Pertama Kali Shalat Di Mushala Dome Teletubbies

oleh Ella Fitria
Taman kanak-kanak Dome Teletubbies

Mobil melaju pelan saat kami memasuki desa wisata New Nglepen yang berada di Desa Sumberharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dari kejauhan terlihat rumah warna-warni berbentuk kubah berjejer rapih. Aku terus mengamati rumah dome dari balik jendela kaca mobil. Sepanjang perjalanan imajinasiku melayang membayangkan bagaimana rasanya tinggal di komplek rumah dome seperti ini. Lamunanku pecah saat mobil berhenti di parkiran. Alhamdulillah sudah sampai, kata BB Idah yang duduk di belakang sopir.

Terik matahari sore itu tidak membuat langkah kakiku berat. Satu dua anak terlihat asyik bermain bulu tangkis di depan rumah. Mereka melempar senyum menyapa kami. Seolah mereka sudah terbiasa dengan orang asing yang berkunjung ke mari. Sepontan aku melontarkan pertanyaan “adek suka tinggal disini? Seneng dek?” mereka menjawab bergantian, “seneng kak, suka”. “Kakak mau coba tinggal disini?” Tanya salah satu diantara mereka sambil asyik melayangkan raket.

Seketika aku teringat peristiwa gempa di Yogyakarta pada tahun 2006. Ketika ayahku menerima kabar gempa dari mbah kakung di Gunungkidul, ayah dan ibuku langsung bergegas menuju Yogyakarta. Sepanjang jalan raut wajahnya terlihat gelisah. Aku yang masih duduk di bangku sekolah dasar belum paham sepenuhnya dengan situasi seperti itu. Aku masih beranggapan jika kami mudik ke Yogyakarta artinya kami akan memulai petualangan baru, jalan-jalan bersama bu lik dan saudara yang tinggal di Yogyakarata.

Tetapi ketika kami memasuki wilayah Yogyakarta, ibu dengan sabar memberi pengertian bahwa kami ke Yogyakarta bukan untuk jalan-jalan. Melainkan menjemput mbah dan saudara yang ada di sana karena mereka terkena dampak gempa. Aku pun hanya manggut-manggut tidak begitu peduli. Hingga paham dengan sendirinya karena menyaksikan langsung atap rumah, ruko, dan bangunan yang sebagian besar rata dengan tanah. And then! Aku baru tahu kalau dampak gempa waktu itu juga menghancurkan puluhan rumah di bukit Nglepen hingga amblas sedalam tujuh meter.

Sebanyak 34 kepala keluarga (KK) kehilangan rumah tinggal. Mereka mendapat relokasi di tempat baru dan bantuan rumah dome yang berasal dari Domes For The World, lembaga nirlaba dari Amerika Serikat, dan donatur perorangan dari Arab Saudi. Rumah dome ini hanya ada di lima negara yaitu Indonesia, Sri Lanka, India, Ethiopia, dan Haiti. Kabarnya rumah dome dibuat tahan gempa, tahan api, badai, dan topan.

Rumah Dome Teletubbies

Sekretariat Rumah Dome Teletubbies

“Sekretariat Rumah Dome TELETUBBIES”. Tulisan itu terpampang di pintu rumah dome. Kami dipersilahkan melihat ruangan rumah yang dijadikan sampel. Saat pertama kali menginjakan kaki di rumah dome ini, aku langsung menoleh ke atas. Seolah memastikan rumah dome ini betul-betul beratap beton, gerak mataku masih terus menyelidik ke sudut rumah. Rasa penasaran membawaku masuk semakin dalam, rumah dome yang berpondasi 20 meter ke dalam tanah ini memiliki dua lantai. Lantai bawah terdapat ruang tamu, dua kamar tidur, dan dapur. Sedangkan lantai atas biasa digunakan sebagai ruang keluarga. Sebagian penduduk menganggap rumah dome dengan diameter tujuh meter dan ketinggian puncak sekitar lima meter ini terlalu sempit, tidak heran ada penduduk yang membangun rumah tambahan tepat di samping rumah dome ini.

