Semburat matahari pagi mulai memaksa masuk ke sela-sela jendela. Aku memincangkan mata sembari tanganku meraba smartphone. Semalam kami membuat janji akan mengunjungi Telaga Kumpe yang berlokasi di Banyumas. Iya Banyumas, dulu semasa masih kuliah di sana menempuh perjalanan ke Banyumas rasanya hanya sekedipan mata. Namun setelah lulus, menempuh perjalanan ke Banyumas rasanya jauh tak terkira. *eh tapi kalau sama kamu nggak terasa jauh! Uwww
Sarapan Soto Mie Bogor Pasar Wage
Sebelum akhirnya sampai di Telaga Kumpe, kami memasukan list sarapan Soto Mie Bogor di Pasar Wage Purwokerto. Kali pertama mencicipi semangkuk Soto Mie Bogor, rasanya aneh-aneh enak karena aku nggak begitu suka olahan makanan yang berbau jeruk nipis. Tapi not bad sih, potongan daging sapinya sungguh menggoda. Apalagi kepulan asap dari semangkuk Soto Mie Bogor auto menggugah selera.
Soto Mie Bogor, Pasar Wage
Setelah mengisi perut, kami melanjutkan perjalanan menuju tujuan utama yaitu Telaga Kumpe. Kali ini kami nggak tersesat berkat gmaps yang kubuka sejak di Alun-alun Purwokerto. Lalu lalang kendaraan di jalur Cilongok memang selalu ramai, jalanan yang sedikit bergelombang membuatku nggak bisa tertidur barang sebentar. Dasar ya!! Dasar ngantukan. Ahahaha
Perjalanan Menuju Telaga Kumpe
Kami menempuh perjalanan sekitar 1 jam dari pusat kota Purwokerto, ternyata jalannya nggak hanya bergelombang tetapi semakin dekat dengan telaga, semakin sering kami menemui tanjakan yang mengerikan. Pun dengan tikungan tajam, apalagi setelah masuk desa Gunung Lurah pemandangan sepanjang jalan hanya jurang dengan pepohonan lebat. Sekalinya papasan dengan kendaraan lain, mau nggak mau harus menepi bergantian karena jalanan makin sempit.
Mulutku nggak berhenti nyerocos, memastikan jalan yang kami lalui sesuai dengan gmpas. Yakan nggak lucu kalau kami nyasar di hutan begini. Setelah senam jantung sekitar 20 menit, kami masih harus melewati tanjakan sebelum ada banner besar bertuliskan selamat datang di Telaga Kumpe. Antara lega dan speechless saat mata kami memperhatikan sekeliling Telaga. Rasanya ketegangan selama perjalanan terbayar lunas ketika melihat pemandangan di depan sana.
Suasana Syahdu di Telaga Kumpe
Telaga Kumpe
Kami duduk di bangku yang terbuat dari bambu tepat di bawah pepohonan rindang, angin sepoi mulai menerpa wajah kami. Gradasi warna air Telaga membuat kami saling tatap takjub, di seberang sana terdapat pepophonan yang berjejer rapih memantulkan bayangan ke permukaan air Telaga. Pun di depan kami beberapa sampan siap mengantar siapa saja yang ingin bersua dengan luasnya Telaga Kumpe.
Aku tersenyum sambil merengek meminta naik sampan, tetapi di sisi lain nyaliku menciut saat membayangkan hal-hal buruk yang bisa saja terjadi apalagi aku nggak bisa berenang. Eh tapi namanya bukan Ella kalau kalah dengan dirinya sendiri dong. *sok bangeeeet ya?!
Naik Sampan di Telaga Kumpe
Akhirnya kami menaiki sampan, dayung kayu yang lumayan berat sudah siap di genggaman tangan. Pria paru baya yang bertugas mengelola Telaga Kumpe lantas mendorong perahu kami pelan. Uhuy kami siap berlayar mengarungi rumah tangga, eh Telaga Kumpe. *begini nih anak nggunung diajak main ke Telaga🤣
Satu dua kali mendayung sampan mulai membawa kami ke tengah Telaga. Aku masih berusaha menenangkan diri, mensugesti kalau semua akan baik-baik saja. Sesekali mataku terpejam, membiarkan sampan berlayar, membiarkan angin sepoi menerpa. Duh syahdunyaaaa! Kami kembali kompak mendayung, gemercik suara air membuat suasana makin syahdu. Di langit sana, beberapa burung berterbangan sambil mencicit bebarengan.
