Perihal Berdamai Dengan Diri Sendiri

oleh Ella Fitria
Praketa kopi @olipe_olie

Alhamdulillah, tulisan pertama di tahun 2018. Syukur alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk memperbaiki yang bisa diperbaiki. Tahun 2017 memberiku banyak arti, banyak sekali orang-orang baru yang aku temui, banyak sekali kejadian-kejadian yang aku lupakan lalu aku ingat kembali. Alhamdulillah lagi 2017 keluar masuk rumah sakit nggak sesering tahun 2016. Ya alhamdulillah lagi, rasanya beribu ucapan syukur nggak bisa mewakili nikmat yang Tuhan beri.

2017 adalah tahun dimana aku harus berjuang mengalahkan ego, berdamai dengan diri sendiri ketika sudah tidak mampu lagi meladeni pertanyaan-pertanyaan yang tiba-tiba muncul. Tahun 2017 aku mengalami kecelakaan yang mengakibatkan gegar otak ringan, meski gegar otak tergolong ringan aku banyak melupakan hal-hal yang selama ini aku lalukan. Namun satu hal, aku nggak akan pernah lupa. Masih teringat jelas, layaknya sebuah lukisan yang harus ditempatkan di tempat yang khusus, aku memilih qalbu sebagai tempatnya. Tahun lalu berkali-kali aku menyerah dengan takdirNya pun berkali-kali pula Tuhan menyelamatkanku. Tahun lalu juga ada seseorang yang datang menjemput janji kehidupan. Dengan gagah ia perlahan menyakinkanku, tetapi di tahun yang sama pula aku memutuskan untuk pergi dan memilih sendiri. Bukan karena ada orang lain yang mampu menggantikan posisinya, bukan. Bukan karena dia jahat atau karena dia nggak bisa ngertiin, bukan. Tapi tidak lebih karena sebuah perdamaian dengan diri sendiri.

Berdamai dengan masa lalu adalah sebuah kekuatan untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik. Pun sama, berdamai dengan diri sendiri merupakan sebuah refleksi untuk menguatkan 365 hari mendatang. Aku nggak akan ngomong perihal ikhlas dan sabar, klise banget kan ya. Eh, btw kok serius banget sih. Jangan terlalu serius, serius bisa bikin sakit loh. Udah serius-serius tapi ternyata hanya buat bercandaan. Kan sakit. Nggggg~~~

Pagi ini, tepat setelah teman-temanku pergi dari rumahku. Aku menuju kamar lalu merebahkan tubuh dan mulai menulis di draft handphone kesayangan. Hari ini entah berapa kali aku sengaja melihat mini profilnya, entah berapa kali aku membuka jendela chat whatsappnya. Ah ya, paradoks. Untuk keluar dari zona nyaman sesekali butuh penyesuaian, tapi tidak dengan hal yang sama. Tidak ada toleransi, hanya konsekuensi yang perlu dijalani.

Akhir-akhir ini aku sering bertemu dengan banyak orang yang berbeda dari “latarbelakang”, ada yang tiba-tiba menceritakan kisah hidupnya, ada yang bersemangat menceritakan kisah asmaranya, ada yang bersemangat menceritakan kekonyolan hidupnya. Dan Tuhan memberikan aku kesadaran melalui mereka orang-orang yang nggak sengaja aku temui, berbagi kisah hidupnya membuat aku semakin yakin atas janji dan kuasa Tuhan.

Kau tahu? Bagaimana caraku untuk berdamai dengan masa lalu? Berdamai dengan diri sendiri? Adalah dengan cara tidak melawan rasa apapun, peluk dalam-dalam rasa yang tiba-tiba datang, jangan coba untuk melawan. Setelah mampu merasakan semuanya, buru-buru berikan sugesti positif. Jangan pernah menjadikan pendapat orang lain jadi sebuah panutan, meskipun mendengarkan pendapat orang lain adalah keharusan tapi perlu disaring. Jangan pernah membohongi hati, sekalipun semua orang tidak sependapat dengan isi hati.

365 hari, aku butuh kembali untuk menjemput janji kehidupan. Semoga lebih sehat, lebih mengenal diri sendiri dan mengerti orang lain. Jangan pernah menjadi munafik, meski kadang hidup perlu haha hihi.

Selamat Tahun Baru 2018 🙂

Ella Fitria

You may also like

0 0 vote
Rating Artikel
Subscribe
Notifikasi
guest
0 Komentar
Feedback Sebaris
Lihat semua komentar