mata akan terlihat berair, padahal sebenarnya sedang dehidrasi secara lokal.
dr. Elvira juga menjelaskan bahwa faktor stres, kelelahan, kurang tidur, paparan AC berlebihan, hingga terlalu lama menatap layar, bisa membuat produksi air mata terganggu. Jadi, jangan salah kaprah, ya. Mata berair bukan berarti sehat. Bisa jadi, itu sinyal S.O.S dari mata kita.
Di dunia yang nggak pernah benar-benar gelap, layar-layar menyala sepanjang hari, bahkan hingga larut malam. Di balik cahaya layar itu, ada sepasang mata yang bekerja lebih keras dari yang kita tahu.
Banyak yang mengira jika mata sepet, perih, buram hingga kering merupakan hal yang wajar atau sering dianggap kelelahan biasa. Padahal, gejala tersebut bisa menjadi alarm bahwa sepasang mata kita sedang berjuang keras menyesuaikan diri dengan pola hidup kita.
Nah, kebetulan belum lama ini, aku sempat berdiskusi dengan teman-teman yang memilik profesi berbeda, tetapi keluhannya nyaris sama, yakni mata sepet, perih, lelah, dan terasa kering. Lambat laun, keluhan ini memengaruhi produktivitas mereka.
Kadang lupa berkedip, serius. Apalagi pas lagi ngulik bug atau ngejar sprint deadline. Tau-tau mata rasanya lelah banget, buram, dan kepala ikut nyut-nyutan.”
Ervan bukan sekadar jago ngoding, dia adalah perancang pengalaman digital yang merakit halaman demi halaman agar pengunjung web betah. Di balik tampilan antarmuka yang bersih dan interaktif, ada jam-jam panjang yang ia habiskan di depan layar, memandangi deretan baris kode dan preview desain yang terus berubah.
Dalam sehari, Ervan bisa duduk menatap monitor lebih dari 10 jam, kadang tanpa sadar mengorbankan hal sederhana, yakni berkedip. Dampaknya, matanya terasa kering, seperti ada debu halus yang menetap. Kadang buram hingga sakit kepala pun seolah menjadi bonus tambahan.
Aku suka menangkap momen bahagia. Biasanya setelah seharian motret, lanjut edit sampai dini hari, rasanya tuh mata bener-bener capek. Kadang harus ditemani kopi supaya kuat sampai pagi."
Bagi Azis, setiap pernikahan punya cerita yang wajib diabadikan melalui lensa kamera. Setelah tawa dan tangis bahagia pengantin berakhir, pekerjaan Azis justru baru dimulai. Ia harus duduk berjam-jam mengedit video termasuk memilih scene terbaik, color grading, hingga memastikan musik masuk di momen yang tepat.
Tantangannya, editing yang detail dan intens, dilakukan di depan layar selama berjam-jam, bahkan kadang hingga dini hari. Alhasil, mata terasa tegang, perih, dan kering ketika menjelang siang. Azis sempat mengira hal itu merupakan reaksi normal hingga akhirnya sadar tubuhnya butuh istirahat terutama bagian yang paling setia bekerja, yakni matanya.
Tugasnya sih cuma nyari produk dan menginput link produk. Namun, coba bayangin ratusan produk sehari. Scroll, zoom, dan compare. Mata lama-lama burem bikin nggak fokus kerja."
Di balik pilihan rekomendasi produk yang up-to-date, ada peran penting seperti Ika sebagai pencari produk. Ika bekerja di balik layar, menyeleksi barang, mencocokkan dengan kebutuhan user, hingga memastikan setiap link produk berasal dari seller tepercaya. Terlihat sederhana, tetapi kenyataannya, pekerjaannya menuntut fokus tinggi dan tatapan ke layar tanpa henti.
Setiap harinya, Ika bisa memeriksa ratusan item. Scroll ke bawah, klik ke tab baru, zoom detail, lalu membandingkan harga. Rutinitas ini diam-diam menguras energi mata. Keluhannya, mata terasa sepet, burem, kering, bahkan nggak jarang terasa gatal.
Dari ketiga cerita temanku di atas, aku jadi makin aware dengan tanda-tanda atau gejala mata yang sering Di-SePeLe-in. Menurutku, mata ibarat kamera yang sama-sama dirancang untuk menangkap cahaya dan mengubahnya menjadi “gambaran” dunia. Namun, ada satu hal kecil yang menjadi kunci kejernihan keduanya, yakni kelembapan.
Menariknya, kelembapan ini memiliki peran yang berkebalikan pada kamera dan mata. Jika kamera atau lensanya terlalu lembap, penuh embun dan berjamur, gambar yang dihasilkan menjadi buram atau nggak jernih. Bahkan, dalam jangka panjang dapat merusak komponen kamera.
Sementara pada mata, hilangnya kelembapan justru akan menyebabkan masalah. Permukaan mata bisa menjadi kasar sehingga kehilangan kemampuan untuk memfokuskan cahaya. Selain itu, pandangan mata juga bisa menjadi sepet, perih, buram sampai akhirnya terjadi gangguan penglihatan jangka panjang.
