Let’s Read: Inovasi yang Jadikan Minat Baca Anak Meningkat
Kali ini, aku akan berbagi sekelumit cerita dunia literasi. Aku yakin di luar sana teman-teman sebayaku banyak yang memiliki segudang koleksi buku saat memasuki usia anak-anak, bahkan tidak menutup kemungkinan usia balita pun sudah dikenalkan buku oleh orang tuanya. Beruntunglah jika hal demikian yang teman-teman rasakan. Kondisi ini berbanding terbalik, karena aku tumbuh di keluarga yang jauh dari dunia literasi. Terbukti hingga saat ini aku tidak pernah menemukan koleksi satu buku pun milik mbah, ayah, ibu, bude, pakde, om, atau pun tante. Mereka membaca buku hanya saat mengenyam pendidikan, berpuluh tahun silam. Sebatas itu. Memang, kami tinggal di perbatasan desa antar kabupaten. Untuk membeli buku rasanya merupakan hal yang mustahil di keluarga kami karena harus menempuh perjalanan berpuluh kilo meter ke kota yang terdapat toko buku ternama. Belum lagi, akses jalan yang kurang mumpuni.
Bukan hanya keluargaku yang jauh dari dunia literasi, namun lingkunganku juga demikian. Kami terbiasa hanya akrab dengan buku pelajaran yang diberikan oleh guru sekolah dasar. Boro-boro sekolah kami memiliki perpustakaan, kebagian satu buku paket untuk empat anak rasanya sudah senang bukan kepalang. Jika ada PR yang tidak bisa dikerjakan, mau tidak mau, salah satu diantara kami harus berjalan kaki menuju rumah teman yang membawa buku paket untuk mencari materi. Miris memang, tapi itu kenyataan yang aku alami 12 tahun silam. Majalah Bobo? Majalah Mentari? Jangan tanya. Kami tidak mengenal. Apalagi dihadiahi buku oleh orang tua karena prestasi? Oh, kami juga tidak pernah merasakan. Ahahaha
Mungkin ini salah satu kondisi yang menyebabkan minat baca anak di Indonesia sangat rendah.
Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Baca Anak
Menurut hasil studi “The World’s Most Literate Nations” ternyata Indonesia berada di urutan ke-60 dalam kebiasaan membaca. Sama halnya pada tahun 2016 penelitian yang dilakukan organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan PBB (UNESCO) terhadap 61 negara di dunia menunjukkan kebiasaan membaca di Indonesia sangat rendah. Minat dan kebiasaan membaca di Indonesia tergolong rendah bukan tanpa sebab, berdasarkan Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) salah satu penyebabnya adalah kurangnya akses buku bacaan, terutama di daerah terpencil.
Sebelum membahas bagaimana tips meningkatkan minat baca anak, ada baiknya kita juga mengetahui faktor apa saja yang membuat minat baca anak Indonesia terbilang rendah. Nah berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya minat baca anak, antara lain:
Akses Buku yang Terbatas
Kasus ini sama seperti yang kualami 12 tahun silam. Sulitnya mendapatkan akses buku menjadi salah faktor utama rendahnya minat baca anak. Bahkan, saat ini rasio jumlah buku cerita terhadap anak Indonesia baru mencapai 1:3, artinya 1 buku diakses secara bersama-sama oleh 3 anak. Padahal UNICEF menyarankan setiap anak dapat mengakses sedikitnya tiga buku cerita demi menunjang tumbuh-kembang mereka. Sebetulnya, menurutku minat baca anak Indonesia sangat tinggi, namun karena buku bacaan anak-anak terbatas, maka minat anak-anak untuk membaca terkesan rendah. Mereka hanya bisa menikmati buku-buku pelajaran yang notabene sangat ‘membosankan’ karena berisi materi pelajaran yang cenderung monoton.
Kualitas dan Kuantitas Buku yang Kurang Menarik
Poin kedua juga turut menjadi penyebab kurangnya minat baca anak. Kebanyakan buku-buku di perpustakaan hanya menyediakan buku-buku pelajaran saja, meskipun terdapat buku bacaan anak, namun bahasa yang digunakan tergolong ‘kaku’ atau sulit diterima anak-anak. Pun biasanya perpustakaan hanya menyediakan koleksi buku bacaan anak keluaran zaman dulu. Jika seperti ini kondisinya, bagaimana kita bisa menumbuhkan minat baca anak baik di rumah ataupun di sekolah?
Rendahnya Kesadaran Orang Tua
Mungkin ada puluhan juta anak di luar sana yang memiliki nasib sama seperti kami, jauh dari dunia literasi karena berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah rendahnya kesadaran orang tua dalam mengenalkan literasi sejak dini. Sebagian orang tua di lingkunganku beranggapan bahwa membeli buku merupakan hal yang sia-sia. Pemborosan. Hal ini dikarenakan kesadaran orang tua terhadap manfaat membaca sangat minim. Meskipun aku mengalami hal serupa, namun aku merasa beruntung karena saat mulai remaja diizinkan mengoleksi berbagai buku bacaan.
