![]() |
Serba Serbi Pembelajaran di Masa Pandemi |
Pagi itu, aku baru saja masuk ke kantor, tiba-tiba ada ibu paru baya mencariku. Matanya terlihat sayup, raut wajahnya lelah namun memendam optimisme yang kuat.
“Bu… Saya wali murid Sena. Maaf Sena belum mengumpulkan tugas, insya allah saya akan ke sekolah tiap minggu untuk mengumpulkan tugasnya. Soalnya handphone yang biasa digunakan dibawa mbaknya ke tempat suami.” Tuturnya sambil mengambil tugas Sena di dalam tasnya dengan tangan gemetar.
“Nggih bu, tidak apa-apa. Ibu tidak perlu khawatir ya, tugas bisa dikumpulkan seminggu sekali. Atau pas home visit juga tidak apa-apa”. Sahutku.
“Alhamdulillah, bu. Saya khawatir karena tidak tahu harus bagaimana. Mau beli handphone juga tidak mungkin, wong untuk…” Kalimatnya terpotong oleh tetesan air mata yang keluar begitu saja.
Masalah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
Sungguh, sepotong kisah di atas adalah sebuah kenyataan yang dialami oleh sebagian muridku. Ya, pandemi ini memang berdampak bagi semua orang. Keterbatasan akses internet, masyarakat yang belum melek teknologi, hingga keterbatasan perangkat yang mendukung proses belajar selama pandemi.
Tidak heran, guru dituntut untuk meramu cara supaya proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bisa terlaksana. Salah satunya dimulai dari pemetaan profil murid, akses handphone di rumah, pekerjaan dan kebiasaan orang tua, hingga kesepakatan waktu belajar.
Kebijakan Pembelajaran di Masa Covid-19
Aku yakin, semua elemen sudah mengupayakan yang terbaik demi terlaksana PJJ. Berbagai kelonggaran aturan pemerintah khususnya Mendikbud terkait tahun ajaran baru di masa pandemi ini menyatakan bahwa satuan pendidikan ditetapkan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah sehingga dapat melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan bagi seluruh warga satuan pendidikan.
Nah, berikut ini ada beberapa kebijakan pembelajaran di masa covid-19 sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 719/P/2020, di antaranya:
![]() |
Kebijakan Pembelajaran di Masa COVID-19 |
Kurikulum Darurat
Kurikulum darurat khusus merupakan penyederhanaan dari kurikulum Nasional. Kurikulum darurat dilaksanakan dengan pertimbangan kemampuan dan kondisi peserta didik yang berfokus pada kompetensi esensial dan kompetensi prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran. Adanya kurikulum darurat diharapkan akan memudahkan proses pembelajaran di masa pandemi tanpa membebani peserta didik, guru, dan juga orang tua.
Modul Pembelajaran untuk PAUD dan SD
Modul pembelajaran berisi panduan untuk guru, pendamping, dan peserta didik. Modul ini digunakan untuk memudahkan guru dalam memfasilitasi dan memantau pembelajaran di rumah. Modul pembelajaran juga disusun dengan mengacu pada kurikulum darurat.
Pembelajaran Tatap Muka untuk Zona Hijau dan Zona Kuning
Beberapa sekolah di tempatku sudah mulai menerapkan pembelajaran tatap muka dengan sistem sift. Sesuai arahan dari Mendikbud Satuan Pendidikan di zona hijau dan kuning diberikan keleluasaan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka, tentunya dengan mempertimbangkan segala risiko dan selalu mematuhi protokol kesehatan.
Relaksasi Peraturan untuk Guru
Dengan adanya relaksasi peraturan untuk guru diharapkan guru dapat fokus memberikan pelajaran interaktif kepada siswa tanpa perlu mengejar pemenuhan beban kerja 24 jam tatap muka dalam satu minggu.
Orang Tua dan Guru Harus Bersinergi
Tanpa adanya kerja sama antara guru dan orang tua, aku yakin PJJ tidak akan berjalan. Orang tua di rumah sebagai pendamping ketika anak mengalami kesulitan dalam belajar, sedangkan guru bertugas menjelaskan materi dan mengarahkan anak supaya belajar sesuai dengan kurikulum darurat. Yuk, saling bersinergi demi mewujudkan masa depan anak yang lebih baik.
