Bijak Berenergi |
Apakah cuma aku yang tiap bertemu dengan orang baru, lantas memulai obrolan dengan menanyakan asal daerah masing-masing rasanya menjadi beban mental untukku? Sedih nggak sih ketika aku menjawab berasal dari kabupaten Banjarnegara tiba-tiba dengan entengnya mereka langsung menimpali dengan kalimat “oh Banjarnegara yang sering longsor itu, ya? Yang sering kekeringan itu, kan? Terus yang kemarin ada puting beliung di alun-alun juga, ya?” Gusti, apa iya di luar sana Banjarnegara hanya dikenal dengan segudang bencananya? Meski menyakitkan, nggak membuat aku dan beberapa teman komunitas tetap semangat untuk mengenalkan Banjarnegara dengan potensi yang dimilikinya.
Perubahan Iklim Penyebab Utama Bencana Alam
Menurut data The Cilimate Reality Project Indonesia, pada tahun 2019 Indonesia mengalami 3.768 kejadian bencana yang sebagian besar merupakan bencana hidrometeorologi, yang diakibatkan dari fenomena meteorologi seperti hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi. Pada dasarnya perubahan iklim disebabkan oleh 2 faktor, pertama, perubahan iklim secara alami yang ditentukan oleh orbit Bumi. Kedua, perubahan iklim antropogenik yang disebabkan oleh ulah manusia yang melakukan kegiatan berlebihan seperti penggunaan bahan bakar fosil dan berbagai pencemaran sehingga menyebabkan emisi gas rumah kaca, yakni pengeluaran karbon dioksida yang memerangkap panas. Nah emisi gas kaca ini berdampak pada suhu atmosfer yang meningkat sehingga penguapan air tanah pun mengalami peningkatan yang mengakibatkan kekeringan, kebakaran hutan, dan gelombang panas di tempat-tempat kering, serta hujan besar dan bajir.
Dampak Virus Corona Terhadap Perubahan Iklim
Meskipun beberapa orang beranggapan bahwa virus corona berdampak positif terhadap semesta seperti langit menjadi biru, polusi udara berkurang sangat signifikan, jalanan menjadi lengang tanpa kemacetan. Namun, adanya pandemi ini bukan solusi terhadap masalah iklim dan lingkungan karena dampak negatifnya ternyata lebih mengerikan karena menimbulkan krisis di berbagai sektor seperti kesehatan, pariwisata, ketenagakerjaan, hingga krisis ekonomi global. Pandemi ini bisa dijadikan sebagai contoh kecil kondisi di masa depan jika terjadinya krisis iklim, bahkan mungkin dampak dari krisis iklim lebih dahsyat dibandingkan dengan pandemi ini.
Ilustrasi before-after Pandemi Covid-19 |
Langkah Bijak Menggunakan Energi Di Tengah Pandemi
Beberapa Langkah Bijak Menggunakna Energi di Tengah Pandemi |
Sebetulnya cara ampuh supaya bijak dalam penggunaan energi untuk menahan laju perubahan iklim yang terus terjadi harus didasari oleh kesadaran dan kepedulian terhadap kehidupan berkelanjutan. So, mari kita sama-sama membuka hati dan pikiran untuk menjaga energi supaya bumi tetap lestari. Jujur, tiap kali membahas materi energi bumi bersama anak-anak di kelas semangatku menggebu. Sekuat yang aku bisa, mencoba menanamkan kecintaan lingkungan kepada generasi mendatang. Tiap kali membahas pemanfaatan energi harapanku semakin tumbuh. Semoga, kita semua sadar akan bahayanya krisis iklim yang bisa saja terjadi. Untuk itu, kita bisa memulai dari diri sendiri dengan hal sederhana untuk menghemat energi di masa pandemi. Nah berikut ini langkah kecil yang bisa kita lakukan:
Gunakan Air Seperlunya
Beli air untuk kebutuhan sehari-hari |
Pemanfaatan Air Hujan untuk Menyiram Tanaman |
- Manfaatkan air hujan untuk menyiram tanaman atau mencuci alas kaki.
- Menyiram tanaman di pagi hari supaya air tidak menguap sebelum diserap tanaman.
- Matikan keran air jika sudah tidak digunakan.
- Berwudlu dengan membuka keran air tidak terlalu besar.
Hemat Energi Listrik
- Charger handphone, laptop, earphone, kamera, atau barang elektronik lainnya sampai daya terisi penuh 100% lalu jangan lupa segera cabut colokan dari stop kontak.
- Hindari penggunaan elektronik yang stand-by mode.