Memotret di atas Sampan
Saat sudah yakin dan percaya semua akan baik-baik saja, aku mulai membidik beberapa gambar. Untung saja kami memiliki hobi yang agak sama, jadi aku tinggal pose-pose cantik udah auto dijepret-jepret. Padahal dia repot juga mesti mendayung. Ahahaha
Setelah puas mengelilingi Telaga Kumpe, kami menepi dengan sempurna. Perlahan menapakan kaki di daratan, sambil senyum-senyum kesenengan. Dari kejauhan terlihat beberapa pengunjung mulai berdatangan. Kami kembali duduk di bangku yang terbuat dari bambu sambil melihat hasil jepretan.
Fasilitas
Sungguh aku senang sekali saat melihat pengunjung yang patuh membuang sampah ke tempatnya. Di sana, tong sampah diletakan di beberapa titik. Kalau pengunjung lapar atau pengin ngemil, di sana juga terdapat warung sederhana kok. Kami juga sempat jajan. *jajan terooos! Ahahaha
Ya meskipun fasilitas lain seperti toilet kurang terawat tetapi kami bisa memaklumi. Kebetulan aku nggak mencari mushala di area Telaga karena saat berkunjung ke sana belum masuk waktu salat. Jadi kurang tahu, apakah di sana terdapat mushala atau tidak.
Harga Tiket Masuk
Tiket Masuk Telaga Kumpe
Cukup membayar Rp. 5 ribu/orang kami bisa puas menikmati keindahan dan bersantai di Telaga Kumpe. Tarif naik sampan juga sama kok, Rp. 5 ribu/orang dengan durasi waktu sekitar 30 menit. Tapi kalau sedang sepi pengunjung, katanya boleh naik sampan sepuasnya. Wqwqwq
Lokasi
Nah lokasi Telaga Kumpe ini terletak di Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat, usahakan mengecek kendaraan terlebih dahulu sebelum memutuskan ke Telaga Kumpe. Karena ya memang kondisi medannya naik turun macam iman. Eh
Memang, ya. Banyumas tuh surganya destinasi alam deh, selain Telaga Kumpe ada juga Telaga Sunyi Baturraden.
Btw, kami ke Telaga Kumpe udah beberapa bulan yang lalu sebelum ada pandemi Covid-19 lho, ya. Baru sempat menuliskan karena kangen jalan-jalan. Tapi nggak papa, sementara jalan-jalan online saja. Semoga pandemi ini segera berakhir biar ku bisa ngajak kalian ke Telaga Kumpe lagi. Hehehe
Kayaknya enak banget abis makan soto mie bogor yang penuh itu terus mengayuh sampan di danau. Duh, dari dulu pengen muter-muter Purwokerto belum jadi-jadi. Cuma mampir-mampir doang. 😀
Btw, blog Mbak Ella saya masukkan sebagai nominasi blog award Liebster Award. Monggo dipantau di laman jejaka petualang. Terima kasih, Mbak Ella. 🙂
ijo ya air telaganya :D.. ini sih tempat favorite banget, bisa naik sampan sepuasnya saat sepi, mendingan sih kesananya pas sepi aja, biar bisa naik sepuasanya bareng kamu, eh dia 😀
Iya mbak pastilah ke telaganya pas sebelum corona, aku paham itu *ehh
Seger banget telaganya, adem mata melihatnya. Baru ngeliat dari fotonya sih, nah pasti lebih adem kalo lihat aslinya. Duhh coba di Palembang ada telaga se-asri itu, kan kukunjungi hehe
iya, Mas. Hayuk main ke Purwokerto lagi, sehabis korona musnah ya. hhh waaah tengkyuuu, kemarin ku udah baca. insya allah kapan2 kubuat blogpostnya ya, mau ku jawab di kolom komen rasanya kepanjangan, wkwk