Dinding Atap Rumah Dome Teletubbies

Sekitar sepuluh menit berlalu, keningku sudah basah oleh keringat. Padahal aku masih ingin mengamati dinding beton sekretariat rumah dome teletubbies. Kurangnya ventilasi udara di dalam rumah membuat hawa panas semakin terasa meskipun kipas angin sudah menyala. Akhirnya aku menyerah, aku berjalan keluar sambil mengamati bangunan unik yang ada di depan mataku.

Di New Nglepen ini terdapat 80 unit bangunan dome, tetapi hanya 71 bangunan yang dijadikan tempat tinggal. Sisanya dijadikan sebagai fasilitas umum seperti taman kanak-kanak, mushala, aula, dan poskesdes serta beberapa toilet bersama untuk setiap kompleks.

Mushala Dome Teletubbies

Mushala Dome Teletubbies

Saat aku tengah berkeliling kompleks di rumah dome teletubbies, suara adzan lelaki tua terdengar nyaring dari speaker mushala. Aku pun melangkah menuju ke mushala. Mencari kran air untuk mengambil air wudlu. Air kran yang mengucur terasa hangat, mungkin karena penampungan air terkena cahaya matahari dari pagi. Perlahan ku basuh muka hingga mata kaki lalu kembali mengenakan jilbab.

Mushala ini memiliki bentuk yang sama persis dengan rumah dome yang dijadikan tempat tinggal. Berdinding dan beratap beton serupa kubah. Bedanya mushala ini tidak memiliki dua lantai. Saat aku mengambil mukena di almari mushala, mataku melirik tumpukkan al-quran di sudut meja, seolah menarik ingatanku semasa kecil, dulu jika adzan ashar berkumandang aku dan teman-temanku sibuk bermain di surau menunggu iqamah dilanjut mengaji. Tetapi tampaknya berbeda dengan suasana di mushala ini, aku hanya mendapati dua ibu lanjut usia dan satu bapak yang mengimami kami.

Suasana di dalam mushala pun tak kalah panasnya, padahal tiga kipas angin yang menggantung di dinding mushala sudah menyala. Rasa syukur tiba-tiba menyelimutiku saat berada di mushala. Aku tidak bisa membayangkan jika harus tinggal di rumah dome seperti ini, bukan aku sedang merasa lebih beruntung daripada orang-orang yang tinggal disini. Toh, anak-anak yang tadi aku tanya, mereka merasa senang tinggal di rumah dome teletubbies. Do’aku semoga  penduduk New Nglepen ini senatiasa diberi kesehatan dan keselamtan. Aamiin

Kompleks Rumah Dome Teletubbies
Poskesdes Dome Teletubbies

Saat ini rumah dome teletubbies telah menjadi salah satu destinasi wisata. Cukup membayar Rp. 5ribu/orang kita sudah bisa bebas berkeliling rumah dome teletubbies. Selain berkeliling, pengunjung bisa merasakan sensasi menginap di rumah dome teletubbies dengan harga Rp. 200ribu/malam. Di komplek ini juga sedang dibangun taman bunga dan taman payung yang akan dijadikan spot foto. Jika beruntung, kamu bisa bermain langsung dengan tokoh teletubbies. Sayangnya, saat kami berkunjung para teletubbies sedang berisitirahat.

Semua biaya di atas akan masuk ke dalam dana kas desa, apalagi tanah desa hingga kini belum dibebaskan sehingga penduduk yang tinggal di rumah dome teletubbies masih dikenakan biaya sewa tanah Rp. 11 juta/tahun.

Ella Fitria

You may also like

0 0 vote
Rating Artikel
Subscribe
Notifikasi
guest
0 Komentar
Feedback Sebaris
Lihat semua komentar