Menikmati Jingga Fajar Diatas Ketinggian 2565 MDPL

oleh Ella Fitria
Gambar diambil dari pixabay.com

Yah bahas long weekend lagi nih, sebenernya aku nggak terlalu suka long weekend gini. Kenapa? Karena emang setiap hariku weekend😓
Maklum lah, semester akhir. Tinggal menunggu jadwal ujian skripsi. (Doakan lancar ya, Aamiin)

Beberapa minggu yang lalu sudah ada plan main ke sikunir Dieng. Aku ajak tuh teman yang doyan ngcamp, kebetulan temenku ada yang hobi banget manjat gunung. Fix cocok! Kita sepakat buat ngcamp di sikunir Dieng tanggal 23 April 2017. Rencana awal cuma berdua, *gila kali ya. Mau ngcamp cuma berdua cewek semua pula. Akhirnya maksa teman suruh ngikut, ya fix temenku mau dengan syarat maunya ke gunung Prau bukan ke Sikunir. Well, perlengkapan dan peralatan sudah lengkap akhirnya aku mengalah untuk meng”iya”kan.

Karena dulu tahun 2015 pernah naik ke gunung Prau juga, lumayan capek sih. Tapi kapasitas kekuatan badan masih oke. Jadi aku putuskan kali ini deal ke gunung Prau.

Berangkat dari Punggelan sekitar pukul 15.00 WIB, kejebak hujan di Banjarmangu. Ogah banget hujan-hujanan. Dingin banget pula, baju, sepatu, tas basah kan males banget. Akhirnya kita nunggu hujan reda, *coba kalo ada yang bisa menghentikan hujan. Hmm sekalian minta tolong menghentikan kenangan. Ckckck

Hujan reda sekitar pukul 17.40 WIB sebenarnya masih gerimis gitu, tapi ya nggak papa deh ya. Daripada sudah capek menunggu hujan berhenti tapi nyatanya masih membasahi bumi. Akhirnya kita lanjutkan perjalanan menuju Dieng.

Daaan yha! Sampai Dieng jam 20.00 WIB mampir sebentar ke Alfamart buat menambah bekal logistik *makanan nomer satu loh ya. Kita lanjut istirahat sebentar langsung cus ke basecamp gunung Prau via jalur Dieng. HTM Rp 10ribu/orang, parkir kendaraan bermotor Rp 5ribu/motor. Belum juga naik gunung, badan sudah lemes karena udaranya super dingin.

Setelah kita menyelesaikan administrasi di basecamp, kita sepakat untuk mendaki sekitar pukul 21.00 WIB supaya badan kita bisa menyesuaikan suhu Dieng dulu, nggak perlu buru-buru. Saftey first dan jangan lupa berdoa sebelum start.

Eh tau nggak? Baru beberapa meter jalan, pundak kaya mau lepas dari badan. Tasku berat banget, tas temen-temenku juga berat sih. Tapi mmmm.. Ya sudah konsekuensi, kita jalan pelan banget. Capek – istirahat, capek – istirahat kaya gitu terus. Yaiyalah ngpain dipaksa, namanya naik gunung kan dinikmati perjalanannya bukan kayak kompetisi lari siapa cepet sampai di puncak. Hhhh

Malam itu bisa dibilang cukup ramai, banyak yang melakukan pendakian. Soalnya long weekend sih jadi banyak jomblo-jomblo nyari ketenangan di atas gunung. Hahaha

Akhir-akhir ini badanku memang lemah banget semenjak ada kista ovarium di luar rahim, jadi untuk beraktivitas gampang capek. Sampai-sampai perjalanan ke puncak aku muntah empat kali. Lemesnya bukan main. Tapi tetep aku nikmati kok. Asal jangan sakit perut aja, karena kalau pas kambuh repot.

Eh ya untuk sampai di puncak 2565 mdpl gunung Prau, kami harus melewati 3 pos.  Basecamp menuju pos 1 : sekitar 40 menit.
Pos 1 menuju pos 2 : sekitar 60 menit.
Pos 2 menuju pos 3 : sekitar 55 menit.
Pos 3 menuju puncak 2565 mdpl : sekitar 15 menitan.
*eh estimasi waktunya tergantung kecepatan jalan kalian ya, kalau kita mah santai jadi butuh waktu sekitar 3 jam setengah untuk sampai puncak 2565 mdpl.

Sebenarnya tempat untuk ngcampnya ada di deket bukit teletubies. Jadi dari ketinggian 2565 mdpl menuju bukit teletubies butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai di sana. Tapi kita ngcamp di ketinggian 2565 mdpl nggak ke area camp deket teletubies karena badan juga udah nggak mampu lagi.

Asal utamakan keselamatan ya, cari tempat yang landai untuk mendirikan dome. Ada sekitar 10an dome yang sudah berdiri dengan kokoh di atas ketinggian 2565 mdpl, penghuninya sudah istirahat. Secara kita sampai puncak pukul 00.30 WIB, pffftt!!!

Dinginnya nggak nahan banget, sampai mau gerak rasanya kaku. Tambah-tambah anginnya kenceng. Aku duduk manis mandorin temenku masang dome, haha

Selesai pasang dome dan beres-beres bekal. Kita langsung tarik SB dan tidur. Set alarm jam 04.30 WIB dan akhirnya berhasil tidur walaupun badan kaku-kaku semua.

Yups, bangun pagi. Siapkan sarapan. Minum air anget sambil menunggu fajar jingga datang. Yes aku dapat semburat cahaya romantisnya. Tapi rupanya nasib kita belum mujur, karena turun kabut sampai jam 09.00 pagi. Kita nggak bisa photo dengan backgroud gunung sindoro sumbingnya. Ah nggak papa deh, asal bisa sehat dan selamat sampai puncak.

Diambil sekitar pukul 05.45 WIB
Masih ada satu bintang dan bulan sabit. Subahanallah😐
Sarapan Pagi

Masak Sop😂

Sandwich isi Sosis, Saous, Sayur, Tomat

Setelah kita mengisi perut lalu kita memutuskan turun jam 10.00 WIB karena prediksi cuaca kurang mendukung, bisa-bisa hujan pas lagi turun. Ogah banget kan, licin jalannya. *Selicin hatinya perusak hubungan orang. Bahahaha

Beneran gila kali ya, pas malem kita nggak lihat rute jalan. Cuma lihat tanah ya diinjek aja, kalau ranting-ranting hati-hati takutnya keplosot. Eh pas siangnya kita turun, lihat tuh jalan langsung lemes deh. Beneran ternyata kita lewat jalan setapak yang pinggirnya jurang curam banget gitu. Oh My God!!! *tapi indah banget sih pemandangannya, seindah melihat mantan diputusin pacarnya. Haha

Singkat cerita kita sampai di basecamp pukul 14.00 WIB. Dan ada kabar kalo di atas puncak ada yang kesambar petir. 11 orang rombongan dari Jakarta, 3 meninggal, 1 kritis, sisanya luka-luka. Syukur alhahmdulillah. Kita sampai basecamp dengan selamat tanpa kurang apapun. Semoga para korban khusnul khotimah, yang kritis dan luka-luka segera pulih. Aamiin

Ella Fitria

You may also like

0 0 vote
Rating Artikel
Subscribe
Notifikasi
guest
0 Komentar
Feedback Sebaris
Lihat semua komentar
Hendri Septian
13 Mei 2018 08:47

Resiko ya kalau muncak pas hujan, petir. pernah ke andong dari bawah sampai atas hujan, paginya dapatnya cuma kabut.
Dari dulu belum kesampaian ke prau.