Satu Miliyar Saraf Rusak Akibat Bentakan dan Kata-kata Kasar

oleh Ella Fitria
Berawal dari kejadian setahun lalu, ketika kos-an ku kemalingan. Kebayang nggak sih, si maling bisa masuk kamar ketika posisiku sedang tidur pules, yakali gimana nggak tidur pules banget orang dia maling jam setengah 2 pagi. Waktu itu aku baru aja dikasih jatah bulanan, aku ambil duit di ATM Rp. 800ribu karena niatnya mau beli buku sekalian service motor dan bayar kosan daripada aku bolak balik ke ATM kan mending ambil sekalian. Eh malemnya kosku kemalingan. *mending kemalingan hati ya, apalagi kamu malingnya, wkwk
Singkat cerita, si maling masuk kamar demi kamar, pas masuk kamar temenku. Temenku kebangun dan teriak kenceng biyangeeet, kenceng sekenceng-kencengnya karena posisi malingnya mau nyium temenku. Gila! Maling gak punya otak! *ya sih mana ada maling yang punya otak ya. Ampun deh, aku bener-bener takut banget. Mikirnya udah jelek banget, jangan-jangan aku di apa-apain tapi aku gak kerasa, banyak jangan-jangan diotakku. Setelah dipastiin alhamdulillah aku gak papa, aman. Padahal aku sempet liat maling itu kabur dengan santainya, aku cuma melongo gitu, badan rasanya kaku banget. Gak berdaya asli. Kaget, bingung, dan embuh rasanya.
Gambar diambil dari pixabay.com
Setengah jam setelah kejadian aku baru buka dompet yang biasa ku taruh di tas. Kalian bisa nebak ya? Duitku ludesssss cuma sisa Rp. 12rb itupun uang receh, niat banget tuh maling padahal tadinya di dompetku gak ada uang receh sama sekali. Hmmmmm maklum lah anak kos duit Rp. 800ribu bisa buat jajan dua minggu, tapi untung aja jatah bulanan nggak aku ambil semuanya. *besok masih bisa makan* asal badan nhgak kurang suatu apapun udah bersyukur banget, katanya duit bisa dicari kan ya. *tapi tetep aja eman-eman*
Aku sama temenku sempet lapor polisi juga, subuh-subuh kita ke Polres Banyumas minta polisi untuk ke TKP kali aja ada petunjuk siapa tersangkanya. Setelah polisi olah TKP ditemukan barang bukti berupa sandal milik si maling, ternyata dia lompat pagar kenopi yang tingginya hampir tiga meteran. Melewati dua pintu besi, dua pintu kayu untuk sampai kamarku, gila! maling profesional *eh tapi kalau profesional sandalnya nggak mungkin ketinggalan gitu ya* hhh
Dari kejadian ini aku jadi takut denger bentakan atau suara yang kenceng. Trauma itu nyiksa banget, ke kampus ada temen yang teriak gitu aku langsung panas dingin, takut, lemes. Di kos-an denger suara panci jatuh langsung kagetnya minta ampun. Sampai-sampai aku nyari hipnoterapi, tujuannya supaya rasa takut dan traumaku bisa ilang dengan sugesti-sugesti yang diberikan oleh hipnoteraper. Beberapa kali aku melakukan hipnoterapi, saat itu memang keadaan mentalku lagi gak beres banget ketambah waktu itu masih memiliki hubungan gak jelas dengan someone. *eh emang sekarang udah jelas hubungannya? tepok jidat*haaha
Entah kenapa setelah kemalingan aku sering menjumpai orang tua yang suka bentak anaknya. Bukan kata-kata nasehat, tapi kata-kata kasar yang keluar. Seperti kejadian di rumah makan beberapa bulan yang lalu, usia si anak sekitar tujuh tahunan. Anak itu nggak sengaja numpahin minuman ayahnya. Tiba-tiba ayahnya bentak-bentak dengan kata-kata yang aduh nggak pantes banget dikeluarkan oleh seorang ayah. Ibunya juga ikutan ngomel gitu ke anaknya. Sampai-sampai aku nggak jadi makan saking nggak teganya sama anak itu, selera makanku hilang sudah.