Tanpa itu, semua yang kita lihat seperti keindahan alam, wajah orang tersayang, bahkan harapan, bisa tampak suram.
Setelah membaca surat dari sepasang mata dan cerita dari pekerja digital, aku jadi berpikir sejenak. Mata memang kecil, tetapi punya peran besar yang sering kita anggap sepele. Meskipun mata tidak pernah protes, diam-diam juga bisa melemah. Karena itu, sudah saatnya kita lebih peduli dengan gejala mata kering ini.
Berikut ini ada beberapa langkah sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengatasi mata sepet, perih, dan lelah. Pokoknya, #MataKeringJanganSepelein, ya!
Teman-teman, sadar nggak, saat kita fokus menatap layar, frekuensi berkedip menjadi berkurang, lho. Padahal, berkedip itu cara alami tubuh untuk melembapkan mata. Jadi, mari mulai terapkan aturan 20-20-20, yakni setiap 20 menit, alihkan pandangan sejauh 20 kaki (6 meter) selama 20 detik.
Selain menerapkan metode 20-20-20, posisi postur tubuh, layar, dan pengaturan cahaya juga perlu diperhatikan. Sebaiknya, posisi layar dibuat sejajar atau sedikit lebih rendah dari pandangan mata. Pastikan juga jarak layar sekitar 50–70 cm dari wajah untuk mengurangi ketegangan mata dan leher. Kecerahan layar termasuk pencahayaan ruangan juga patut diperhitungkan. Pastikan, tidak terlalu terang atau terlalu redup, ya!
Biasanya, kalau mataku sudah sangat lelah. Aku akan mengambil jeda dari layar laptop. Lalu, kompres kelopak mata dengan kain hangat beberapa menit. Jadi, kompres hangat ini bisa membantu melancarkan produksi minyak alami di mata, rasanya juga bikin rileks seperti spa untuk mata.
Siapa nih yang setiap hari bekerja di ruangan ber-AC atau full kipas angin? Memang ya, AC dan kipas angin dapat membuat udara terasa sejuk, tetapi juga menyerap kelembapan udara. Alhasil bisa memicu mata kita jadi terasa kering. Nah, untuk menyeimbangkan kualitas udara, penggunaan humidifier bisa sebagai solusi.
Setiap hari, aku menatap layar laptop 8-10 jam. Saat mata mulai terasa kering dan sepet, selain menggunakan cara di atas, aku juga pakai tetes mata untuk mengatasinya. Salah satu produk andalan di meja kerjaku adalah Insto Dry Eyes karena bisa memberikan efek pelumas seperti air mata.
Insto Dry Eyes memang diformulasikan khusus untuk mengatasi gejala mata kering yang sering dialami pekerja digital, pelajar, hingga siapa pun yang beraktivitas intens di depan layar gadget. Dengan kandungan Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC), tetes mata ini bekerja seperti air mata buatan yang membantu melembapkan permukaan mata secara instan.
Aku termasuk yang nggak bisa jauh dari Insto Dry Eyes. Selain karena bentuknya kecil dan gampang dibawa ke mana-mana, harganya juga terjangkau, sekitar Rp18 ribuan saja. Nggak cuma praktis, Insto Dry Eyes juga aman karena sudah terdaftar resmi di BPOM.
Biasanya, kalau mataku mulai terasa sepet, perih, lelah, atau seperti berpasir, aku langsung memakai Insto Dry Eyes 1–2 tetes. Efeknya dalam hitungan detik, lho. Sejuk, mata terasa lebih segar dan nyaman. Oh iya, perlu diingat, begitu Insto Dry Eyes dibuka, masa sterilnya hanya berlaku selama 30 hari. Jadi lebih baik ditandai tanggal bukanya supaya nggak kelupaan, ya. Selain itu, saat meneteskannya, hindari kontak antara ujung botol dengan mata atau permukaan lain, supaya tetap bersih dan nggak terkontaminasi.
For your info, sekarang #InstoDryEyes hadir dengan packaging baru yang lebih segar dan kekinian. Desain berwarna biru dan putih ini nggak cuma eye catching, tetapi juga terasa lebih modern. Bentuk botolnya pun dibuat lebih ramping dengan tutup yang lebih rapat. Rasanya pas di tangan, nyaman saat digunakan, dan tetap praktis dibawa ke mana-mana.
Kesan pertamaku saat melihat new packaging-nya sepertinya Insto makin serius menjadi sahabat mata di era digital. Simpel, stylish, dan fungsional cocok untuk kita yang membutuhkan solusi cepat untuk mata kering kapan saja, di mana saja tanpa harus ke dokter.
