KM.0 Pekalongan |
Tepat pukul 03.30 dini hari, motor yang kukendarai membelah jalanan sepi Banjarnegara-Purwokerto. Aku bersama BB Idah tiba di stasiun Purwokerto sekitar pukul 04.35 dini hari. Kami bergegas melakukan boarding, lalu menuju gerbong kereta yang akan membawa kami ke Kota Pekalongan. Suara peluit sudah terdengar, pertanda kereta yang kami tumpangi akan segera melaju. Gesekan antara roda dan rel yang beradu menghasilkan bunyi khas saat menaiki transportasi kesayangan ini.
Belajar Membatik di Museum Batik Pekalongan
Museum Batik Pekalongan |
Setelah selesai sarapan di sekitar stasiun. Kami melanjutkan perjalanan menggunakan becak menuju Museum Batik. Tarif becak di Pekalongan ini murah banget, dari stasiun Pekalongan ke Museum Batik cukup membayar 20 ribu aja. Anak gunung macam aku diajak naik becak doang udah senang banget, maklumlah terakhir naik becak udah lupa kapan, kayaknya pas SD sih. Yakali di tempatku mana ada becak, jalannya naik turun, kalau ada becak bisa-bisa malah kejungkel. Hhh
Tempel-tempel-jadi. Meskipun mudah, tetap butuh keahlian dan ketelatenan supaya malamnya nggak mbleber-mbleber dan motif batiknya nggak mencang-mencong. Makanya nggak heran kalau batik tulis harganya mahal, wong bikin batik cap yang kelihatannya mudah aja masih blepotan. Apalagi batik tulis, nyerah udahlah.
Proses Nglorod Malam/Lilin |
Selesai membatik, kain batiknya dicuci dan dicelupkan ke zat pewarna. Uwww setelah keluar warnanya, proses selanjutnya adalah menghilangkan malam/lilin yang menempel di kain dengan cara direbus dalam air mendidih, proses ini biasa disebut Nglorod. Lorodin kenanganku sama dia donggg, eh tapi ya masa aku kudu masuk ke drum yang berisi air mendidih? Huhuhu
Hasil Batik Cap di Museum Batik Pekalongan |
Yeay, batik capku sudah jadi. Lumayan kan ya meskipun motif bunganya nggak simetris. Tapi ya bodo amat, karya anak bangsa kudu dijunjung tinggi. Wkwkwk
Setelah selesai membatik, kami pun diajak tur keliling Museum Batik.
Di museum batik ada 3 ruang batik yang menajubkan. Isinya batik semua uy, gila keren-keren banget. Jadi tuh, Ruang 1 bernama Batik Bineka Tunggal Ika, selain ada berbagai batik, di ruang ini juga ada peralatan dan perlengkapan membatik. Mulai dari canting, pewarna alami, malam, dll. Yang menyita perhatianku adalah batik gaya Rifaiyah khas Kabupaten Batang. Motif batik ini nggak boleh menyerupai makhluk maupun hewan. Selain itu ada juga batik Mega Mendung, katanya motif batik Mega Mendung sangat digemari oleh masyarakat Tionghoa karena merepresentasi harapan dan rejeki. Motif batik ini memiliki lima gradasi. Uwww mau satuuuuu, ya mana boleh woi.
Peralatan Batik Museum Pekalongan, Ruang 1 |
Koleksi Batik Museum Pekalongan |
Koleksi Batik Museum Pekalongan |
Museum Batik ini diresmikan oleh presiden ke 6 Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 12 Juli 2006. Tiket masuk Museum Batik Pekalongan cuma Rp. 5 ribu/orang. Berada di Jl. Jatayu No.3, Panjang Wetan, Kec. Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jawa Tengah.
Mencicipi Segarnya Limun Oriental Cap Nyonya Silhuet
Limun Oriental Cap Nyonya Silhuet |
Bapak Bernadri merupakan generasi ke lima sejak berdirinya Limun Oriental Cap Nyonya Silhuet pada tahun 1920. Bagian belakang kedai ini merupakan pabrik pembuatan minuman Limun. Kerennya, dengan 13 karyawan satu jam dapat menghasilkan 500 botol Limun. Mantap nggak tuh?
Limun siap dikirim keberbagai daerah |
Satu botol Limun dijual dengan harga Rp.7.500. Tumpukan krat-krat botol yang tersusun rapih ini akan dikirim ke berbagai daerah, termasuk Surabaya, Malang, Sidoarjo, dan Jakarta.
Rasa minuman Limun ini seperti minuman bersoda pada umumnya, tetapi sodanya nggak begitu terasa. Segeeer, apalagi dinikmati dengan es. Begitu menuangkan Limun ke dalam gelas berisi es, percikan sodanya bikin nggak tahan pengin nyicip. Selain minuman Limun, di kedai ini juga menyediakan ayam geprek, tauto, dan berbagai makanan ringan untuk menemani menikmati Limun.
Baca juga : Sop Senerek, Magelang
<