Upaya Mengurangi Sampah Demi Melindungi Bumi dan Keanekaragaman Hayati

Table of Contents

Biodiversity Preservation

Akhir-akhir ini kampanye bijak penggunaan plastik makin gencar terdengar di telingaku, ada rasa haru dan muncul harapan baru untuk Bumi kian lestari. Pencemaran lingkungan, perubahan iklim, pemanasan global, kemerosotan Keanekaragaman Hayati dan sumber daya alam memunculkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keseimbangan lingkungan bagi kehidupan yang lebih sejahtera. Menurut laporan earthday.org Indonesia masuk urutan ke dua penyumbang plastik di dunia sebanyak 3,22 juta ton metrik pertahun. Teringat beberapa pekan lalu sebelum banjir melanda Ibukota, timelineku dipenuhi dengan video seorang bapak di Cicadas yang rela masuk ke dalam gorong-gorong untuk mengambil sampah-sampah yang menyumbat saluran air, padahal saat itu kondisi air cukup deras dan tinggi. Ya lagi-lagi permasalahan tentang sampah.

Bumi ini bukan hanya diisi oleh manusia, tetapi diisi juga oleh keanekaragaman hayati. Ada jutaan spesies tanaman, hewan, serangga, dan mikroorganisme yang tersebar di berbagai ekosistem dari sungai – hutan hingga gurun dan lautan. Setiap spesies, sekecil apapun memiliki peran penting dalam ekosistem alami.  Segala sesuatunya saling berhubungan, hewan memakan tumbuhan, lebah dan serangga membantu penyerbukan tanaman, tanaman membutuhkan cahaya matahari untuk berfotosintesis, begitu seterusnya. Namun ketika membaca laporan dari WWF yang Mengungkap Besarnya Dampak Manusia Terhadap Planet, 29 Oktober 2018 rasanya hatiku ngilu. Sedih banget karena populasi mamalia, burung, ikan, reptil, dan amfibi, rata-rata berkurang ukurannya sebesar 60% hanya dalam 40 tahun. Penggerak terbesar hilangnya keanekaragaman hayati saat ini adalah eksploitasi berlebihan dan argikultur, keduanya terkait dengan konsumsi manusia yang terus meningkat.

Kenyataan pahit yang dialami oleh hutan, lautan, dan sungai yang disebabkan oleh tangan kita sendiri terutama terkait dengan permasalahan sampah yang menyebabkan berbagai dampak dalam kehidupan. 

Permasalahan Sampah Di Indonesia 

Permasalahan sampah dan dampaknya

Pada dasarnya manusia dan sampah memang tidak dapat dipisahkan, setiap saat manusia menghasilkan berbagai jenis sampah. Menurut KLHK dan Kementerian Perindustrian tahun 2016, jumlah timbunan sampah di Indonesia sudah mencapai 65,2 juta ton pertahun. Dari hasil riset waste4change dan Data Dinas Kebersihan DKI, setiap hari Jakarta menghasilkan 6.270 Ton sampah. Sekitar 79℅ sampah Jakarta dibuang ke TPS Bantar Gerbang Bekasi dan 21% sampah dibiarkan tidak diangkut. Kemudian pengelolaan sampah Jakarta sekitar 74% sampah ditumpuk dan dibuang, 19% dipilih, dan 2% dibakar. Padahal beberapa jenis sampah yang kita buang memerlukan waktu tidak sedikit untuk terurai secara alami. Jenis sampah kertas dan tissue memerlukan waktu beberapa minggu untuk terurai. Sedangkan jenis sampah seperti tas plastik, nilon, filter rokok, kaleng, botol plastik dan botol kaca memerlukan puluhan hingga ribuan tahun untuk terurai. Lain lagi dengan sampah jenis styrofoam yang tidak dapat terurai selamanya.

Dampak Sampah Bagi Lingkungan

Statistik Sampah di Seluruh Dunia

Sampah plastik tidak hanya merusak ekosistem darat maupun laut, tetapi juga menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup. Menurut penelitian Jenna R. Jambeck dari Georgia University pada 2010 menyebutkan, ada sekitar 275 juta ton sampah plastik yang tersebar di seluruh dunia, dengan sekitar 4,7 hingga 12,7 juta ton sampah berada di lautan. Ini artinya, setiap satu menit, sampah plastik yang dibuang ke laut setara dengan satu truk penuh. Aku nggak bisa membayangkan betapa tersiksanya hewan-hewan yang hidup di laut dengan sampah yang kita hasilkan. Apalagi saat melihat kondisi Pantai Sikucing di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, lautan pasir berubah menjadi lautan sampah. Ya Tuhan, sedih pasti, marah iya. Semesta yang seharusnya dijaga justru malah tanpa sadar kita rusak seenaknya dengan berbagai tumpukan sampah.

Lautan Sampah Pantai Sikucing, Kendal, Jawa Tengah

Selain mencemari laut, sampah yang menumpuk di darat juga akan menghasilkan cairan yang bisa mencemari lingkungan dan tanah. Tumpukan dan penanganan yang tidak baik secara tidak langsung berkontribusi terhadap bencana banjir (World Bank) dan sumber penyakit seperti diare (UN-Habitat, 2010). Pelestarian lingkungan memang sudah sepatutnya kita mulai dari sekarang, dampak dari sampah yang tidak dikelola dengan tepat memang sangat mengerikan. Salah satu dampak yang nyata terjadi adalah banjir yang melanda Ibukota Indonesia. Mungkin kalau teman-teman yang terkena banjir memiliki Asuransi Umum tidak akan  begitu khawatir, karena dapat mengurus klaim akibat banjir.

Dampak Sampah Bagi Kesehatan

Ketika kita membakar sampah, ternyata sampah yang kita bakar mengandung 75 zat beracun. Belum lagi binatang yang suka mengelilingi sampah seperti lalat yang membawa penyakit. Tumpukan sampah juga menghasilkan limpasan cairan beracun yang disebut leachate yang dapat mengalir ke sungai, air tanah, dan tanah. Efek tidak langsung sampah organik dapat mengakibatkan meningkatnya penyakit yang dibawa vektor nyamuk (vektor borne disease) dan tikus (rondent borne disease).

Sementara, sampah anorgaik, seperti mikroplastik, terutama diapers atau popok sekali pakai yang bahan mayoritasnya limbah impor, mengandung super adsorbent polymer (SAP). Memiliki efek perusak hormon pada biota perairan. Limbah plastik, sangat mungkin terjadi reaksi kimia pada suhu tinggi yang mengakibatkan senyawa mikroplastik lebih mudah terlepas ke lingkungan atau alam. Selanjutnya, masuk ke tubuh makhluk hidup, termasuk sangat mungkin terakumulasi dalam tubuh manusia.

Dampak Sampah dari Segi Estetika

Sampah memang menjadi problem kita sejak dulu, pengelolaan sampah yang kurang tepat menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir. Selain menghasilkan bau yang tidak seda