#JazzAtasAwanPanenKerinduan DCF 2018 |
Hawa dingin mulai merasuk ke dalam tubuh, dua jaket tebal sudah ku kenakan, pun dengan kaus kaki dan kaus tangan sudah menempel sempurna di tubuhku. Suara musik sudah terdengar dari kejauhan, kami terus melangkahkan kaki ke arah panggung Jazz Atas Awan pukul 20.00 WIB. Meski beberapa menit terjebak diantrean gate satu, tapi alhamdulillah berhasil masuk tepat waktu.
Aku bersama BB Idah mencari posisi ternyaman untuk duduk lesehan, sementara BB Rois sibuk berusaha menerbangkan drone yang tak kunjung terbang karena kedinginan. Fufufufu, drone aja butuh kehangatan kan, masa kamu nggak? *gubrak! Hahaha
Eh siapa sih yang nggak tahu acara tahunan Dieng Culture Festival (DCF)? Sini ku bisikin, DCF 2018 diselenggarakan pada tanggal 3-5 Agustus 2018 dengan mengusung tema “The Beauty of Culture“. Sudah kali ke 9 DCF di gelar dengan penuh kemegahan. Meski demikian, pada malam pertama kami belum bisa menikmati Jazz Atas Awan sepenuhnya. Bukan karena acaranya nggak keren, tapi karena tubuhku mulai nggak seimbang, suhu mencapai 4 derajat bahkan mencapai minus. Kebayang kan dinginnya macam lagi liburan di hati mantan yang udah punya gebetan. 😭😭😭
Pukul 00.30 WIB, kami memutuskan untuk kembali ke homestay Bu Nur dengan perasaan yang belum tertata. Embun upas terlihat menyelimuti beberapa jok motor di area parkir. Dinginnya Dieng memang bukan hanya isapan jempol. Kalau kalian nggak percaya, ku tantangin ke Dieng siniiii. *modus nih😂
Embun upas di jok motor DCF 2018 |
Esok paginya kami bergegas menyaksikan gelaran Festival Caping, Festival Domba, dan Festival Tumpeng dilanjut dengan Kirab Pemotongan Rambut Gembel. Suasana hati belum berubah, masih sama seperti semalam, merasa sia-sia datang ke acara Dieng Culture Festival 2018. Tapiiiii, rasa sia-sia dan kecewa berganti 3600 derajat pada malam ke dua, setelah pertunjukan seni tari selesai. Pengunjung hanyut saat lagu “benci untuk mencinta” dimaimkan oleh grup band Kailasa dari Dieng disusul dengan grup band Letto yang sukses menghangatkan suasana dengan mengajak ribuan pengunjung bernyanyi persisi dibawah suhu 4 derajat celcius.
Malam itu, semua kesia-siaan hidup, semua pilihan di masa lalu yang kurang tepat, semua janji kehidupan yang teringkari, semua rasa sakit hati, benci, marah, kecewa, mengudara bersama ribuan lampion yang diterbangkan serentak, semua rasa melebur bersama dinginnya udara Dieng. Kabarnya lebih dari 20 ribu pengunjung datang meramaikan malam puncak DCF 2018.
Pertunjukan seni tari di DCF 2018 |
Ya Gustiiii, betapa beruntungnya aku diberi kesempatan yang belum tentu diberikan kepada orang lain. Rasa syukur terus menggema di ruang terdalam tubuh ini diiringi dengan harapan baru, do’a baru, dan semangat baru. Alhamduliilah aku masih hidup, hidup di kelilingi orang-orang baik, orang-orang tulus, orang-orang yang mengajak untuk terus belajar.
Saat menerbangkan lampion di DCF 2018 |
Setelah penampilan Letto yang sukses menghangatkan suasana, pengunjung kembali diajak bernyanyi oleh grup band The Rain, ampun deh pas nyanyi barisan para mantaaaan!!! Pecaaaah gila, teriak-teriak semua. Hahaha
Kalian tahu kan, betapa bahagianya diriku malam itu? Wkwkwk
Takut bahagia kebablasan, akhirnya kami memutuskan kembali ke homestay pukul 01.00 wib.
Pesta Lampion DCF 2018 |
Esoknya, hari ke tiga DCF diisi dengan ritual Jamasan Rambut Gembel, prosesi Ruwat Rambut Gembel, dan prosesi Larungan di kompleks Candi Arjuna. Kapan hari ku tulis ya, siapa tahu ada yang penasaran gimana prosesinya. Pokoknya bangga banget deh menjadi bagian masyarakat Banjarnegara. Apalagi kalau ingat malam puncak saat pesta lampion, hmmm mengena banget, nyanyi-nyanyi asyik, syahdu, romantis, dududududu!
