Drama Menuju Curug Muncar

oleh Ella Fitria
Curug Muncar Tanjung Tirta, Punggelan @RoisArdian
Saat matahari menyapa dengan teriknya, aku bersiap memulai petualangan mencari lokasi curug Muncar. Bau aspal jalanan sesekali membuat aku menahan nafas. Ya meskipun panas nggak jadi halangan *selagi aku bonceng, kemana aja oke* hahaha

Sebelum berangkat petualangan, aku sempat menghubungi teman yang tahu lokasi curug Muncar untuk menanyakan akses jalan. Berhubung kondisi badan masih pegal-pegal setelah rafting kemarin, aku nggak mau jalan kaki terlalu jauh. Makanya harus aku pastikan lagi kalau tenagaku cukup untuk ke curug ini. Curug Muncar terletak di Dusun Menggora, Desa Tanjung Tirta, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara.

Berbekal informasi yang aku dapat, aku dan temanku menuju Desa Tanjung Tirta. Perjalanan dimulai dari Pasar Punggelan, lalu belok kiri dipertigaan kantor lama Kecamatan Punggelan. Jalannya sedikit rusak, tapi masih layak untuk dilewati kok. Kalau dari kota Banjarnegara sebaiknya langsung lewat Desa Bondolharjo aja, lebih cepat sekitar 45 menit bisa sampai di titik lokasi curug Muncar. Jalan dari Bondolharjo menuju Desa Tanjungtirta juga udah mulus banget.

Perkebunan salak menjadi pemandangan utama kita. Karena minimnya sinyal di sana, aku nggak bisa buka maps. Akhirnya mengandalkan petunjuk orang. Nyasar? Jelaaaas, tapi nyasarnya nggak bikin kecewa sih. Kita nyasar sampai proyek pembangunan bendungan di Punggelan.

Hasil nyasar sampai proyek pembangunan bendungan

Kita harus puter balik kira-kira sampai 3 KM. Nggak masalah, emang niat petualangan ya terima resiko. Hhhh

Sesampainya di Desa Tanjung Tirta aku bertanya lagi ke orang yang sedang sibuk berkebun menata salak di keranjang besar dekat jalan.

Aku : Punten pak, bade tangled curug Muncar tesih tebih mboten nggih?
(permisi pak, mau nanya curug Muncar masih jauh nggak ya?)

Bapak : Wah mbak, nek curug Muncar mpun kebablasan, mbake muter malih. Wonten pertigaan belok kiri, mengkin tangled tiang malih mbak. Wis cepak sekang kono mbak.
(wah mbak, kalau curug Muncar udah kelewatan, mbaknya puter balik lagi. Ada pertigaan belok kiri, nanti tanya orang lagi aja disana mbak. Udah deket dari situ mbak)

Aku : Njih pak, matur nuwun.

Bapak : Nggih, sami-sami. Tapi curuge sepi we mbak, siki wis jarang sing dolan kono. Motor ora bisa melbu, kudu mlaku mandan adoh lewat kebonan.
(Iya sama-sama. Tapi curugnya sepi mbak, sekarang udah jarang yang main kesitu. Motor nggak bisa masuk ke lokasi, harus jalan kaki agak jauh lewat perkebunan)

Aku : Nggih pak, mboten nopo. Sepindah malih, matur nuwun.
(iya pak, nggak apa-apa. Sekali lagi terima kasih)

Ah, nggak begitu yakin untuk melanjutkan perjalanan. Yakan kita udah nyasar tiga kali. Hmmm, tapi temenku selow banget, dia yakin banget kita bisa sampai sana. Antara ragu dan yakin akhirnya kita menemukan titik lokasi menuju curug Muncar. Coba kalau ada petunjuk arahnya ya, mungkin kita nggak bakal nyasar berkali-kali. Eh tapi belum tentu sih, wong udah nanya orang berkali-kali juga tetep nyasar, nggak ngerti. Hahaha

Untuk terakhir kalinya aku bertanya kepada bu ibu yang lagi bersantai di depan rumahnya. Katanya benar ini lokasi curug Muncar, tapi nggak ada tempat parkirnya, jadi kita titipkan motor di rumah warga.

Tracking menuju curug Muncar

Tracking menuju curug Muncar gampang-gampang susah. Kita mesti melewati perkebunan kopi dan salak dengan jalan setapak. Well, nggak masalah. Saking antusiasnya aku nggak kerasa capek menuruni jalan setapak. Apalagi suara air terjun udah mulai terdengar. Makin enteng untuk melangkahkan kaki.

15 menit melakukan tracking, terbayar seketika oleh sapaan curug Muncar. Tingginya sekitar 20 meter. Ada beberapa dede emesh yang lagi sibuk mainan air sambil foto. Tapi nggak lama mereka pergi, terganggu kedatangan kita kali ya. Yang penting jangan ganggu hubungan orang aja *apasih* hahaha

Mereka loncat tanpa rasa takut

Rombongan dede emesh pergi, tiba-tiba dari atas ada tiga anak yang berlarian dan langsung loncat ke curug, ya ampun ya ampun. Aku kaget banget. Mereka jago banget renang, *yaiyalah tiap hari mereka mainnya di curug.

Namanya wiwit kelas 1 SMP dan Andar kelas 2 SMP. Pas mereka berenang aku iseng nanya, eh dalem nggak sih? Nggak mbak. Jawab mereka kompak. Sini renang bareng kita. Aku ogah, nggak bawa baju ganti. Lagian mau ganti dimana. Semak-semak? Hahaha

Liat mereka ketawa-ketawa mainan air bikin aku ikutan ngekek. Yang ada diraut wajah mereka hanya kebahagiaan. Sesekali jail dengan temannya, pas Wiwit tiduran di atas air curug yang berjatuhan tiba-tiba ditarik kakinya oleh Andan. Hmmm, indahnya hidup ya.

Dua bocah yang mulai kedinginan @RoisArdian

Sekitar satu jam duduk menikmati beningnya curug Muncar, aku bergegas pulang karena hari juga sudah sore. Dalam hati udah kebayang trackingnya berat banget nih, nanjak banget sesekali aku harus pegangan kayu yang diulurkan temanku karena tenaga udah dititik penghabisan. Ku akui aku nggak setangguh dulu. Hhh

Sampai di tempat warga yang dititipi motor, kita langsung wush ngebut pulang karena aku kaya mau pingsan. Capek banget, beneran kaya habis manjat gunung, ngos-ngosan.

Tapi terlepas dari itu semua, aku bahagia bisa mengisi libur panjang dengan menjelajah desa tetangga 🙂

Ella Fitria

You may also like

0 0 vote
Rating Artikel
Subscribe
Notifikasi
guest
0 Komentar
Feedback Sebaris
Lihat semua komentar