Sumber bacaan:
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/08/kemendikbud-terbitkan-kurikulum-darurat-pada-satuan-pendidikan-dalam-kondisi-khusus
seluruh wali murid / orang tua sudah dikumpulkan dan dimintai pendapat… tetapi di tempat kami masih banyak yang tidak mengizinkan makanya akan terus berlangsung daring … dimana ibu-ibu akan banyak tugas menghampiri
aku beberapa kali melihat keponakanku pembelajaran jarak jauh bersama teman-temannya. Meskipun begitu, mereka tetap semangat untuk belajar.
Setiap harinya keponakanku belajar ditemani orang tuanya dengan mengikuti arahan materi dari gurunya
Disini beberapa bulan lalu mengadakan belajar tatap muka dengan sistem shif, jadi murid dibagi dua, ada yang masuk Senin Selasa Rabu, terus satunya lagi Kamis Jumat Sabtu.
Tapi sekarang lagi diliburkan lagi karena sudah masuk zona merah.
Musim pandemi seperti ini, orang tua yang dibuatnya stres
Disamping harus menemani anaknya belajar
Tapi juga ada kewajiban untuk kerja demi itu terbeli kuota internetnya
iya nih corona bikin semua aspek keteteran
saya sih emang suka sedih aja ngeliat kalau sekolah lewat daring
bagus sih pakai daring, cuman dari murid dan wali murid gadget dan internetnya itu yang masih belum tersedia secara layak, kalau difasilitasi sih enak
memang ya, serba serbi pembelajaran di tengah pandemi nggak ada habisnya. Ada aja dampak dan plus muinusnya. Doaku semoga pandemi ini segera berakir supaya bisa beraktivitas seperti biasa, udah kangen anak2, huhu
Bener mas Rivai, semangat mereka luar biasa. Suka gemas dengan tingkah polosnya, jadi kangen ketemu anak-anak, huhu
ya ampun, pasti anak2 di sana sudah seneng bgt bisa masuk sekolah lagi ya kang? sayangnya diliburkan lagi, memang masih ngeri sebenernya ya.. kecuali di daerah yang bener2 terpencil dan mobilitas masyarakatnya terbatas
yap Kang Djangkaru, karena pembelajaran daring merupakan hal baru butuh penyesuaian. nggak cuma ortu yang stres, gurunya juga mabok 🙁
iya Mas Rezky, bener banget. banyak daerah yang masih terbatas dari jaringan internet dan perangkat untuk menunjang pembelajaran daring.. semoga pandemi segera berakhir 🙁 biar anak2 bisa belajar dengan aman dan tenang di sekolahan
Sedih memang kalau masih ada beberapa anak yang nggak bisa pjj dengan lancar karena nggak punya handpone atau orangtua juga nggak bisa mendukung sepenuhnya. Semoga aja ke depannya segera ada penanganan khusus untuk hal ini.
kasihan anak2 yang terjejas pembelajaran mereka kerana Covid-19… harap2 ia kembali pulih seperti sedia kala dan mereka dapat kembali ke sekolah dengan selamat
iya mbak Astria, semoga corona segera berakhir biar bisa tatap muka.. hhuhu
soalnya banyak juga orang tua yang mengeluh, karena harus bagi waktu antara kerja dan mendampingi anak belajar di rumah
iya kak Anies, semoga pandemi segera berakhir biar bisa ketemu anak2 lagi tanpa harus pjj
PJJ emang selalu pro kontra ya mbak, beda sama orang kantoran yg WFH.
Nggak semua orang tua punya smartphone buat fasilitas anaknya, ga semua orang tua punya uang buat beli kuota, jangankan mreka yg orang tua mbak, aku yg suaminya guru aja awalnya ngomel mulu, suami ngajar dr rumah listrik jebol karna nyolok laptop trs, kuota jebol jd pasang wifi, tp semakin kesini aku semakin bisa bersyukur, bersyukur suamiku bisa WFH g harus ke sekolah, masih punya kerjaan, masih berpenghasilan, banyak orang di luar sana yg udah kehilangan kerjaan. Semoga pandemi ini cpt berakhir, amin
Iya mbak, bener banget 🙁
Di masa kaya gini memang kudu banyakin bersyukur biar hati pikiran jd adem. Hhh
Stay safe di sana ya mbak 🙂