Di sudut kamar dengan memangku laptop dan diiringi musik akustik, aku mulai melempar tanya kepada diri sendiri. Sebenarnya apa mimpi terbesarku? Rintik hujan di luar terdengar riuh seakan ikut menimpali dengan berbagai jawaban.Kalau kamu ditanya, apa mimpi terbesarmu, kira-kira kamu mau jawab apa, nih? Ada nggak sih mimpi besar yang akan kamu raih di kemudian hari?
Empat tahun lalu pergulatan batin saat memutuskan menjadi seorang guru seolah terulang kembali. Setelah menikah dan ikut suami, aku kembali menata diri. Bergumul dengan pikiran sendiri untuk mencari keputusan terbaik. Akhirnya aku memberanikan diri untuk resign dari sekolah dan mulai fokus dengan pekerjaan freelance.
Menjadi Freelancer, Impian Besar yang Pelan-Pelan Akan Aku Wujudkan
Barangkali mimpi terbesarku saat ini adalah bisa bekerja dari mana saja, kapan saja, tanpa harus ke kantor. Menjadi freelance memang sering dipandang sebelah mata, tetapi jangan menganggap remeh pekerjaan freelance ini. Di luar sana banyak orang berprofesi sebagai freelance yang mampu mencukupi kebutuhan hidupnya. Bahkan nggak jarang gaji seorang freelance lebih menjanjikan daripada gaji seorang pekerja kantoran.
Menjadi Freelancer, Impian Besar yang Pelan-Pelan Akan Aku Wujudkan |
Alhamdulillah mimpiku pelan-pelan terwujud. Belum lama ini aku diterima di salah satu perusahaan yang cukup besar sebagai copy writing. Nggak hanya itu, aku juga menjadi freelancer desain grafis untuk beberapa klien yang berada di luar negeri.
Bigger Dream, Bigger Challenge
Mimpi Besar, Tantangan Besar |
Menggapai sesuatu sering kali mengalami kesulitan bukan? Tiap mimpi memiliki tantangan tersendiri. Memutuskan resign dan menjalani pekerjaan sebagai freelance yang mampu mencukupi kebutuhan hidup memang nggak semulus yang ku kira. Nah, berikut ini beberapa tantanganku dalam mengejar mimpi:
Penguasaan Bahasa Asing yang Sering Bikin Pusing
Sebagai freelancer, selain harus menguasai Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, aku juga harus menguasai bahasa asing. Hal ini penting untuk menjalin komunikasi yang baik dengan klien. Entah itu saat berdiskusi mengenai suatu proyek atau saat meeting dengan klien. Meski nggak harus jago-jago banget, tetapi menguasai bahasa asing bisa memudahkan aku untuk komunikasi dengan klien.
Aku sering mengalami kesulitan saat mendapatkan brief berbahasa Inggris atau bahasa asing lain. Meskipun ada alat translator, tetapi nggak semua makna bisa diterjemahkan sempurna sehingga dapat menyebabkan persepsi yang berbeda.
Manajemen Waktu yang Nggak Menentu
Terbiasa bekerja di kantor mulai pukul 07.00-15.00 WIB membuat aku sedikit kewalahan saat pelan-pelan mewujudkan mimpiku. Menjadi freelancer di perusahaan yang berada di luar negeri mengharuskan aku untuk beradaptasi dengan jam kerja. Terkadang task-ku mendapat follow up di pagi hari, siang hari, bahkan dini hari.
Meskipun jam kerja freelance lebih fleksibel dibanding jam kerja kantor, bukan berarti aku boleh lalai dalam hal mengatur waktu. Secara nggak langsung aku harus pintar-pintar mengatur jam kerjaku sendiri supaya pekerjaan bisa selesai tepat waktu.
Belajar Platform Kolaborasi yang Belum Dikuasai
Untuk memudahkan pekerjaan, aku mengikuti platform kolaborasi dari klien. Ada yang menggunakan aplikasi Trello, Slack, ada juga yang menggunakan Chatwork.
Ilustrasi Platform Kolaborasi |
Supaya task dan komunikasi makin lancar, aku harus memahami fitur dan cara kerja beberapa platform kolaborasi yang dikehendaki oleh klien. Mungkin karena belum terbiasa menggunakan platform kolaborasi, jadi rasanya agak ribet.
Pun mempelajari beberapa platform juga memakan waktu yang nggak sebentar. Akhirnya pekerjaan menjadi tertunda karena harus mempelajari aplikasi baru yang belum dipahami.
