Ada Pasar Wutah di Grebeg Desa Petuguran

oleh Ella Fitria
Grebeg Desa Petuguran

Pagi ini mendung menggelayut menyelimuti langit Punggelan, sebuah kecamatan yang jauh dari pusat kota Banjarnegara. Meskipun mendung tapi nggak menggagalkan rencanaku untuk menyaksikan pembukaan grebeg desa Petuguran yang diadakan tanggal 14-17 Desember 2017. Percaya nggak? Aku nggak tahu desa Petuguran letaknya dimana, padahal desa Petuguran itu satu kecamatan dengan tempat tinggalku. Kudet banget ya kan, hahaha

Cukup 15 menit aku tiba disana dengan melewati jalan naik turun yang dikelilingi oleh kebun salak. Jalannya sih halus sudah beraspal, tapi sempit dan sepi banget. Alhamdulillah sepanjang jalan udaranya dingin, banyak pepohonan, jadi bikin sumringah, soalnya kulit tanganku jadi terlindung dari jahatnya sinar UV.. Hahha, bukan sok cantik atau apa ya, tapi beneran sejam dua jam naik motor pas terik matahari bikin kulit tangan langsung gosong. Jadi belang-belang gitu, walupun sih katanya yang belang itu lebih enak. Tapi kalau tangan yang belang kan ngeselin.

Kambing di lapangan Petuguran

Sesampainya di lokasi aku kaget karena banyak banget kambing, berasa kaya lagi di pasar hewan. Padahal dari info yang aku dapat nggak ada pasar hewan, adanya tuh pasar wutah (pasar tumpah), karnaval budaya (festival panen salak dan sedekah bumi), sarasehan (launching PerDes tentang perlindungan terhadap perempuan dan anak dari kekerasan), pertunjukan jaran kepang, festival Dagelan, tari perempuan, wayang orang , wayang kulit, festival tek-tek SE-Kabupaten Banjarnegara dan acara puncaknya trabas jelajah desa Petuguran. Dalam hati “duh ini nggak sesuai ekspektasi banget, ku kira pasar wutah (pasar tumpah) banyak makanan, dan barang-barang yang unik, lah kok ini malah adanya kambing”.

Aku coba bertanya ke salah satu orang yang lagi asyik ngelus-elus kambing.

Aku: Punten (permisi) pak.. Mau nanya, ini bener lapangan desa Petuguran?

Bapak: Iya bener mbak, *aku bengong* gimana mbak? Mbaknya mau nyuntik kambing juga? Kambingnya yang mana mbak?

Aku: Hah? Nggak pak nggak. Aku kesini bukan untuk nyuntik kambing, lah wong aku punya kambing juga nggak. Jadi pasar wutah itu pasar kambing pak?

Bapak: Walah tak kira mbaknya kesini bawa kambing mau disuntik. Pasar wutahnya ada disebelah sana mbak *sambil menunjuk tenda-tenda* ini salah satu agenda grebeg desa hari ini, ada suntuk ternak gratis.

Aku: *sambil benerin kudung yang sebenernya nggak rusak* oh nggih pak, matursuwun nggih.

Yasalam sia-sia dandan cantik gini, dikira bawa kambing mau disuntik *beeh

Suasana Pasar Wutah

Ada sekitar 20 stand yang berjualan macam-macam. Mulai dari biji salak yang diolah jadi minuman, tukang rujak, sale madu, manisan salak, dodol salak, buah-buahan, tas dari barang bekas, baju, sandal, jam tangan, pakaian dalam hingga dealer motor lengkap dengan panggung dangdutnya.

Beneran ini pasar wutah (pasar tumpah). Meskipun baru pertama kali grebeg desa Petuguran ini dilaksanakan, pengunjung antusias banget mulai dari anak kecil hingga lansia. Banyak dede emesh juga.

Acara pembukaan dihadiri oleh wakil bupati Banjarnegara, kepala dinas BKBPP, Kapolsek dan Koramil Punggelan, Lsm mitra wacana, serta Sekcam dan jajarannya. Pembukaan grebeg desa ditandai dengan menerbangkan burung dara sebagai simbol acara grebeg desa Petuguran dibuka.

Tari Tampah Ibu-ibu PWP

Sembari jajan pengunjung juga bisa menikamti tari tampah yang dimainkan oleh ibu-ibu PWP (Pelita Wanita Petuguran), menkjubkan banget. Ini beneran emak-emak dan mbah-mbahnya keren, meskipun sudah tua semangatnya ngalahin anak-anak muda. Percaya diri banget, perlu dicontoh nih. Perlu banget.

Di depan panggung sudah tertata gunungan salak dan berbagai macam hasil bumi dari desa Petuguran. Sayang banget aku nggak lihat arak-arakan dari balai desa Petuguran menuju lapangan Petuguran ini karena datang kurang pagi. Setelah grebeg desa resmi dibuka, acara selanjutnya adalah diskusi tentang perlindungan perempuan dan anak terhadap kekerasan.

Selesai diskusi, selanjutnya masyarakat bisa menikmati hiburan Jaran kepang bukan jaran goyang loh ya. Ini kali pertama aku liat jaran kepang atau sering disebut embeg, aku nggak begitu tertarik. Bukan apa-apa, aku nggak tega aja lihat orang makan pecahan kaca dan sejenisnya. Jadi hari itu aku memutuskan pulang ke rumah.

Hari ketiga, aku kembali mengunjungi lapangan desa Petuguran untuk menyaksikan lomba Tek-tek. Tau nggak sih? Segede ini aku juga baru pernah menyaksikan pertunjukan tek-tek. Hahaha
Ternyata mirip kentongan gitu, ada yang main angklung juga. Terus ada yang nyanyi dan ada yang joget-joget. Ya emang kan, tek-tek itu permainan musik yang menggunakan bambu.

Lomba Tek-tek Se Kabupaten Banjarnegara

Selain lomba Tek-tek, di hari ketiga grebeg desa juga ada wayang kulit, tapi aku nggak menyaksikan. Karena wayang kan dimulai malam hari, sedangkan aku nggak dibolehin pergi malam-malam. *ciye anak rumahan. Haha
Jadi sore itu aku memutuskan pulang kerumah dengan melewati rute yang sama. Nggak lupa beli kupat mendoan yang disiram dengan bumbu kacang. 🙂

Ella Fitria

You may also like

0 0 vote
Rating Artikel
Subscribe
Notifikasi
guest
0 Komentar
Feedback Sebaris
Lihat semua komentar