Bermain Gadget Tanpa Pengawasan Orang Tua
Jujur, beberapa kali aku menyaksikan orang tua dengan entengnya memberikan gadget kepada anak supaya si anak bisa diam dan anteng. Tetapi pernahkah kita merefleksikan seberapa besar efek yang akan ditimbulkan ketika si anak mulai tumbuh besar? Lagi-lagi kesadaran orang tua harus lebih ditingkatkan. Tidak heran banyak orang tua mengeluhkan kebiasaan anaknya yang bermain gadget hingga lupa waktu. Seperti bermain game, menonton channel youtube, ataupun berselancar di media sosial. Mari flash back, seberapa sering bapak/ibu memberikan gadget kepada anak dengan dalih supaya anak bisa diam dan anteng?
Setitik Usaha Membangkitkan Minat Baca di Sekolah Swasta
Seperti yang sudah ku bahas, sebetulnya ada berbagai faktor yang menyebabkan kurangnya minat baca anak mulai dari minimnya kesadaran orang tua hingga akses buku yang terbatas. Meskipun demikian, peran pemerintah dalam pemerataan fasilitas yang menunjang dunia literasi terus digencarkan. Maka, tidak dipungkiri saat ini perkembangan infrastruktur dan pendidikan sangat berdampak bagi tempat tinggal kami. Akses jalan menuju kota rasanya semakin mudah dijangkau. Beruntung setelah lulus dari sekolah dasar, aku melanjutkan pendidikan di pusat kota. Akses untuk mendapatkan buku terasa semakin mudah, dimulai dengan kagumnya melihat buku-buku yang tertata rapi di rak perpustakaan sekolah hingga seringkali tanpa sadar tenggelam di rak-rak toko buku yang menawarkan ribuan koleksi buku. Pun aku merasa sangat beruntung, ketika beranjak dewasa berada di lingkungan yang “tepat” dimana sejak saat itu aku mulai merasakan bahwa membaca buku merupakan sebuah KEBUTUHAN. Yap! Kebutuhan. Tidak bisa ditawar lagi.
Kebetulan setelah lulus kuliah, aku kembali ke kampung halaman, mengabdikan diri di sekolah swasta. Meski belum berkeluarga dan memiliki anak, bermodalkan teori dan ilmu parenting yang seuprit aku mencoba masuk ke dunia anak-anak, menjadi teman bermain mereka sekaligus menjadi orang tua dan guru untuk mereka. Susah? Pasti. Bahagia? Sangat bahagia. Menurutku, rata-rata minat baca mereka tumbuh di kelas 1, 2, 3, dan 4 sekolah dasar. Untuk menumbuhkan minat baca pada anak memang dibutuhkan trik khusus supaya minimal anak-anak tertarik dengan buku. Guru seolah harus memiliki skill “marketing” didukung dengan fasilitas buku bacaan bersampul menarik dan isi cerita yang ramah anak, supaya anak tertarik untuk melakukan action (membaca). Treatment yang dilakukan untuk tiap tingkat kelas pun berbeda, karena untuk kelas tinggi 4-6 sekolah dasar, anak-anak sudah bisa diajak untuk berpikir abstrak otomatis diperlukan buku bacaan dengan tingkat yang lebih tinggi.
KBM di Sekolah yang selalu Dibudayakan Membaca
Beruntung, di sekolah tempatku mengajar tiap kelas memiliki pojok baca yang nyaman sehingga dapat menarik anak untuk mendekati area pojok baca. Selain itu, di rak buku terdapat berbagai buku bacaan dengan sampul warna-warni sehingga anak tertarik untuk membuka buku tersebut. Selama kurang lebih 3 tahun bersama mereka, aku bisa menarik kesimpulan bahwa sebenarnya minat baca anak-anak sangat tinggi terbukti setiap selesai mengerjakan tugas, mereka sangat antusias menghabiskan waktu di pojok baca untuk membaca buku cerita yang tersedia bahkan beberapa anak telah selesai melahap semua koleksi buku bacaan di pojok baca kelas.
Sama halnya dengan adik perempuanku yang saat ini duduk di kelas 3 SD. Sejak ia lahir, aku dan kedua orang tuaku tidak pernah memaksanya untuk menyukai membaca buku. Aku ingat betul ketika dia masih duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar, saat aku sedang membaca novel yang lumayan tebal. Dia bertanya padaku,
“mbak, ngapain baca buku tebal banget?”
Aku hanya tersenyum dan menjawab dengan santai
“baca buku tuh seru banget, lho. Asyik!”