- Perbanyak aktivitas di siang hari supaya penggunaan listrik bisa diminimalisir daripada aktivitas di malam hari yang membutuhkan penerangan lampu.
- Gunakan AC, kipas angin, TV, Home Teater, magicom, dll seperlunya saja. Jangan membiarkan TV menyala ketika kita tertidur. Bukan kita yang nonton TV dong, malah TVnya yang nonton kita tidur. Kan sayang banget listriknya, ya?
-
Memanfaatkan sirkulasi udara dan pencahayaan alami.
-
Gunakan perangkat hemat energi yang ramah lingkungan dan mendukung efisiensi.
Konsumsi Pangan Lokal
- Konsumsi bahan makanan yang diproduksi dekat dengan kita
- Belanja sayur mayur atau kebutuhan dapur di pasar terdekat (abang sayur keliling)
- Manfaatkan umbi-umbian menjadi bahan makanan (kue, tepung, mie, dll)
Berkebun di Rumah
Kebun di depan rumah |
Yap! Salah satu aktivitas yang semua anggota keluargaku lakukan adalah berkebun di rumah. Menanam bunga atau menanam biji sayuran menjadi hal menarik untuk kami. Selain membuat lingkungan rumah menjadi asri, menanam biji atau akar sayuran bisa membantu memenuhi kebutuhan pangan dasar. Mari mulai lakukan hal kecil dari rumah demi menciptakan lingkungan menjadi bersahabat, selain itu dengan berkebun di rumah memiliki banyak manfaat diantaranya:
- Menghasilkan tambahan oksigen untuk semesta
- Mandiri pangan dasar
- Hidup selaras dengan alam sehingga bisa lebih menghargai alam dan ramah lingkungan
Buat Bucket List Belanja Online
Memang belanja online ini nggak ada kaitannya dengan energi sih, hanya saja sampahnya yang secara nggak langsung akan berdampak dalam kehidupan sehari-hari. Nah, mengutip tips dari Verena Puspawardani selaku Direktur Program Coaction Indonesia dan Andrian Pram selaku Penasihat Komunitas Earth Hour dalam siaran #RuangPublik edisi #PerubahanIklim, ada beberapa cara untuk menyiasati belanja online di masa pandemi ini adalah dengan membuat bucket list belanjaan, dan juga lakukan hal berikut:
- Pilih toko online yang menyediakan barang-barang yang kita butuhkan supaya penggunaan plastik untuk packaging bisa lebih sedikit dibanding dengan belanja di beberapa toko online.
- Lakukan treatment dengan memilah sampah dari kemasan paket yang bisa kita gunakan dan yang bisa didaur ulang. Seperti bubble wrap bisa kita simpan dan digunakan ulang untuk mengirim paket ke orang lain. (buatku bubble wrap bermanfaat banget karena sering mengirim paket ke customer, jadi kalau kirim-kirim paket ke customer bisa manfaatkan bubble wrap yang ada)
- Membeli barang dalam jumlah yang banyak/besar supaya kemasan plastiknya lebih sedikit dan sebisa mungkin belilah barang yang kemasannya ramah lingkungan.
Manfaatkan Energi Matahari
Pemanfaatan Energi Matahari untuk Menjemur Pakaian |
- Selama WFH keluarga kami nggak pernah mengeringkan baju dengan mesin cuci, selain untuk menghemat listrik toh kami nggak harus diburu menggunakan seragam kerja dan sekolah. Makanya saat ini kami murni mengandalkan energi matahari untuk urusan mengeringkan baju.
- Sebagai penerangan alami, jadi di siang hari cukup buka gorden dan jendela tanpa perlu menyalakan lampu. Besok lusa jika kita berencana membangun rumah usahakan terapkan gaya hidup berkelanjutan seperti mendesain rumah yang ramah lingkungan dengan memberi ventilasi dan memanfaatkan energi alam untuk penerangan, ya.
Minimalisir Sampah
Langkah Mudah Meminimalisir Sampah |
- Usahakan jangan menyisakan makanan (apalagi di bulan Ramadan seperti ini)
- Manfaatkan sampah organik untuk pupuk, kompos, atau pakan hewan peliharaan.