Singgah Tempat Baru, Belajar Standar Baru
Jujur, selama ini aku hanya terbiasa menulis artikel di blogku. Menulis di blog pribadi rasanya lebih mudah daripada menulis artikel untuk platform klien. Terlebih klienku memiliki standar konten yang cukup bagus. Mulai dari susuan kalimat, jumlah kata dalam paragraf, harus menggunakan kata baku, hingga berbagai standar konten lainnya.
Ilustrasi Drama Penulis dan Editor |
Meski demikian, aku merasa bersyukur sekali karena bisa mempelajari hal baru yang sangat berguna untuk kualitas tulisanku. Perlahan aku mulai terbiasa mengikuti standar baru dan berimprovisasi menjadi lebih baik.
Melatih Kesabaran dengan Klien Berjuta Keinginan
Menurutku menghadapi klien perusahaan lebih enak daripada menghadapi klien perorangan. Sungguh deh, apalagi jika klien perorangan dari Indonesia. Ya, meski nggak semua klien perorangan banyak maunya sih.
Ilustrasi Designer VS Client |
Jujur, belum lama ini aku menerima pesanan desain logo untuk personal branding. Begitu logo sudah jadi, klien minta revisi di luar briefing awal. Setelah direvisi, eh klien memutuskan menggunakan logo awal saja dengan revisi yang berbeda lagi. Huhuhu. Sabar, sabar.
Satu Laptop Mini yang Menghambat Mimpi
Kendala lain yaitu di perangkat yang aku pakai selama ini. Laptop yang aku gunakan tergolong laptop kecil dengan layar yang sempit. Meski memiliki resolusi FHD, tetapi ukuran fisik layarnya kecil sehingga konten yang ditampilkan tampak kecil dan sulit dibaca.
Hal ini sering menggangguku sebagai seorang freelancer. Terutama untuk pekerjaan desain grafis dan menulis. Aku sering kelelahan jika terlalu lama menatap layar laptop yang kecil karena harus zoom in dan zoom out. Rasanya ingin sekali memiliki laptop dengan layar yang lebih lebar supaya pekerjaan cepat terselesaikan.
Apesnya, saat ini aku juga harus bergantian menggunakan laptop bersama suami. Bulan lalu prosesor PC suami rusak. Alhasil PC nggak mau nyala dan kerjaan kami mulai menumpuk. Sebenarnya bisa saja menggunakan satu laptop untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan, tetapi harus dengan laptop yang memiliki spesifikasi tinggi. Huhuhu, memang nih sepertinya sudah waktunya kami upgrade laptop, ya.
Bigger Dream, Bigger Hope
Aku meyakini kalau ada niat dan kemauan untuk upgrade diri demi menggapai mimpi, maka nggak ada yang nggak mungkin. Pun sama, tiap ada kendala atau kesulitan pasti akan ada jalan dan harapan jika kita mau melakukan sesuatu.
Mimpi Besar, Harapan Besar |
Salah satu solusiku untuk menggapai mimpi besarku menjadi seorang freelance yang mampu mencukupi kebutuhan hidup adalah sebagai berikut:
Berlatih Konsisten dalam Membuat Konten
Pertama, demi menggapai sesuatu, dibutuhkan keseriusan dan kemauan untuk memperbaiki kekurangan. Konsisten menjadi modal awal untuk meraih mimpi-mimpi. Lakukan apa yang bisa kita lakukan. Kalau pun belum menemukan jalannya, jika kita konsisten dalam berkarya Insya Allah akan ada jalan menuju mimpi yang ingin kita wujudkan.
Bangun Profesional Kerja sebagai Langkah Utama
Untuk menggapai sebuah mimpi harus dilandasi dengan profesionalitas. Masih mengejar mimpi kenapa harus profesional, sih? Oh jangan salah ya, jika mimpi kita berhubungan dengan dunia digital, maka wajib banget membangun profesional kerja supaya dilirik oleh perusahaan incaran kita. Pun sama, misal kita memiliki mimpi menjadi seorang pebisnis harus menerapkan profesional kerja supaya dipercaya oleh kolega.
Menambah Ilmu dengan Belajar Hal Baru
Poin ini tampaknya klise banget, ya? Namun jangan dianggap enteng. Menggapai sebuah mimpi sering kali terhambat oleh hal-hal yang sebelumnya kita nggak tahu sama sekali. Maka penting banget menyiapkan diri sendiri untuk mau belajar hal baru. Kuncinya sabar, cari informasi sebanyak-banyaknya, lalu praktikan sesuai dengan apa yang telah didapatkan.