eh awas lho nanti dia baca, ahahahaha iya emg ini salah satu tempat yg bisa buat ngadem di Purwokerto, sayangnya udah nggak tinggal di sana lagi. dulu cm tahunya kos-kampus-kos-kampus doang, wkwkwk
Penasaran banget dengan sotonya belum kesampaian, kemarin ke banyumas tidak tahu tempatnya dimana, teman saya sering pasang status soto banyumas di WA kayanya mantap banget
love the view. it is so beautiful
Kayaknya enak banget abis makan soto mie bogor yang penuh itu terus mengayuh sampan di danau. Duh, dari dulu pengen muter-muter Purwokerto belum jadi-jadi. Cuma mampir-mampir doang. 😀
Btw, blog Mbak Ella saya masukkan sebagai nominasi blog award Liebster Award. Monggo dipantau di laman jejaka petualang. Terima kasih, Mbak Ella. 🙂
Ndak ada yang mancing di sana. Jadi pengen ke sana buat mancing aja. Diem di pojokan dan tertidur ahhahah
Cakep banget telaganya.
Ijo-ijonya bikin mata jadi segar.
Tiket masuknya juga murah amat, bikin ngiler buat jalan-jalan ke sana.
Naik sampan asyik, kayak di dongeng-dongeng jaman dulu
ijo ya air telaganya :D.. ini sih tempat favorite banget, bisa naik sampan sepuasnya saat sepi, mendingan sih kesananya pas sepi aja, biar bisa naik sepuasanya bareng kamu, eh dia 😀
Iya mbak pastilah ke telaganya pas sebelum corona, aku paham itu *ehh
Seger banget telaganya, adem mata melihatnya. Baru ngeliat dari fotonya sih, nah pasti lebih adem kalo lihat aslinya. Duhh coba di Palembang ada telaga se-asri itu, kan kukunjungi hehe
aduh mbak jadi ingat kisah dongeng jaman dulu seorang putri beristirahat di danau buatan , indah nian view jadi fresh ngelihatnya
sayangnya mau main lagi tapi masih kororo, huhu
iya, Mas. Hayuk main ke Purwokerto lagi, sehabis korona musnah ya. hhh
waaah tengkyuuu, kemarin ku udah baca. insya allah kapan2 kubuat blogpostnya ya, mau ku jawab di kolom komen rasanya kepanjangan, wkwk
nggak ada, nggak boleh sih katanya. dulu sempat jd semacam kolam pemancingan gt, trus katanya ada something. jadilah nggak boleh lg ada yg mancingg
nggak maas Agus, mana berani sm cororo, wkwk
iya murah, bisa buat refreshing pas lg penat
nunggu corona pergi mas Rudi, trs kuajakin ke Telaga Kumpe ya. wkwkwk
medannya lumayan menantang sih, nanjakkkkk mulu
apakah km akan mendongengi aku? akakak
eh awas lho nanti dia baca, ahahahaha
iya emg ini salah satu tempat yg bisa buat ngadem di Purwokerto, sayangnya udah nggak tinggal di sana lagi. dulu cm tahunya kos-kampus-kos-kampus doang, wkwkwk
wkwkwk, takut dihujat netijen makanya ku kasih penegasan mbak. wkwkwk
Aaaa jd pengen ke Palembang trus explore telaga macam ini di sana, hihi
emm mungkin itu si putrinya yg lagi naik sampan kali ya mas? ahahahaha
Penasaran banget dengan sotonya belum kesampaian, kemarin ke banyumas tidak tahu tempatnya dimana, teman saya sering pasang status soto banyumas di WA kayanya mantap banget
Ih asik banget itu bisa naik perahunya? Jadi inget telaga 3 warna yang ada di puncak euy. Hehehe.
ya ampun mba ella. itu keren bangett… mau ke sana