- Memilah sampah yang masih bisa di reuse (gunakan kembali)
- Manfaatkan barang bekas menjadi barang yang lebih berguna
- Membawa tote bag saat belanja
- Ajak orang terdekat untuk peduli dengan lingkungan demi menjaga ekosistem alam
- https://m.kbr.id/berita/internasional/04-2020/mckinsey__krisis_pandemi_covid_19_serupa_dengan_krisis_perubahan_iklim/102968.html
- https://www.kbrprime.id/podcast?type=story-telling&cat=ruang-publik
- KLHK dan Kementerian Perindustrian tahun 2016, jumlah timbunan sampah di Indonesia
- https://www.esdm.go.id/id/berita-unit/direktorat-jenderal-ebtke/berbagai-kiat-hemat-energi-praktis-era-work-from-home
- https://www.cnbcindonesia.com/news/20200417171801-4-152773/sejak-ada-psbb-jokowi-belanja-ritel-online-melonjak-400
- Ebook The Cilimate Reality Project Indonesia: Kiat 50 Instagramer Jaga Bumi Di Rumah Saja
Raw open source: freepik
Semoga menang ya ulasan perubahan iklim yang awal bacanya sempat bikin deg-degan karena baru tau kalau Banjarnegara sering mengalami kekeringan .., kukirain selama ini ngga loh.
Baru ditinggal sebentar, bumi udah banyak terjadi perubahan
Ulasannya mantap. Sangat bagus jika jadi materi untuk bisa menyadarkan generasi muda tentang pentingnya isu lingkungan. Sayang sampai saat ini mata pelajaran Ekologi belum mendapat perhatian serius.
Salam dan terima kasih atas tulisannya yang menarik.
yang paling berhasil kulakukan adalah memakai air seperlunyaa.. iyaa, jarang mandi selama pandemi ini 😀
-traveler paruh waktu
Mantull mba.. mantep tulisannya…
Yah semoga kita bisa lebih mengidahkan isu2 tentang konservasi lebih lanjut lagi.. sebagaimanapun, kita manusia kan cuma numpang di bumi ini. Apa2 udh disiapin.. tpi manusianya aja yg kadang kelewat batas ngonsumsinya..
Pernah pas lewat kab Banjarnegara ada rumah di tepi jalan korban tanah longsor.
Tapi kalau tentang daerah ini yg selalu diinget ya itu Es Dawet Ayu Banjarnegara mbak yg rasanya mantap n seger, manis gurih rasa gula merahnya dan aroma nangkanya yg semakin menambah nikmatnya es ini.
Kalau sampah organik dapur saya tanam dibelakang rumah mbak buat pupuk.
Artikel nya keren loh mbak, semoga sukses ya di lomba blog 'Perubahan Iklim'.
Nah iya. Tiap sore tempatku hujan, kadang kl siang panasnya gustiiii berasa rumah di pesisir 🙁
Iya Mas Adi.. Semoga makin kesini makin byk yg sadar pentingnya adil dan bijak dg lingkungan 🙂
Wahahaah. Kl aku malah sejak pandemi rajin bgt mandi mas. Rasanya otak kedoktrin kudu bersih trus nih badan. Hhh
Tengkyu Mas Bayu.. Bener bgt, pokoknya kita mulai dr diri sendiri, dr hal kecil sekalipun. 🙂
Wah syukurlah ada yg inget Dawet Ayunya yg seger buanget. Wkwk
Sama mas, sampah organik di rumahku juga buat pupuk. Sm buat pakan hewan peliharaan. Xixi
Aamiin tengkyu doanya 🙂
udara dan lingkungan menjadi lebih bersih ya
paling setuju konsumsi produk lokal karena akan memberdayakan keberlangsungan usaha orang2 lokal juga.
lho tapi kalo banjarnegara, aku ingetnya malah pembangkit listrik yg gede itu, aduh lupa namanya. dulu pernah ke sana sih
Sekitar semingguan yang lalu saya nonton simposium soal arsitektur dan perubahan iklim. Ada satu pembicara yang memaparkan data soal aspek yang paling banyak gas buangannya: transportasi. Masuk banget sama usulannya Mbak Ella soal mengonsumsi penganan lokal. Dengen begitu, buangan dari transportasi ini mungkin bisa banyak terpangkas.
Keren nih Mbak tulisannya. 🙂
Hayuk semangatttt makin peduli dg bumi. Hhh
Dimulai dr hal sederhana ya mbak Roem 🙂
Iya nih. Tp dampak lainnya nggak kalah bahayanya. Uhu
Sepakat mas. Ibaratnya saling membantu memberdayakan petani di sekitar kita 🙂
Bendungan merican? Ahaha
Bener bgt mas. Dg konsumsi lokal seenggaknya mengurangi suplay chain karena berkurangnya impor pangan. Semoga byk yg mengkonsumi pangan lokal ya 🙂