Siapa tahu tahun depan kalian berkesempatan menghadiri DCF 2019, ku kasih tips nih yaa :
- Pastikan homestay/hostel nggak jauh dari kawasan Candi Arjuna, kenapa? Karena bakal macet gilaaaaaa!!! Kalau nggak dapat homestay/hostel dekat area Candi Arjuna bisa hubungi aku. *ini bukan endorse lho ya, seriusan deh. Ku nggak mau kalian jauh-jauh ke DCF terjebak macet trus nggak bisa menikmati pesta lampion.
- Beli tiket, yakali jauh-jauh ke Dieng Culture Festival nggak beli tiket mau ngapain? Meski kalau nggak beli sebenarnya nggak masalah, tapi bakal rugi karena kalian hanya bisa menyaksikan acara dari luar pagar pembatas.
- Siapkan pakaian hangat, kemarin pas nonton Jazz Atas Awan ku pakai dua jaket, tiga celana, syal, masker, dua kupluk, dua kaus tangan, dan dua kaus kaki. Ku pakai semuaaaaa, dan masih kedinginan juga. Kayanya emang butuh diangetin kamu deh. *eh
- Bawa PowerBank, ini perlu banget. Wajib! Nggak mau kan handphone tiba-tiba mati karena kedinginan. Cukup tubuhku aja yang dingin, plis! Hahaha
- Setelah semua barang siap, homestay siap, tiket siap, cusss berangkatlah lebih awal. Jangan berangkat pas malam puncaknya, ku jamin kalian bakal nangis di pinggir jalan karena macet tak tertahankan.
- Bawa duit yang banyaaaaaaak ya, biar bisa jajan banyak! Woii, inget typus woii. Istighfaarrr!!!😭
- Jangan lupa buanglah mantan pada tempatnya. Eh sampah ding.😂
Btw, ku tunggu kamu di Dieng Culture Festival tahun depan ya ❤❤❤
PENGEN BANGET KE SINI KEMARIN! sedih nggak jadi :"
Penasaran tapi belum ada kesempatan. Liat embunnya, berarti bener yaa Dieng lagi salju waktu itu 🙂
Ya. Anda beruntung bisa datang ke DCF. Sementara aku di sini cuma mendengar aja bagaimana kawan² mengisahkan keseruannya di sana. 😀
Btw, lama sekali nggak menyimak Cinta Bersabarlah. Lagu dahsyat tsb dulu sempat jadi "soundtrack"-ku hehehe.
Salam.
Yah tahun depan baru KKN, susah memang kalo masih kuliah ketika ingin jalan-jalan…hati terus berlibur tapi raga terus di kampus, naas lali nasibku wkwk
Gak kebayang dinginnya mba disana hehe
Kemarau-kemarau gini ke dieng? Aku sih ogah. Gak kuat dinginnya wkwkwk
Keren banget yah kak eventnya. Kapan ya bisa kesana. Pengen benget deh besok-besok bisa kesana liat acara lampionnya. Hehe.
Hmm.. Soyo suwe soyo larang tikette.. -_-
meluuuuuuu
Beruntung sekali dirimu bisa datang di acara ini, Mba..duh lihat fotonya pas nerbangin lampion bikin iri…
Aku nunggu musim dingin berlalu di sana buat main ahahhahaha. Biar aman 😀
Haduhhhh…kenapa gua nggak pernah diajak, apakah perlu gua kasih no celana gua biar mudah dihubungi hehe
ya allah pengeeeeen
ah aku belum kesampaian
apalagi ini pas banget momennya ada es ya
Ya Allah, nggak kebayang adem e koyo opo…Malem-malem aja udah banyak banget "salju" ala-ala Dieng yang bertebaran di jok motor. Suruh hubungi kamu pas butuh homestay, emang e kamu punya homestay di daerah Dieng, La'? Apa malah jadi calo homestay disana? Wqwqwq…
*Tapi nek beneran punya, ya lumayan lah…sapa tau dapet harga miring
( ( ( HARGA MIRING ) ) )
Dieng Culture Festival yang si selenggarakan kemarin tanggal 3-5 Agustus ? wah berarti sekarang sudah lewat dong….coba seandainya sebelumnya dikasih tahu, saya bakal kesana nyusul mbak admin….
Aaaakkkkk akyuuuu iriiiii! Baca pos-nya jadi membayangkan suasana di sana … sumpah, mupeng to the max!
Wahhh seru banget ya acaranya, aku mupeng banget. Btw embun di jok motornya kok ky bongkahan es ya, pasti dinginnya maksimal hihihi
Mantannya di bawa terbang sama lampionnya tuh… 🙂
sini kalau mau kehangatan. ada kompor nih.
omg DCF!!! nyesel banget ngga bisa nonton :(( semoga taun depan suhunya lebih manusiawi buat orang Indo cem kita gini yak haha
Waah Pak Guru suatu saat harus datang ke DCF, ku doakan semoga tahun depan kesampaian..aamiin
Yhaaa, lagu cinta bersabarlah dahsyat bangetttt
Ku doakan tahun depan ya mbak.. Semoga kita bisa ke DCF bareeeeng, ckckck