Pernah juga waktu aku ke Ind*mart. Ada anak yang diboncengin ayahnya tiba-tiba turun dari motor lalu si anak lari masuk ke Ind*mart dan nyari sesuatu. Ternyata barang yang dicari gak ada, anaknya keluar dari Ind*mart lalu bilang ke ayahnya bahwa barang yang dicari gak ada. Eh apa yang terjadi? Si anak di toyor kepalanya, lalu ayahnya marah-marah. Kurang lebih gini nih, pakai intonasi tinggi bacanya ya! “nyari pake mata! Bukan pake kaki! Punya mata buat apa! Nyari kayak gitu doang nggak ketemu bla bla bla ”Ya Allah, rasanya sakit banget nih atiku. Coba bayangkan gimana perasaan si anak? Padahal itu dilakukan ditempat umum, ramai, kita yang ngliat dan denger gak tega.
Aku yakin siapapun pasti ingin memiliki keluarga yang harmonis, dimana seorang anak mendapatkan hak dan kewajiban sesuai hakikatnya begitu juga sebaliknya sebagai orang tua. Itu sebagian kecil kejadian yang aku saksikan, masih banyak ribuan bentakan-bentakan yang mungkin dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya. Memang setiap orang tua memiliki cara yang berbeda-beda dalam mendidik dan membesarkan anak, tapi apakah mereka mempertimbangkan resiko dan efek yang dirasakan anak dengan cara didikan mereka?
Mungkin aku belum terlalu paham ketika membahas lebih jauh mengenai kehidupan anak karena aku belum memiliki anak. Tapi setidaknya aku bisa merasakan atmosfir ketika seorang anak dibentak berdasarkan kejadian-kejadian yang kutemui. Walaupun dari kecil aku tidak pernah mendapatkan bentakan dari orangtuaku dan orang-orang di sekelilingku, tapi setelah kemalingan aku merasakan takut, sangat takut ketika aku mendengar suara keras/bentakan. Padahal usiaku saat itu 21 tahun, apa lagi dibandingkan dengan anak-anak yang usianya masih belasan tahun. Berapa kali lipat beban trauma yang mereka rasakan?
Golden age adalah usia emas seorang anak mulai dari 0-5tahun. Dimana otak anak diibaratkan seperti spons yang bisa menyerap busa sabun. Satu kali bentakan yang diterima anak dapat mengakibatkan rusaknya satu milyar syaraf. Dampak membentak anak dalam jangka panjang, diantaranya:
1. Anak tidak menghormati orang tua.
2. Anak akan memiliki pribadi yang pendiam, tertutup, dan apatis.
3. Anak tidak memiliki rasa simpati dan empati terhadap orang lain dan lingkungannya.
4. Anak akan menjadi minder dan takut mencoba sesuatu yang baru.
5. Anak akan cenderung memiliki sifat egois, pemarah dan tidak percaya diri.
Seorang anak tidak hanya mengikuti apa yang kita perintahkan, tapi anak akan cenderung mengikuti apa yang dia lihat tanpa mempertimbangkan baik buruknya. Makannya kita sudah sewajarnya sebagai orang dewasa memberikan contoh yang baik terhadap anak.
Dear ayah, calon ayah, ibu, dan calon ibu. Semoga kita selau bisa belajar bagaimana cara memperlakukan anak, bagaimana membantu anak supaya berkembang sesuai dengan kemampuannya. Tidak ada anak bodoh, tidak ada anak nakal, bandel, rewel. Sama sekali tidak ada. Mari kita yakini jika semua anak cerdas, pintar, memiliki potensi dan kemampuan. Mari bantu mereka untuk berkarya, jangan sampai karena bentakan-bentakan yang diterima anak akan menghambat proses perkembangannya. Emosi, kesal, banyak beban, dan masalah jangan sampai anak menjadi pelampiasan.
Yaampun, serius banget ini ya. Asli aku sampai mrebes mili gini *calon suami mana calon suami? Eh maksudnya tisue mana tisue*😂😂😂😂
Ella Fitria

You may also like

0 0 vote
Rating Artikel
Subscribe
Notifikasi
guest
0 Komentar
Feedback Sebaris
Lihat semua komentar