Mata merupakan anugerah yang seringkali baru kita sadari pentingnya saat mulai terasa tidak nyaman. Di tengah kesibukan dan paparan layar setiap hari, kita juga harus makin peduli terhadap sinyal kecil dari tubuh termasuk mata yang mulai kering. Sebisa mungkin, jangan tunggu sampai gangguan ringan berubah menjadi masalah serius dan jangka panjang.
Menangani mata kering sedari awal bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga bentuk kepedulian kita terhadap diri sendiri. Melalui artikel ini, semoga kita semua bisa lebih sadar betapa pentingnya menjaga kesehatan mata, mengenali gejalanya sejak dini, dan mengetahui langkah-langkah sederhana yang bisa dilakukan. Karena dengan mata yang sehat, kita bisa melihat dunia dengan lebih jernih. Mata Kering jangan disepele in! Tetesin insto dry eyes saja!
Sumber & Referensi:
Wah betul banget mba sebagai content creator aku jyga sering mengalami mata kering. Makanya aku juga selalu sedia insto dry eyes di rumag
Iya mba, Insto emang ngebantu banget saat mata kering
Great information shared.. really enjoyed reading this post thank you author for sharing this post .. appreciated
I am truly thankful to the owner of this web site who has shared this fantastic piece of writing at at this place.
Your blog is a treasure trove of knowledge! I’m constantly amazed by the depth of your insights and the clarity of your writing. Keep up the phenomenal work!
mata kalau udah sepet, perih, nggak enak banget pokoknya. Pernah aku kehabisan obat tetes mata insto dan belum beli, akhirnya pake air biasa.
Memang ya kadng kita suka terus-terusan menatap layar sampe lupa mengalihkan pandangan ke area lain dan ini membuat mata juga lelah
Bisa juga kompres pakai air hangat mbak, biar rileks
Kompres mata dengan air hangat sepertinya perlu dicoba. Membayangkan sepertinya nyaman dan saya pun selalu sedia tetes mata seperti Insto karena memang berjam-jam menatap laptop
Iya mba, tiap beberapa kali atau misal udah agak lama menatap layar bisa dicoba kompres air hangat.
Kalau mata bisa ngomong pasti mau ngeluh karena sering kita pakai untuk begadang mengerjakan deadline dan scroll sosmed sampai kadang ketiduran. Untung ada insto jadi mata kita bisa selalu sehat
Haha bener banget! Kalau mata bisa ngomong, mungkin udah protes keras ya karena dipaksa lembur terus tiap malam.
mata memang salah satu indera tubuh yang harus selalu kita rawat dan jaga ya. apalagi buat mereka yang sehari-harinya bekerja di depan layar pasti rentan sekali terkena gejala mata kering. untung sekarang ada insto jadi bisa terhindar dari mata kering deh
Setuju banget! Mata memang harus dijaga, apalagi kalau tiap hari harus mantengin layar terus.
Andai mata saya bisa berbicara, mungkin sudah banyak sekali keluhannya ya. Dipaksa untuk tetap terbuka di larut malam, nonton drakor yang kadang sambung menyambung, belum lagi dikejar deadline dulu semasa kerja. Memang sudah seharusnya kita lebih memperhatikan kesehatan organ penting ini sebelum datang penyakit-penyakit seperti mata kering. Untung sekarang ada insto juga yang bisa bantu meredakan gejalanya ya Mbak.
Iya mbak, memang seharusnya kita lebih aware dengan mata kita.
Pernah di moment penting saat wisuda mata merah jadi moment rusak karena focus sama si mata
Wah, sangat disayangkan ya. Kalau udah gini solusi terakhirnya paling edit Photoshop.
Mata memang organ yang sangat penting dan harus dijaga, tapi memang kadang ada saja masalah yang mengganggu kesehatan mata, yang bikin mata kering, perih, dan cepat lelah terutama bagi pekerja digital. Untungnya sudah ada Insto Dry Eyes ya!
Pekerja digital memang salah satu musuhnya adalah mata kering akibat menatap layar yang lama. Jadi, ya paling nggak nyediain insto buat first aid
Bener kak kalo mata dh berasa sepet pedes tu bener2 gak nyaman dehh…dan untungnya ada insto dry eyes yg bisa jadi solusi praktis…btw aku baru tau klo ternyata masa exp nya 30hr setelah dibuka yaa..hhmm harus ditandain deh tiap buka insto biar gak kelewat terlalu lama dr masa expnya…makasihh kak infonyaa bermanfaat bgt 😊
Iya soalnya kalau kemasan udah dibuka rentan terkontaminasi
Kalau katanya cuma lima menit jadi lima episode.. Beneran menganiaya mata sendiri ya. Kebayang berapa mereka kelelahan.. Karena egoisnya diri ini
Emang harus bijak ya merawat diri, khususnya soal mata
Mau berterima kasih ke Insto, karena menghadirkan “teman” untuk kami, para pekerja digital. Next, bakal lebih sayang lagi ke sepasang mataku yang berharga ini 🙂
Bener banget, harus dijaga dua yang tak pernah mengeluh ini, karena mereka sangat berharga