Pagi ini matahari tak kunjung menampakkan cahayanya, awan mendung terlihat mendominasi langit Banjarnegara. Meski katanya mendung tak berarti hujan, tapi kalau hatiku yang mendung udah pasti air mata berjatuhan -_- *apasih
Perjalanan dimulai dari kota Banjarnegara menuju kota Kebumen menghabiskan waktu sekitar dua setengah jam.
Kali ini aku akan bernostalgia, membuka kembali ingatan sepuluh tahun silam pertama kali aku menuju Benteng Van Der Wijck. Dulu, libur sekolahku selalu jatuh dihari jumat, nggak seperti kebanyakan sekolah yang selalu libur dihari minggu. Tapi justru setiap main dihari jumat aku sengaja mengenakan seragam sekolah alih-alih supaya bisa membayar angkutan umum lebih murah. Hahaha (kok aku nggak sadar kalau dari kecil pikirannya udah cures gitu ya)😅 Aku yang masih ingusan, kemana-mana masih naik angkutan umum yang biasa ‘ngetem’ berjam-jam. Nggak jarang, kadang aku lebih memilih jalan kaki karena uang saku mending buat jajan. Rasanya ada kebahagiaan sendiri ketika bisa sampai di tempat ini lagi. Ini bukan tentang film tenggelamnya kapal Van Der Wijck yang ditumpangi hayati saat menuju ke Padang loh ya. Tapi ini soal bangunan benteng peninggalan Belanda.
Tahu nggak kalau benteng ini pernah digunakan sebagai lokasi pembuatan film yang fenomenal di Indonesia? Coba kalian tebak film apa? Masa nggak tahu sih? Hmmm… Kamu tahu film The Raid 2 nggak? Kalau jawabannya tetap nggak tahu sini ku jitak kepalamu. Hhhh
Coba deh tonton filmnya, ada babang ganteng di film tersebut. Nah setting benteng Van Der Wijck ini digunakan pada saat pengambilan gambar di lapangan sebuah penjara, di sana terjadi perkelahian yang menegangkan dan….. Eh udah-udah cerita filmnya, kita bahas bentengnya aja.
Benteng Van Der Wijck adalah benteng peninggalan kolonial Belanda yang dibangun pada tahun 1818 dengan tebal atap 1.6 meter, tebal tembok 2.6 meter dan ketinggian lebih dari 9 meter. Benteng Van Der Wijck memiliki dua lantai seluas 3600 meter² yang dibangun dengan bahan dasar batu merah persegi delapan. Setelah dilakukan renovasi, benteng ini dijadikan obyek wisata bernilai sejarah.
Di dalam benteng Van Der Wijck terdapat semacam museum benteng ini dan sejarah peperangan pada masa penjajahan dulu. Sayangnya nggak ada guide yang menemani berkeliling benteng. Aku sempat meminta guide ke petugas loket, tapi katanya nggak ada. Ini bukan modus pengin ditemani berkelilingi benteng sama guide loh ya tapi kalau ada guidenya kan lebih banyak informasi yang didapat. Padahal aku lihat banyak rombongan piknik dari sekolah-sekolah juga tapi sama nggak ada guidenya. Jadi ya sudahlah😑
Tahu nggak? Aku berkeliling komplek benteng menggunakan kereta mini, maklum lah masa kecil kurang lama, jadi udah segede ini pun nggak malu naik kereta mini keliling benteng. Haha
Eits, ku juga naik kereta atas benteng 😂 pemandangan naik kereta atas benteng indah banget ya salaaaam, dari sebelah utara terlihat pepohonan hijau dan gunung mahameru, lalu dari sebelah selatan terlihat pemandangan desa Karang Bolong dan dari timur terlihat sekolah calon Tamtama. Jika piknik ke benteng ini, kamu nggak usah khawatir akan merasa bosan karena ada banyak wahana baru seperti perahu dayung, jet putar, komedi putar, terapi ikan, dll.
Lokasi Benteng Van Der Wijck ini berada di Jalan Sapta Marga, Gombong, Kebumen. Jika dari kota Gombong masih sekitar 4 Km ke arah barat. Tempatnya masih di daerah kota kok, gampang di cari. Akses jalannya jangan ditanya, alus mulus kaya pantat bayi. Bisa diakses menggunakan kendaraan sepeda motor, mobil, dan bus.
Benteng Van Der Wijck ini dapat memenuhi hasrat kalian yang suka photo-photo. Karena setiap sudut benteng ini sangat fotogenic.
Harga tiket masuk hanya Rp 25 ribu aja, kita udah bisa mengelilingi bangunan bersejarah ini serta mendapatkan fasilitas untuk mengunjungi waterpark dan kereta mini yang ada di atas benteng Van Der Wijck. Nah, selain berwisata sejarah, kita juga bisa berekreasi bersama keluarga, pacar, gebetan atau mantan. Uwwwh!