Ke Pekalongan? Coba Deh Mampir ke Tempat-Tempat Berikut Ini!

Table of Contents

KM.0 Pekalongan

Tepat pukul 03.30 dini hari, motor yang kukendarai membelah jalanan sepi Banjarnegara-Purwokerto. Aku bersama BB Idah tiba di stasiun Purwokerto sekitar pukul 04.35 dini hari. Kami bergegas melakukan boarding, lalu menuju gerbong kereta yang akan membawa kami ke Kota Pekalongan. Suara peluit sudah terdengar, pertanda kereta yang kami tumpangi akan segera melaju. Gesekan antara roda dan rel yang beradu menghasilkan bunyi khas saat menaiki transportasi kesayangan ini.

Pekalongan dikenal dengan julukan kota batik. Kota ini terletak di jalur Pantura yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya. Kota Pekalongan juga masuk dalam jaringan kota kreatif UNESCO dalam kategori crafts & folk art. Selain dikenal dengan batiknya, Pekalongan juga dikenal dengan makanan khas Tautonya. Meski sudah dua kali mengunjungi kota ini, kami tetap antusias untuk mengexplore kota Pekalongan.

Belajar Membatik di Museum Batik Pekalongan

Museum Batik Pekalongan

Setelah selesai sarapan di sekitar stasiun. Kami melanjutkan perjalanan menggunakan becak menuju Museum Batik. Tarif becak di Pekalongan ini murah banget, dari stasiun Pekalongan ke Museum Batik cukup membayar 20 ribu aja. Anak gunung macam aku diajak naik becak doang udah senang banget, maklumlah terakhir naik becak udah lupa kapan, kayaknya pas SD sih. Yakali di tempatku mana ada becak, jalannya naik turun, kalau ada becak bisa-bisa malah kejungkel. Hhh

Sesampainya di Museum Batik, kami bergabung bersama teman-teman blogger dan media Jateng On The Spot untuk belajar membatik di ruang workshop. Ruang ini khusus digunakan untuk pengunjung yang ingin belajar membatik. Selembar kain putih yang dibagikan oleh mbak-mbak pelatih akan digunakan sebagai media membatik. Kali ini aku ingin mencoba membuat batik cap. Namanya juga batik cap, otomatis aku harus memilih canting cap terlebih dahulu. Canting cap ini mirip seperti stempel, terbuat dari tembaga. Setelah memilih canting cap, langkah selanjutnya adalah merendam permukaan canting cap ke dalam rebusan malam yang sudah mencair. Lalu kibas-kibaskan canting cap supaya malamnya nggak mbleber-mbleber di kain. Kemudian di-cap-kan di atas kain putih, dengan tekanan yang cukup.

Tempel-tempel-jadi. Meskipun mudah, tetap butuh keahlian dan ketelatenan supaya malamnya nggak mbleber-mbleber dan motif batiknya nggak mencang-mencong. Makanya nggak heran kalau batik tulis harganya mahal, wong bikin batik cap yang kelihatannya mudah aja masih blepotan. Apalagi batik tulis, nyerah udahlah.

Proses Nglorod Malam/Lilin

Selesai membatik, kain batiknya dicuci dan dicelupkan ke zat pewarna. Uwww setelah keluar warnanya, proses selanjutnya adalah menghilangkan malam/lilin yang menempel di kain dengan cara direbus dalam air mendidih, proses ini biasa disebut Nglorod. Lorodin kenanganku sama dia donggg, eh tapi ya masa aku kudu masuk ke drum yang berisi air mendidih? Huhuhu

Hasil Batik Cap di Museum Batik Pekalongan

Yeay, batik capku sudah jadi. Lumayan kan ya meskipun motif bunganya nggak simetris. Tapi ya bodo amat, karya anak bangsa kudu dijunjung tinggi. Wkwkwk
Setelah selesai membatik, kami pun diajak tur keliling Museum Batik.

