Menjadi guru memang bukan impianku. Sungguh, nggak ada niat sedikit pun untuk terjun di dunia pendidikan. Namun, 4 tahun ini aku merelakan dan mengikhlaskan segenap tenaga, pikiran, dan hati untuk ‘hidup’ bersama anak-anak.
Ya, menjadi seorang guru memang bukan pilihanku, tetapi menjadi seorang guru adalah salah satu kesempatan terbaik yang pernah aku rasakan. Pelan-pelan, aku merajut pola agar pembelajaran di kelas terasa nyaman dan menyenangkan.
Kepolosan anak-anak, keluh kesah mereka, canda tawa mereka, dan keusilan mereka terrekam jelas di otakku. Sayangnya, per bulan Maret 2020 semuanya seolah lenyap. Nggak ada lagi kelas yang gaduh, nggak ada lagi teriakan anak-anak, nggak ada lagi yang mencari perhatian dengan menarik-narik bajuku. Semua aktivitas di sekolah ditiadakan sejak pandemi menghantam pelosok negeri hingga saat ini.
Masalah Klasik Pembelajaran Jarak Jauh
Belajar daring satu-satunya yang kami lakukan selama ini. Kelas yang riuh digantikan dengan grup whatsapp yang gaduh. Berbagai masalah pun mulai muncul selama proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Terlebih, sumber daya manusia di tempatku masih sangat kurang terhadap perkembangan teknologi.
Masalah Klasik Pembelajaran Jarak Jauh |
Bahkan, tidak sedikit wali murid yang nggak memiliki smartphone. Sementara, yang memiliki smartphone juga mengeluhkan kuota internet yang cepat habis dan harganya cukup mahal. Ya salam. Belum lagi masalah lainnya yang muncul ketika komunikasi wali murid dan guru kurang baik.
Aku sepakat banget dengan materi yang dibahas saat webinar dari Faber-Castell yang membahas “Refleksi Pendidikan Indonesia: Di antara PJJ dan PTM”. Yap! Tepatnya pada Sabtu, 05 Juni 2021 aku menyempatkan diri mengikuti webinar dari Faber-Castell sembari mempersiapkan naskah Penilaian Akhir Semester (PAT) untuk murid-muridku.
Ada dua narasumber yakni Christian Herawan selaku Product Manager Faber-Castell Internasional Indonesia dan Ibu Saufi Sauniawati selaku Pengamat Pendidikan di Indonesia.
Pentingnya Peran Guru, Orang Tua, dan Siswa dalam Pembelajaran Jarak Jauh
Saat webinar berlangsung Ibu Saufi menjabarkan paradigma pembelajaran jarak jauh. Sungguh, ini materinya bagus banget, auto ingin mengajak rekan-rekan guru dan wali murid untuk ikut menyimak paradigma pembelajaran jarak jauh di tengah pandemi Covid-19.
Dalam webinar, Ibu Saufi menekankan bahwa pembelajaran jarak jauh ini harus ada kekompakan antara guru, orang tua, dan siswa.
Kerja sama guru, orang tua, dan siswa |
- Guru berlaku sebagai motivasi, monitoring, dan evaluasi. Guru juga harus kreatif dan komunikatif, serta guru nggak semata-mata memberikan tugas.
- Lalu, orang tua di rumah melakukan pendampingan dan motivator.
- Sementara siswa harus belaku jujur, kreatif, dan inovatif.
Pokoknya nggak akan ada titik temunya jika guru, orang tua, dan siswa nggak saling berkerjasama.
Seperti yang sedang aku alami, menghadapi wali murid yang nggak mempercayai adanya virus COVID-19 membuatku harus makin bersabar, sabar, dan sabar. Hampir setiap hari wali murid tersebut mengusulkan untuk tatap muka dengan nada dan emsoi yang menggebu. Terlebih sampai menyalahkan pihak sekolah dan guru.
Aku paham, PJJ memang membuat sebagian orang tua kewalahan karena kurang siap dan kurang menyadari tugasnya sebagai orang tua. Padahal, tugas orang tua bukan hanya mencari nafkah saja, melainkan mendampingi anak belajar, membangun bonding dengan anak, menjadi guru ketika di rumah, hingga menjadi motivator terbaik.