Adik yang Mulai Suka Baca Buku Berkat Stimulus Kakak
Dengan menunjukkan wajah bingung, dia berlalu begitu saja. Saat ia duduk di kelas 2 sekolah dasar, baru terlihat tertarik dengan buku koleksiku. Bahkan hampir tiap hari dia mengambil buku-buku di rakku. Membaca judulnya, membolak-balikan lembaran demi lembaran. Jika menemui lembaran yang bergambar, tangan mungilnya berhenti. Matanya mengamati lalu melontarkan tanya. Tapi ketika ku sodorkan buku bacaan tanpa gambar, dia tidak peduli. Justru beralih membuka buku yang bersampul menarik. Sepertinya dia memang belum suka membaca, hanya sebatas tertarik dengan gambar-gambar yang ada di buku. Lambat laun, tiap kami ke kota dia tidak lagi minta bermain di pusat perbelanjaan. Mulai saat itu, yang diminta hanya satu, ke toko buku. Tanpa sadar, kebiasaanku membaca buku ternyata diam-diam diikutinya. Alhamdulillah.
Tips Menumbuhkan Minat Baca Anak
Sepengalamanku dalam menumbuhkan minat baca anak sebetulnya tidaklah sulit. Kita hanya butuh masuk ke dunia mereka untuk menjadi teman yang asyik dan menyenangkan supaya dapat “mengajak” anak dengan mudah bahwa kegiatan membaca adalah sebuah kebutuhan. Apalagi di era digital seperti sekarang, orang tua diharuskan memiliki inovasi dan ‘ramuan’ yang tepat supaya anak tertarik untuk membaca, karena dengan menumbuhkan minat baca pada anak diharapkan kebiasaan membaca akan terus dilakukan. Nah berikut ini adalah beberapa tips yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan minat baca anak.
Gali Potensi Anak
Hal pertama yang harus dilakukan supaya anak tertarik membaca buku adalah menggali potensi yang dimilikinya. Untuk menggali potensi yang dimiliki oleh seorang anak, orang tua ataupun guru bisa mengamati kebiasaan yang ia lakukan. Atau bisa juga dengan mendengarkan cerita dan pertanyaan si anak setiap harinya, biasanya minat anak akan terlihat dari apa yang sering ia ceritakan dan tanyakan. Orang tua dapat menanyakan kepada anak, kira-kira buku apa yang sedang ingin dibaca, dengan begitu biasanya anak akan lebih bersemangat untuk membaca buku.
Sediakan Buku Bacaan yang Sesuai Minat Anak
Setelah mengetahui minat anak, langkah selanjutnya adalah menyediakan buku bacaan yang berkualitas. Misalkan seorang anak sering bertanya atau bercerita mengenai benda-benda langit luar angkasa maka sebisa mungkin kita sediakan buku bacaan seputar benda-benda langit dan cerita luar angkasa. Simpelnya, buat si anak merasa senang dengan buku yang dibacanya. Jangan lupa, memilih buku bacaan yang mudah dipahami oleh anak dengan tambahan ilustrasi untuk membantu merangsang kemampuan berpikirnya. Selain itu, anak cenderung akan tertarik dengan buku berwarna-warni dan teks bacaan yang tidak terlalu panjang. Menurutku bacaan dengan teks panjang bisa diterapkan untuk kelas tinggi, kelas 4-6 SD.
Rutin Bacakan Cerita Kepada Anak
Tips ini bisa dilakukan saat anak belum mengenal huruf atau belum lancar dalam membaca. Orang tua berperan menghidupkan tokoh dalam cerita supaya karakter tokoh makin kuat sehingga dengan mudah anak dapat menangkap cerita yang disampaikan. Membacakan cerita kepada anak tidak memerlukan keahlian khusus, kok. Bermain intonasi dan melakukan pendekatan kepada anak menjadi kunci utama dalam bercerita.
Menjadi Contoh untuk Anak
Seorang anak memang peniru ulung, apapun yang ia lihat, dengar, dan amati sangat mudah ditiru. Untuk itu, orang tua atau guru sudah sepatutnya memberikan contoh untuk membangun minat baca anak. Seperti adik perempuanku yang tanpa sengaja sering melihatku membaca buku. Lambat laun apa yang ia lihat akan membekas di pikiran dan ada dorongan untuk melakukan hal yang sama.
Diskusikan Hasil Bacaan Anak
Peran orang tua dalam menumbuhkan minat baca anak sangat diperlukan. Dukungan orang tua bukan sebatas materi saja, namun menurutku dukungan orang tua juga meliputi komunikasi terhadap buku bacaan anak. Semisal dengan menanyakan isi cerita dari buku yang telah dibaca, atau memancingnya untuk menceritakan kembali apa yang telah ia baca. Cara ini juga dapat meningkatkan daya imajinasi anak, melatih kemampuan bercerita kepada orang lain, berpikir kritis, dan bersosialisasi. Selain itu, anak akan merasa dihargai ketika orang tua atau guru menanyakan tentang buku yang ia baca.