Di museum batik ada 3 ruang batik yang menajubkan. Isinya batik semua uy, gila keren-keren banget. Jadi tuh, Ruang 1 bernama Batik Bineka Tunggal Ika, selain ada berbagai batik, di ruang ini juga ada peralatan dan perlengkapan membatik. Mulai dari canting, pewarna alami, malam, dll. Yang menyita perhatianku adalah batik gaya Rifaiyah khas Kabupaten Batang. Motif batik ini nggak boleh menyerupai makhluk maupun hewan. Selain itu ada juga batik Mega Mendung, katanya motif batik Mega Mendung sangat digemari oleh masyarakat Tionghoa karena merepresentasi harapan dan rejeki. Motif batik ini memiliki lima gradasi. Uwww mau satuuuuu, ya mana boleh woi.

Peralatan Batik Museum Pekalongan, Ruang 1
Ruang 2 bernama Batik Nusantara. Di ruangan ini aku jatuh cinta dengan batik Lunglungan Merak dari Pekalongan. Motifnya tuh detail banget, katanya sih saat membatik menggunakan canting ukuran terkecil. Nggak bisa bayangin deh proses membatiknya serumit apa.

Koleksi Batik Museum Pekalongan
Ruang 3 bernama Batik Pekalongan. Nah, di ruangan ini berisi batik-batik Pekalongan. Lagi-lagi jatuh cinta sama motif Terang Bulan beneran bagus banget, lebih simpel daripada corak batik Pagi Sore. Alah dasar gampang jatih cinta. Huhuy
Koleksi Batik Museum Pekalongan

Museum Batik ini diresmikan oleh presiden ke 6 Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 12 Juli 2006. Tiket masuk Museum Batik Pekalongan cuma Rp. 5 ribu/orang. Berada di Jl. Jatayu No.3, Panjang Wetan, Kec. Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jawa Tengah.

Mencicipi Segarnya Limun Oriental Cap Nyonya Silhuet

Selesai tur di Musuem Batik Pekalongan, kami melanjutkan perjalanan menuju kedai minuman legend Pekalongan. Yap! Namanya Limun Oriental Cap Nyonya Silhuet. Lokasinya tepat di belakang Museum Batik, tinggal jalan kaki dua menit sampailah di rumah tua yang menyediakan aneka rasa Limun Oriental. Ada 8 varian rasa Limun Oriental, diantaranya; rasa kopi, jeruk, lemon, nanas, mangga, frambos, sirsak, dan sarsaparilla. 

Limun Oriental Cap Nyonya Silhuet

Bapak Bernadri merupakan generasi ke lima sejak berdirinya Limun Oriental Cap Nyonya Silhuet pada tahun 1920. Bagian belakang kedai ini merupakan pabrik pembuatan minuman Limun. Kerennya, dengan 13 karyawan satu jam dapat menghasilkan 500 botol Limun. Mantap nggak tuh?

Limun siap dikirim keberbagai daerah

Satu botol Limun dijual dengan harga Rp.7.500. Tumpukan krat-krat botol yang tersusun rapih ini akan dikirim ke berbagai daerah, termasuk Surabaya, Malang, Sidoarjo, dan Jakarta.

Rasa minuman Limun ini seperti minuman bersoda pada umumnya, tetapi sodanya nggak begitu terasa. Segeeer, apalagi dinikmati dengan es. Begitu menuangkan Limun ke dalam gelas berisi es, percikan sodanya bikin nggak tahan pengin nyicip. Selain minuman Limun, di kedai ini juga menyediakan ayam geprek, tauto, dan berbagai makanan ringan untuk menemani menikmati Limun.

Ayam Geprek Kedai Limun Oriental
Tauto Kedai Limun Oriental
Menurutku rasa ayam gepreknya lumayanlah, demen banget kalau suruh makan tipe-tipe ayam geprek. Tapi untuk rasa Tauto, aku kurang suka. Mungkin karena nggak terbiasa makan kali ya, berasa bau apa gitu. Tapi kata teman-temanku enak, malah ada yang nambah, halah dasar lidahku memang.

Baca juga : Sop Senerek, Magelang

<