Aku yakin, PJJ bisa berjalan lancar jika orang tua, guru, dan murid sama-sama menyadari keterbatasan yang ada. Sama-sama mengerti dan mendukung meski pembelajaran belum bisa tatap muka. Semoga, wali murid di luar sana banyak yang bisa diajak kerja sama demi kelancaran pembelajaran jarak jauh.
Dampak Positif Pembelajaran Jarak Jauh
Lho memangnya ada dampak positif dari pembelajaran jarak jauh, ya? Tentu saja ada dong. Namun sekali lagi, dampak positif ini akan tercipta jika ada kerja sama yang baik antara guru, orang tua, dan murid. Nah, kira-kira apa saja sih dampak positif dari PJJ? Yuk kita bahas:
Grup Kelas untuk PJJ |
– Terbetuknya karketer siswa
Dengan adanya PJJ siswa bisa belajar soft skill lebih mendalam. Seperti beberes rumah, melatih kedisiplinan dengan jadwal yang dibuat sendiri, dan kepedulian tehadap sesama anggota keluarga. Namun perlu digaris bawahi, orang tua nggak boleh seenaknya menyerahkan semua pekerjaan rumah kepada anak, ya. Jangan lupa berikan waktu kepada anak untuk belajar dan bermain.
Kreatifitas anak menggunakan alat elektonik meningkat
PJJ mengharuskan siapa saja untuk beradaptasi dengan gadget. Mulai dari laptop hingga smartphone. Salah satu dampak positif dari PJJ ini membuat anak semakin kreatif dalam penggunaan alat elektronik. Seperti adikku yang duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Saat ini ia mahir mengoperasikan berbagai aplikasi editing video dan gambar.
– Portal pendidikan makin berkembang
Tanpa sadar selama pandemi ini portal pendidikan makin berkembang, lho. Banyak aplikasi belajar dan rumah belajar yang tersedia. Pun sampai ada tayangan TVRI yang menyajikan program belajar dari rumah.
Orang tua dapat mengetahui lebih dalam kemampuan anak
Jika memang orang tua menjalankan tugasnya sebagai guru di rumah, pasti akan mengetahui seberapa jauh kemampuan anak. Bukan hanya sebatas melihat lembaran nilai yang ada di dalam rapot.
Paket Belajar Online Faber-Castell Salah Satu Cara untuk Mengatasi Kebosanan Anak Selama PJJ
Paket Belajar Online Faber-Castell |
Faber-Castell mengeluarkan paket belajar online yang berisi pena, pensil, rautan pensil, penghapus, dan stylus pen. Yap! Stylus pen! Nggak main-main bukan? Kita bisa memberikan pengalaman baru untuk anak-anak berkat stylus pen demi mengatasi kebosanan selama PJJ.
Isi paket Belajar Online Faber-Castell |
Seperti adikku yang lagi demen banget menggambar auto antusias dengan stylus pen ini. Begitu tahu stylus pen ini bisa digunakan di berbagai smartphone, dia langsung mencobanya. Selain bisa digunakan untuk menggambar, stylus pen ini bisa digunakan untuk mengerjakan soal-soal lho.
Tinggal foto saja soalnya, lalu langsung mengisi jawaban di smartphone dengan bantuan stylus ini. Jika sudah selesai mengerjakan soal, langsung kumpulkan tugas ke guru deh. Nggak akan ada lagi drama isi jawaban yang kurang jelas karena tinta atau pensil yang kurang nyata ketika di foto.
Harga dan Cara Mendapatkan Paket Belajar Faber-Castell
Menurutku harga paket belajar online dari Faber-Castell sangat terjangkau. Kita nggak harus membelikan stylus atau tablet untuk anak dengan kisaran harga jutaan rupiah. Cukup dengan Rp. 35 ribuan saja kita bisa memberikan fasilitas unik seperti stylus pen kepada anak.
Harga Paket Belajar Online Faber-Castell |
Teman-teman bisa membeli paket belajar online Faber-Castell ini di bebagai marketp